EPILOG

6.8K 109 2
                                    

Suara pecahan balon terdengar sangat gaduh di tengah-tengah taman kecil keluarga Wijayantilo. Sang pemilik langsung berkaca-kaca melihat semua balon nya pecah karena terkena lilin. Tadinya ada lima balon di genggaman nya, kini hanya benang putih pengait balon saja yang ada di genggaman mungil nya itu. 

Isakan tangis nya terdengar pelan, ia berusaha menyembunyikan tangisan nya supaya tidak ketahuan orang lain. Di sekeliling nya ada banyak orang, jadi agak sulit untuk menutupi suara isak tangis nya.

"Mila... ung?" panggil seorang anak laki-laki yang sebaya dengan nya. 

"Balon kamu mana? Kok nangis...?" tanya nya dengan raut wajah bingung, namun gemas. 

"Mama... kakak nangis!" 

"Milo diem! Aku enggak nangis hikssrott," elak anak kecil bernama Mila itu sambil mengelap air mata di pipi nya serta ingus yang turun dari hidung nya itu. Mila dan Milo, mereka adalah saudara kembar dari Anna dan Arthur.

Hari ini tanggal 24 Juli, hari ulang tahun mereka yang ke empat tahun. Balon yang dipegang oleh Mila adalah balon hias untuk perayaan ulang tahun mereka, namun gadis kecil itu memilih untuk memegangnya dan tidak untuk di pajang. 

Demila Hana Wijayanto adalah anak yang lahir di menit pertama, sedangkan Demilo Hans Wijayanto lahir setelah delapan menit. Wajah mereka sangat mirip, beruntung kelamin mereka berbeda jadi orang-orang masih bisa membedakan mereka berdua. 

"Kenapa dek?" Anna datang karena teriakan Milo yang sangat nyaring. Anak berusia empat tahun memang lagi berisik-berisik nya.

"Kakak nangis, Ma..."

"Kenapa cantik?" tanya Anna seraya menghapus sisa air mata di pelupuk mata sang putri dan juga Anna membersihkan lendir ingus di bawah hiding Mila.

"Balon nya..." jawab Mila dengan bibir jebi, ia menahan nangis, "Balon nya pecah HUAAA!" lanjut Mila, kali ini tangis nya pecah. Anna langsung menggendong Mila guna menenangkannya. Putri nya itu terlihat sangat sedih.

"Adek punya balon juga gak?" tanya Anna pada Milo untuk memberikan sebagian milik Milo pada sang kakak, namun malah dibalas gelengan kepala oleh si kecil.

"Kenapa?" tidak lama Arthur datang dengan tergesa-gesa ketika mendengar suara tangis kejar Mila. Ia panik, takut terjadi sesuatu pada putri nya.

"Balon aku pecah Pa, HUAAA mau balon..." jawab Mila masih dengan tangis kejar nya.

Arthur menghela napas lega, ternyata bukan hal buruk yang terjadi pada Mila. Mendengar rengekan Mila membuat Arthur kembali ke dalam rumah dan mengambil beberapa balon. 

"Tuh Papa bawa balon... udah ya sayang jangan nangis lagi," bujuk Anna sambil menunjuk ke arah sang suami yang memegang banyak balon di tangan kanan nya. Mila pun perlahan menghentikan tangisan nya. 

"Nih buat anak Papa yang cantik!! Masa lagi ulang tahun nangis." Arthur menghapus sisaan air mata Mila di pipi gembul nya. 

"Wahhh temen aku udah dateng!! Ayo buluan Mama Papa sama Mila ke sini!!" ucap Milo heboh. 

Sifat anak kembar itu memang agak sedikit berbeda. Mila lebih sensitif dan lemah lembut, sedangkan Milo sangat aktif dan bawel. Hal apa pun itu Milo pasti tidak takut menghadapi nya, ia malah akan semangat. 

"Iya adek sabar... lucu banget anak kamu Na." Arthur tertawa kecil mendengar suara Milo yang sangat semangat. 

"Anak kamu juga Thur!" nyinyir Anna pada Arthur. 

"Kakak sana gih sama Milo... Mama Papa mau nyiapin sesuatu dulu ya." Anna menurunkan Mila dari gendongan nya. 

Dekorasi dan camilan kecil untuk para tamu belum Anna susun dengan rapih dan masih berda di dapur. Karena mendengar Mila yang menangis akhirnya Anna dan Arthur meninggalkan pekerjaan nya yang belum selesai. Sekarang karena kedua anak nya sudah lebih tenang maka sepasang suami istri itu bisa kembali mengerjakan pekerjaan mereka.

SOLITUDESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang