Teman-teman Arthur baru saja pulang dari apartment Arthur dan Anna. Kini tinggal menyisakan sepasang suami istri tersebut. Anna tengah membantu Arthur beres-beres ruang keluarga, di mana Arthur dan ke-empat teman nya berkumpul tadi.
Arthur sudah melarang Anna untuk membantu nya, namun istrinya itu sangat keras kepala. Keadaan ruang keluarga sangat berantakan, dipenuhi oleh beberapa sampah bungkus camilan, dan sisa-sisa makanan yang berserakan.
Tentu kandungan Anna yang lemah, semakin membuat Arthur khawatir pada Anna. Anna mendapat saran dari dokter, kalai ia tidak boleh melakukan hal berat , atau kelelahan sedikitpun. Karena itu akan berakibat pada janinnya yang masih muda.
"Duduk aja, Na... biar aku yang beresin. Liat tuh, kamu keringetan. Inget kan, kata dokter apa?" tegur Arthru pada Anna yang masih sibuk memungut beberapa bungkus camilan di lantai. Teguran Arthur tidak membuat Anna memberhentikan aksi nya. Gadis itu masih sibuk memunguti beberapa sampah camilan yang ada di lantai.
"Anna? Nurut, Na... kamu mau kalo anak kita kenapa-kenapa?" kata Arthur dengan nada lesuh. Pemuda itu sudah sangat sabar menghadapi Anna yang sangat keras kepala.
"Gak bakal kenapa-kenapa... tenang aja. Mending kita rapihin berdua buruan, biar cepet selesai," jawab Anna santai dan tidak memedulikan larangan dari Arthur. Sementara Arthur menghela napas berat ketika medengar jawaban dari Anna.
"Gak bisa gitu, Na, kamu duduk aja. Biar aku yang selesain," tolak Arthur seraya menatap Anna dengan hangat. Anna sendiri juga memiliki hati yang sensitif, ia tidak tega membiarkan siapa pun berkata dengan nada lemah seperti yang Arthur lakukan.
"Huft... oke-oke, gue duduk." Anna langsung menaruh kantung plastik yang digunakan untuk menaruh bungkus camilan di atas lantai, lalu ia duduk di sofa.
Anna paham dengan sikap Arthur padanya barusan. Anna juga menyadari kalau Arthur sangat khawatir padanya dan juga kandungannya. Akan tetapi, Anna selalu merasa ia bukan istri yang berguna, jika ia hanya istirahat, dan membiarkan Arthur yang melakukan tugasnya sebagai seorang istri.
"Duduk dulu disitu, ya? Nanti selesai beres-beres, aku temenin," ucap Arthur lembut pada Anna, dan hanya dijawab anggukan pelan oleh Anna.
Setelah mendapat respon dari Anna, Arthur langsung kembali beres-beres. Arthur merapihkan semuanya dengan teliti, bahkan ia tidak meninggalkan satu kotoran pun. Anna hanya bisa memandangi pria di depan nya itu. Tanpa sadar, senyum tipis terukir begitu saja di bibir Anna.
Entah sejak kapan Anna merasa Arthur adalah pemadangan terindah nya. Sampai Anna sendiri tidak sadar, kalau Arthur adalah orang yang paling ia benci. Memang Anna sudah sedikit terbawa perasaan oleh Arthur sejak mereka satu kelas dulu, namun ia selalu berusaha lupa dari semua rayuan Arthur.
Akan tetapi, mengapa ia sangat jatuh cinta pada Arthur sekarang? Bahkan dulu, Anna sampai rela mati daripada harus menikah dengan Arthur. Mendengar nama Arthru saja, sudah membuat Anna murka. Tapi sekarang? Anna sangat menganggumi makhluk di depannya ini.
Jujur Anna tidak tega membiarkan Arthur melakukan tugasnya, tapi mau bagaimana lagi, Arthur sendiri yang melarangnya. Anna melihat Arthur menyapu dan mengepel lantai dengan sangat bersih, bahkan satu per satu keringat turun begitu saja membasahi dahi Arthur. Karena merasa tidak tega, Anna pun berdiri dari sofa, lalu menuju ke kamarnya untuk mengambil beberapa tisu.
Beruntung Arthur tengah membelakanginya, jadi Arthur tidak akan protes dengan apa yang Anna lakukan. Arthur akan protes jika Anna berjalan-jalan di lantai yang basah, yang bisa membuat ia terjatuh.
Tidak membutuhkan waktu lama buat Anna mengambl tisu di kamarnya. Sekarang ia sudah kembali duduk di sofa ruang keluarga, serta beberapa helai tisu di tangan kanannya. Dan Arthur pun juga sudah selesai menyapu dan mengepel lantai, setelah nya ia duduk di samping Anna dengan hentakan sedikit keras akibat lelah.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOLITUDES
RomanceHighest rank: #1 in Fiksiremaja #1 in Cerita #3 Pregnant #5 teenfiction #8 in Benci #8 in Pregnant ...