Arthur mengelilingi sekitar kota untuk mencari Anna yang belum juga ada kabarnya. Arthur sangat khawatir pada Anna, apalagi Anna memiliki niat untuk menggugurkan kandungannya, tentu Arthur tidak bisa membiarkan itu terjadi. Ia tidak mau menambah rasa penyesalan yang semakin jadi, hanya kejadian malam itu saja sudah cukup menjadi sebuah penyesalan yang berat bagi Arthur.
"Anna di mana sih kamu?" gumam Arthur dengan suara parau.
Sudah hampir dua jam ia mencari Anna, namun tidak ada tanda-tanda keberadaan Anna. Tanpa henti Arthur terus menerus memeriksa ponselnya barangkali ada kabar dari kedua orang tua Anna atau tidak, tetapi nihil. Kedua orang tua Anna pun masih belum memberi kabar.
Arthur berpikir keras untuk mencari solusi dari semua ini. Tapi tiba-tiba, tanpa sadar Arthur mengingat nama Olivia yang langsung ada dipikirannya. Tidak perlu mengulur waktu lagi, Arthur langsung menuju rumah Olivia.
[][][][]
Sesampai nya di rumah Olivia, Arthur dengan percaya diri langsung memencet bel yang ada di pagar rumah Olivia, lalu setelah memencet bel untuk kedua kalinya, akhirnya Arthur dipersilahkan masuk oleh salah satu asisten rumah tangga di rumah Olivia.
"Umm bi, Olivia nya mana ya?" tanya Arthur sopan.
"Oh ada di kamarnya, sebentar ya saya panggilkan." Arthur hanya mengangguk paham dan menunggu Olivia datang menemuinya. Tidak lama, Olivia datang menghampiri Arthur yang berada di teras rumahnya.
"Ngapain lo kesini?" tegur Olivia dengan nada sedikit sinis.
"Maaf Liv, gue ganggu lo malem-malem. Tapi gue kesini nyari Anna... Anna ada gak di dalem?"
"Ngapain lo nyari dia? Mau diperkosa lagi?!" sindiran Olivia membuat Arthur membeku seketika. Arthur merasa malu dan merasa dirinya hina secara bersamaan.
"L-Liv... gim-gimana lo bisa tau?" tanya Arthur.
"Berengsek lo, Thur! Sahabat gue rapuh karena lo!!" bentak Olivia yang tak sadar air matanya pun ikut terjatuh, sedangkan Arthur hanya menundukan kepalanya karena merasa bersalah.
"G-gue..."
"Bahkan tidur aja dia gak bisa Thur... setiap Anna berusaha tidur, pasti dia kedatengan mimpi di mana malem lo perkosa dia. Sampe dia teriak histeris... lo jahat!" Olivia berusaha menahan tangisan supaya tidak kembali turun, namun gagal.
"Liv.. Gue-maaf Liv..." ujar Arthur lirih.
"Jangan minta maaf sama gue. Minta maaf sama Anna sahabat gue... walaupun gue tau, dia gak bakal bisa maafin lo!" sanggah Olivia penuh tekanan seraya menghapus kasar air mata di pipinya.
Ucapan Olivia membuat Arthur lagi-lagi membeku. Apa yang dikatakan Olivia mungkin benar, kalau Anna tidak akan bisa memaafkan Arthur sampai kapan pun.
"Gue tau kok, kesalahan gue berat buat dimaafin, Liv. Tapi gue mohon... izinin gue buat ngeliat Anna, gue butuh tau kalo dia baik-baik aja," pinta Arthur.
"Anna baru aja tidur lagi, walaupun gue tau dia bakal kebangun lagi nanti karena mimpi sialan itu! Dan asal lo tau, dia bakal baik-baik aja selama sama gue... jadi lo bisa pulang," tolak Olivia lantang.
"Liv, please... gue harus tau kalo Anna gak gugurin kandungannya." Ucapan Arthur membuat Olivia mengernyitkan alisnya.
"Maksud lo?" tanya Olivia memastikan ucapan Arthur.
"Huft... jadi Anna tuh selalu berusaha buat gugurin kandungannya Liv, tapi selalu gagal karena gue sama kedua orang tuanya ngelarang. Gue... gue cuma takut kalo dia nekat gugurin kandungannya," jelas Arthur panjang lebar dan sukses membuat Olivia membulatkan matanya karena terkejut.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOLITUDES
RomanceHighest rank: #1 in Fiksiremaja #1 in Cerita #3 Pregnant #5 teenfiction #8 in Benci #8 in Pregnant ...