--Happy reading--
🌸🌸🌸
Angin bersiul di antara pepohonan, matahari mulai terbenam; berlari dan bersembunyi.
Harry duduk di atas batang kayu yang tumbang mengamati bayang-bayang pohon yang memanjang melintasi lembah. Ia tidak tahu lagi ke mana harus pergi. Ia sepertinya berkeliaran tanpa tujuan tanpa tahu di mana menemukan horcrux berikutnya dan bahkan jika ia tahu, masih ada ular yang harus dihadapi. Bagaimana ia bisa mendekati Nagini?
Bagaimana mungkin Dumbledore yakin seorang bocah tujuh belas tahun bisa menghancurkan penyihir jahat yang kuat seperti Voldemort tanpa bantuan? Bukan hanya Hermione dan Ron, sekarang Dean membantu; tapi bantuan orang dewasa yang tepat, penyihir yang jauh lebih berpengalaman dan kuat daripada dirinya?
Ia adalah The Chosen One, dan Harry mengerti itu, tapi ramalan itu tidak pernah mengatakan ia akan menjadi orang yang benar-benar bisa membunuh Voldemort. Bagaimana pun situasinya, Harry merasa sangat mungkin Voldemort yang akan membunuhnya. Mungkin ia harus menyerahkan dirinya sekarang dan menyelamatkan pertumpahan darah lagi.
"Kau baik-baik saja, sobat?" Dean muncul dan duduk di sampingnya.
Harry menghela napas. "Aku masih hidup. Itu saja."
"Apa itu tidak cukup?" Suara tajam Hermione muncul dari belakang.
Harry meringis. Sosok Ron masih sangat membayangi mereka. Dean melakukan beberapa cara untuk mengurangi rasa sakit itu meskipun pemuda itu tidak akan pernah menjadi Ron, dan Dean memang tidak mencoba untuk menjadi Ron. Dean tetaplah Dean, cerdas dan banyak akal dalam dirinya, berita tentang horcrux telah membuatnya khawatir dan gelisah. Harry dan Hermione tidak benar-benar meminta Dean untuk bergabung dengan mereka, Dean telah mengajukan dirinya sendiri. Ollivander telah membuatkan tongkat baru untuk Dean sehingga pemuda itu bisa bertarung lagi, dan seperti yang Dean tunjukkan, ia akan ikut berlari dan bersembunyi, ia mungkin juga membantu Harry. Masuk akal, dan Harry menyambut kehadiran Dean, pemuda itu telah menghentikan Harry dan Hermione untuk memikirkan lubang kesedihan berbentuk Ron dalam hidup mereka.
Kehadiran Dean juga menghentikan Harry melakukan sesuatu yang menyangkut Hermione. Hermione telah mengembangkan tekad tunggal tentang horcrux, gadis itu hampir tidak pernah menyerah dan Harry mengerti kebutuhan gadis itu untuk fokus pada sesuatu selain Ron, tapi itu mulai membuatnya cemas.
Tangan Harry mengacak-acak rambutnya, ia menghela napas berat. "Aku tidak tahu lagi, Hermione. Mungkin ini semua hanya buang-buang waktu."
"Kita belum membuat banyak kemajuan akhir-akhir ini, bukan berarti kita tidak akan melakukannya," kata Dean, menepuk bahu Harry. "Kau sudah terlalu jauh untuk menyerah sekarang."
"Kita tidak menyerah," kata Hermione singkat. "Kita memiliki sesuatu sekarang yang tidak kita miliki sebelumnya. Kita memiliki bantuan dari dalam."
Dean mengerutkan kening pada Hermione. "Apa kau masih yakin tentang itu?"
"Dia Mrs Malfoy," kata Hermione tegas. "Dia memberiku piala itu. Aku memantrai Mr Malfoy dan aku mendengar dari dalam lemari besi saat dia berkata 'Severus'. Itu bukan Mr Malfoy, dan itu juga bukan Bellatrix. Kenapa juga Bellatrix Lestrange memberi kita horcrux dan memanggilku Ms Granger? Aku yakin itu Mrs Malfoy."
Dean merentangkan tangannya lebar-lebar. "Kenapa dia mau membantu kita? Dan Snape membunuh Dumbledore, ingat? Kenapa dia ada di Gringotts dan menyamar sebagai Lucius Malfoy?"
Hermione menggertakkan giginya. "Aku tidak tahu alasannya. Aku hanya tahu apa yang kudengar. Mrs Malfoy dan Snape membantu kita. Bukankah Dumbledore selalu menyuruhmu untuk memercayai Snape, Harry? Mungkin kau harus ingat itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Gevallen Engel | Druna | END✔
Fanfic[LENGKAP] Perjanjian telah dibuat, pernikahan harus terjadi, Luna Lovegood dan Draco Malfoy terikat bersama karena secarik perkamen. Tak satu pun dari mereka pernah mengira bahwa pernikahan mereka akan membongkar tumpukan kebohongan dari masa lalu o...