Atensi serius dan tatapan tajam para orang tua di dalam ruang tamu keluarga Dirgantara membuat Arthur tegang dan gelisah. Entah apa kata-kata yang akan dikeluarkan oleh mereka untuk Arthur setelah mendengar kalau menantu dan anak perempuan nya hilang.
Sedangkan Olivia yang duduk di sebelah Arthur berusaha membuat Arthur merasa tenang dan siap menerima resiko yang akan ia dapatkan, yang sudah pasti mental nya harus di persiapkan. Arthur adalah seorang suami, Ayah, dan anak lelaki, jadi ia harus bisa bertanggung jawab atas apa yang ia perbuat.
"HILANG?! MAKSUD KAMU APA ARTHUR??" geram Nathan pada anak satu-satunya itu. Nathan sendiri pusing dengan perlakuan anaknya. Ia malu kepada keluarga Anna, karena di sini yang selalu merasa sakit adalah Anna.
"Anna hilang dari kapan?" jefri berusaha untuk tenang dan tidak memaki Arthur sebelum tahu alasan Anna pergi karena apa.
"Pa..."
"Jawab saya!" tegas Jefri dengan suara sedikit tinggi yang membuat Arthur hilang rasa percaya dirinya. Entah, Arthur merasa Ayah mertua nya itu sangat kecewa padanya.
"Ar-arthur sendiri juga gak y-yakin Pa... pas pulang dari rumah Mama Papa kita berantem, abis itu..." Arthur tidak sanggup untuk melanjutkan ucapannya, lidah nya terasa kaku.
Para pendengar di sana hanya bisa diam menahan emosinya, terutama Rena, Mama dari Anna. Seorang Ibu akan merasa sakit jika anak nya juga merasa sakit. Anna sedang hamil, tidak seharusnya ia menahan beban seberat ini.
"Dia lagi hamil Arthur... kenapa kamu biarin dia pergi?..." tanya Nara dengan nada bergetar menahan tangis. Walaupun Anna bukan anak kandung nya, tapi Nara merasa sangat bertanggung jawab terhadap Anna dan calon cucu nya.
"Kalian berantem karena apa? Jawab Mama, nak... berantem kenapa?" lanjut Nara. Wanita itu berpikir kalau perdebatan anak dan menantu nya pasti sangat berat sampai Anna berani pergi meninggalkan Arthur.
Arthur melempar tatapan nya ke bawah, ia tidak berani menatap mata Mama nya karena pertanyaan nya yang tidak akan sanggup Arthur jawab. Arthur tidak berani melihat tatapan kecewa, sedih dan marah dari sang Mama jika ia menjawab nya.
"Jawab Mama kamu, Arthur!" Nathan sendiri sudah tidak bisa menahan amarah nya. Perasaan nya tidak enak ketika Arthur bertingkah seolah menolak untuk menjawab pertanyaan dari Mama nya.
Meski terasa sangat terpojok, tapi Arthur masih berat untuk membuka suara dan menjawab pertanyaan Nara. Kenapa sangat berat untuk mengakui kesalahan? Arthur seorang pengecut.
Olivia sendiri yang berada di sebelah Arthur hanya diam. Bukan nya tidak ingin membantu, tapi ia takut akan menjadi sebauh masalah yang tambah besar jika ia ikut campur dalam urusan keluarga sahabat nya itu.
"Arthur... umm, An-anna tahu sesuatu..." jawab Arthur dengan nada bergetar.
"Sesuatu apa? Anna tau apa sampe dia marah?" tanya Jefri yang penasaran dengan pernyataan Arthur.
"Kamu selingkuh?" seluruh perhatian langsung menuju ke arah Rena yang baru saja ikut membuka suara. Entah kenapa batin seorang Ibu sangat kuat terhadap anak nya. Rena benar-benar merasakan ada yang janggal, tetapi bukan pertengkaran kecil antar suami istri pada umumnya. Rena merasakan hal yang berbeda, seperti perselingkuhan.
Jujur Arthur dan Olivia mendadak membeku, bagaimana Rena bisa mengetahui nya? Terutama Arthur, pria itu sangat mati kutu saat ini. Tidak tahu harus berbuat apa karena kedok nya sudah terbongkar. Meski memang niat awal nya ingin jujur, tapi ia masih belum siap. Dan Arthur juga tidak mengira kalau Ibu mertua nya yang membongkar semuanya dengan sebuah insting.
"Apa maksudnya selingkuh? Gak mungkin kan sayang? Arthur jawab Mama, nak..." Nara berharap dugaan Rena salah besar terhadap anak nya. Nara merasa sudah mendidik Arthur dengan baik dan menjadi pria yang baik. Arthur menatap Mama nya dengan tatapan sendu. Hal itu membuat Nara semakin sakit hati, tatapan putra nya sangat terbaca kalau ia memang bersalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOLITUDES
RomanceHighest rank: #1 in Fiksiremaja #1 in Cerita #3 Pregnant #5 teenfiction #8 in Benci #8 in Pregnant ...