"Luka di paha mbak Anna tidak terlalu dalam untung nya, jadi akan segera kering. Lalu suntikan obat penenang dari pelaku juga tidak berbahaya, keluarga tidak perlu khawatir." ujar sang dokter kepada seluruh isi ruangan.
"Obat penenang dok?! Tuh maling kurang kerjaan banget! Udah nusuk paha, segala di suntikin obat penenang!" protes Olivia yang datang untuk kedua kali nya ke rumah sakit. Rena yang melihat tingkah Olivia langsung memberinya kode untuk tenang.
Setelah lama dokter dan suster memerikan beberapa obat dan vitamin untuk Anna, lalu sang dokter dan suster langsung meninggalkan ruangan. Kini hanya tersisa Olivia dan kedua orang tua Anna.
Suasana kembali tenang dan agak canggung. Olivia ingin sekali meluruskan masalah nya dengan sahabat nya, namun ia merasa tidak enak hati jika kedua orang tua Anna masih berada di dalam satu ruangan yang sama dengan nya. Tidak mungkin juga untuk Olivia mengusir kedua orang tua Anna untuk keluar ruangan.
"Olivia laper, nak?" tanya Rena lembut pada Olivia.
"Gak tante, aku kenyang tadi di rumah sebelum ke sini udah makan," jawab Olivia berbohong. Gadis itu sesungguh nya kelaparan, namun mood nya sedang tidak enak untuk makan karena masih ada perasaan bersalah pada Anna.
"Tante sama om beliin makanan lagi ya? Kita mau makan dulu nih ke bawah, mau?"
Olivia yang mendengar ucapan Mama nya Anna langsung berpikir kalau ini adalah kesempatan untuk nya berbicara dengan sang sahabat. Terpaksa Olivia harus menyetujui tawaran Rena supaya Rena dan Jefri segera keluar dari ruangan.
"Beliin aja lah Ma," ujar Jefri.
"Iya om, tante boleh kok hehehe."
"Oke kalo gitu. Anna Mama sama Papa ke bawah dulu ya, kamu sama Olivia dulu," pinta Jefri yang hanya di tanggapi dengan anggukan pelan.
Sejujurnya Anna malas dan tidak mau hanya berdua dengan Olivia. Anna merasa sudah di khianati, ia sakit hati. Mengapa sahabat nya merahasiakan semuanya? Ke mana Olivia yang selalu ada di sampingnya tanpa ada rahasia? Anna rindu itu.
Selama beberapa bulan terakhir ini Anna merasa hidup nya penuh kebohongan. Suami dan sahabat nya bahkan bisa berbohong dan menyimpan sebuah rahasia yang dapat menyakiti perasaan nya.
Di sisi lain Olivia merasa sangat gugup dan takut. Jantung nya pun berdetak tidak beraturan. Tapi semua ini harus ia lakukan demi menjaga hubungan persahabatan mereka tidak rentan. Olivia sama sekali tidak ada niatan untuk menyakiti Anna, malah ia merasa semua yang ia lakukan untuk melindungi sahabat nya, bukan menjatuhkan nya.
"Na... lo mau dengerin penjelasan gue gak?" tanya Olivia to the point, namun tidak ada balasan dari Anna. Maka dari itu Olivia berjalan semakin dekat ke arah kasur Anna, ia duduk di kursi kosong tepat di sebelah kasur yang Anna tiduri.
"Sumpah Na, gue sama sekali gak ada niatan sembunyiin rahasia atau bohong sama lo."
"But you did, Liv," ucap Anna spontan.
"Yes i did, and i'm sorry. Gue ngelakuin itu semua demi lo Na. Gue gak mau lo stress, gue gak mau lo sedih-sedihan lagi, gue mau lo happy-happy aja kayak sebelum lo tau semuanya."
"Apa gue keliatan happy sekarang?" tanya Anna yang langsung membungkam mulut Olivia.
"Misalnya gue masih belom tau yang sebenarnya, emang lo pikir gue tetep bakal bahagia? Kan cepet atau lambat gue harus tau semuanya, Liv. So I thought happiness would not come to me," lanjut Anna dengan nada datar. Jujur Olivia merasa sedih mendengar apa yang selama ini Anna pikirkan tentang kehidupan nya. Sahabat nya sungguh merasa sesakit itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOLITUDES
RomanceHighest rank: #1 in Fiksiremaja #1 in Cerita #3 Pregnant #5 teenfiction #8 in Benci #8 in Pregnant ...