Anna memutuskan untuk tidur bersama Arthur mulai hari ini. Ia tidak bisa terusmenerus pisah kamar. Anna tersadar, jika ini memang takdirnya. Ia harus bisa menerimanya dengan sepenuh hati.
Gadis itu mulai berpikir, ternyata menerima takdir yang pahit tidak sesulit yang ia bayangkan. Ia hanya perlu menarik napas dalam-dalam, lalu membuangnya dengan perlahan, setelahnya tersenyumlah pada dunia, dan berterimakasih akan semuanya. Hal itu yang Anna lakukan saat ini.
Anna bersyukur memiliki keluarga kecil seperti sekarang. Salah satu alasan Anna menolak untuk menikah dengan Arthur adalah, ia takut tidak bisa menangani semuanya, ia takut tidak bisa menjadi Ibu dan seorang istri yang baik.
"Huft... sehat-sehat yang sayang, Mama selalu jaga kalian," gumam Anna seraya mengelus lembut perut buncit nya itu.
Anna hanya terus bersender pada headboard ranjang, dan mengelus perut nya dengan lembut seraya menunggu Arthur selesai mandi. Senyum hangat terukir di bibir Anna ketika, ia membayangkan betapa lucu kedua bayi nya nanti.
Anna membayangkan tidak ada lagi keheningan, yang ada hanya suara ocehan bayi yang lucu dan belum terdengar jelas. Anna merasa ia menjadi Ibu yang paling bahagia di dunia jika ia berhasil melahirkan kedua anaknya dengan selamat.
"Na, kok ngelamun?" Anna langsung menoleh ke sumber suara. Ternyata Arthur sudah selesai mandi. Kini Arthur hanya tengah mengeringkan rambutnya dengan handuk.
"Umm, gapapa," balas Anna, lalu tersenyum tulus ke arah Arthur.
Setelah merasa cukup rambutnya kering, Arthur langsung berjalan ke arah Anna. Sesampai nya di atas ranjang, Arthur mengelus pelan perut Anna. Tentu Anna terharu melihatnya, Anna tidak bisa berhenti tersenyum melihat Arthur yang bersikap lembut pada calon anaknya.
"Kalian jangan nakal, ya. Nurut sama Mama kamu... jangan bikin Mama kamu repot, ya?" bisik Arthur tepat di depan perut Anna. Hal itu membuat Anna menitikan air mata bahagia. Anna belum pernah merasa sebahagia ini. Entah kenapa, melihat Arthur yang bersikap hangat pada calon anaknya membuat Anna sangat bahagia.
"Umm, Arthur?" tiba-tiba Anna memanggil Arthur yang masih mengelus pelan perut nya,
"Kenapa, Na?" sahut Arthur tanpa menoleh ke arah Anna. Jujur Arthur merasa nyaman mengelus perut Anna yang terdapat calon anaknya di dalam.
"Gue... gue boleh gak, ngomong sama lo pake 'aku, kamu'?" tanya Anna dengan gugup. Sedangkan pertanyaannya membuat Arthur menoleh dengan semangat ke arah Anna, tentunya Arthur sangat senang mendengar pertanyaan Anna barusan.
"Kamu serius, Na?" Arthur masih belum percaya dengan ucapan Anna yang terdengar mustahil baginya.
"I–iya... gak boleh ya?" Anna sendiri pun juga ragu dengan permintaanya tadi.
"Boleh... boleh banget, Anna," jawab Arthur seraya memeluk Anna dengan erat. Arthur sangat bahagia, maka dari itu ia memeluk Anna guna melampiaskan rasa bahagianya itu. Anna pun juga tersenyum ketika mendengar jawaban dari Arthur. Anna juga membalas pelukan Arthur.
"Makasih banget, Thur... gu- aku seneng banget," ujar Anna dengan gugup di dalam rengkuhan Arthur.
"Coba ngomong sekali lagi," pinta Arthur pada Anna. Jujur Arthur sangat senang mendengar Anna mengucapkan kata 'aku, kamu' dengannya.
"Ngo–ngomong apa?" tanya Anna dengan polos, ia masih belum paham dengan ucapan Arthur. Sementara itu, Arthur hanya terkekeh geli melihat tingkah polos istrinya itu.
"Ngomong kalo, aku ganteng." Anna mengerutkan dahinya karena bingung , ketika mendengar ucapan Arthur.
"Ayo ngomong!" pinta Arthur sekali lagi. Arthur rindu bersikap usil seperti ini pada Anna. Sejak mereka menikah, Arthur tidak pernah lagi jahil pada Anna, karena kondisi nya tidak memungkinkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOLITUDES
RomanceHighest rank: #1 in Fiksiremaja #1 in Cerita #3 Pregnant #5 teenfiction #8 in Benci #8 in Pregnant ...