--Happy reading--
🌸🌸🌸
Terlepas dari Draco ingin Luna tetap di tempat tidur dan beristirahat, Luna merasa terlalu banyak yang harus dilakukan untuk tetap di tempat tidur. Selain itu, pikirannya kacau dan ia tidak bisa diam.
Ia harus mendaftarkan kelahiran dan kematian di Kementerian dan ia juga harus pergi menemui ayahnya. Ia tidak ingin menunda untuk mengatakan semua kebenaran, meskipun ia khawatir tentang bagaimana ayahnya akan menerimanya. Tidak ada yang tahu bagaimana informasi seperti ini akan mempengaruhi seseorang dengan masalah mental seperti ayahnya. Luna menggigit bibir bawahnya saat membuka pintu lemari pakaian, ia benar-benar tidak yakin apakah kejujuran adalah pilihan terbaik untuk ayahnya. Hal terakhir yang ia inginkan adalah membuat ayahnya lebih buruk.
Ayahnya mungkin memiliki cita-cita dan keyakinan yang tidak biasa, tapi ayahnya tidak bodoh. Ayahnya pasti ingin tahu mengapa ia menamai putranya dengan nama Lestrange bersaudara. Mungkin karena ia kehilangan ibunya begitu muda, ia selalu dekat dengan ayahnya, dan karena itu ayahnya selalu memiliki kemampuan luar biasa untuk mengetahui kapan ia jujur atau tidak pada ayahnya. Luna tidak ingin kehilangan ikatan di antara mereka, meskipun ia tahu ia harus menghadapi kemungkinan itu. Ia tidak ingin rahasia melayang dan tumbuh di antara mereka, itu hanya akan meracuni hubungan mereka. Ia harus mengatakan yang sebenarnya, ayahnya telah mengajarinya kejujuran dalam segala hal dan ia selalu berpegang teguh pada hal itu.
Dengan sedikit menghela napas, Luna memeriksa isi lemari pakaian untuk mencari sesuatu yang cocok untuk ia pakai. Ini adalah waktu yang aneh, semacam limbo. Di satu sisi ini adalah waktu untuk perayaan, ancaman terhadap dunia sihir telah hilang selamanya. Tapi di sisi lain, ini adalah waktu untuk meratapi semua orang yang telah pergi.
Sambil memilih diantara gantungan baju, ia menangkap bayangannya di cermin panjang di bagian belakang lemari, dan di sana, di sudut, terdorong ke belakang di kedalaman lemari adalah jubah Pelahap Maut milik Draco.
Luna menjerit kecil karena cemas dan memutar tumitnya. "Kreacher! Kreacher!" serunya sambil bergegas kembali ke kamar tidur.
Kreacher muncul dengan bunyi pop dan membungkuk pada Luna. "Kreacher bisa membantu Mrs Malfoy?"
"Oh ya. Tolong, Kreacher, maukah kau pergi ke Grimmauld Place dan mengambilkanku jubah Rabastan? Aku meninggalkannya di sana dan aku ingin jubah itu kembali."
"Kreacher akan segera pergi, Mrs Malfoy."
Ada lemari penuh pakaian di kamar Rabastan dan Luna tidak berniat mengistirahatkan Rabastan atau Rodolphus dengan mengenakan jubah Pelahap Maut mereka, tapi entah bagaimana penting baginya untuk memiliki jubah itu, bagian Rabastan lain untuk ia simpan sebagai kenangan. Ia kembali ke pakaiannya sendiri dan mengambil gaun sifon hitam dengan lengan mengembang kecil. Ia membiarkan rambutnya tergerai dan kemudian mengenakan sepatu, gaun itu berayun di sekitar kakinya saat ia bergerak.
Kreacher kembali dengan jubah terlipat rapi di lengannya dan tongkat di atasnya. Luna berterima kasih pada Kreacher dan mengambil jubah itu, memeriksa tongkat di atasnya dengan rasa ingin tahu. Untuk sesaat ia tidak bisa mengerti dari mana asalnya, ketika ia terakhir kali melihat Rabastan, pria itu masih memegang tongkatnya saat akan kembali lagi ke Hogwarts. Kemudian Luna ingat, Rabastan telah mengambil tongkat saudaranya, itu tongkat ayahnya yang kini di tangannya. Tongkat adalah hal yang sangat pribadi, setiap tongkat memilih sendiri penyihir yang akan menjadi pemiliknya dan ada hubungan afinitas antara tongkat dan tuannya. Memutar tongkat di tangannya, Luna menelusuri kayu halus dengan ujung jarinya, bertanya-tanya apakah tongkat itu tahu kapan tuannya meninggal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gevallen Engel | Druna | END✔
Fanfiction[LENGKAP] Perjanjian telah dibuat, pernikahan harus terjadi, Luna Lovegood dan Draco Malfoy terikat bersama karena secarik perkamen. Tak satu pun dari mereka pernah mengira bahwa pernikahan mereka akan membongkar tumpukan kebohongan dari masa lalu o...