BAB 35

3.3K 148 6
                                    

Alarm di ponsel Arthur berdering ketika waktu memasuki pukul delapan malam lewat. Ia memang sengaja memasang alarm di waktu segitu, karena ia ingin memberikan vitamin pada Anna yang di berikan oleh dokter Nisa sore tadi.

Karena suara alarm yang terlalu kencang dan berhasil menembus gendang telingan Arthur, ia pun dengan perlahan membuka mata nya walaupun berat. Setelah sadar sepenuh nya, ia menyadari kalau ia tidak sedang berada di kamar nya.

"Oh iya, Anna kan minta temenin." Arthur kembali mengingat kalau ia memang sedang berada di kamar Anna, namun pikiran nya hanya fokus pada bagian kasur yang kosong. Ia tidak melihat Anna di situ, Arthur pun memutuskan untuk mencari Anna keluar.

Dengan langkah pelan ia menuju keluar dari kamar, yang pertama ia lihat adalah ruang keluarga dan Anna tidak di sana. Arthur pun melanjutkan langkah nya ke arah ruang tamu, namun Anna juga tidak ada di sana. Tujuan terakhir Arthur adalah menuju dapur.

Sesampai nya di dapur Arthur menghela napas lega ketika ia berhasil menemukan Anna, namun tiba-tiba mata nya membelak sempurna ketika melihat Anna yang sedang menggenggam sebuah pisau daging ke arah nadi nya.

"Anna!" teriak Arthur yang melihat Anna mengarahkan pisau tersebut ke arah nadi nya. Dengan cepat Arthur berlari menghampiri Anna dan merebut pisau tersebut dari tangan Anna.

Plang!

Pisau dari gengganggaman Anna pun terjatuh ketika Arthur berhasil merebutnya dari Anna, "Kamu ngapain Anna?!" 

Arthur marah dan panik ketika melihat Anna hampir saja merobek nadi nya sendiri. Namun Arthur juga tidak tega melihat air mata dan tatapan kosong dari Anna. Anna terlihat seperti Manusia yang tidak ada jiwa nya.

"Kenapa di ambil pisau nya? Hiks," lirih Anna pada Arthur. 

"Kamu nanya kenapa? Kamu hampir aja ngambil nyawa kamu sendiri Anna!" ketus Arthur dengan nada tinggi.

"Emang itu hiks niat gue," jawab Anna pelan. Jawaban Anna membuat Arthur menatap sendu ke arah Anna.

"Jangan Anna... jangan pernah lakuin hal itu lagi," lirih Arthur dengan nada putus asa ke arah Anna.

"Gue gak bisa hiks," keluh Anna yang di sertai tangisan kejar, "Rasa sakit nya gak bisa hilang. Gue gak kuat, please make it stop," lirih Anna seraya memukul dada nya kencang.

Arthur yang melihat Anna menyakiti diri nya sendiri langsung memeluk erat tubuh Anna agar istri nya itu tidak menyakiti diri nya sendiri.

"Anna jangan kayak gini," pinta Arthur pada Anna yang hanya menangis kejar di dalam bekapan nya.

"Hiks tapi sakit banget. Semua orang mencemooh gue, bahkan sekolah nganggep gue aib hiks, sekarang gue gak ada tujuan hidup. Gue gak kuat jalanin nya."

"Hey kamu bisa... gak boleh nyerah Na, percaya sama aku kamu bisa."

"Gue nyerah hiks gue bukan Mama yang baik, gue bukan anak yang baik karena udah kotor hiks, gue bukan murid yang baik dan gue cuma aib, gue bukan temen yang baik bikin Olivia hiks malu punya temen kayak gue, bahkan gue bukan istri yang baik buat lo," ujar Anna yang disertai tangisan kejar. 

Hati Arthur bagaikan di tusuk pisau yang sangat dalam ketika mendengar ucapan Anna yang menjelekan diri nya sendiri. Sedalam itu kah rasa sakit yang Anna rasakan? Arthur sangat ingin membuat Anna bahagia kembali, namun Anna masih belum bisa melepas semua rasa sakit nya.

"Anna dengerin aku... kamu jauh lebih baik dari kata-kata kamu tadi. Semua orang sayang sama kamu. Aku sayang sama kamu, jangan bilang kayak gitu," papar Arthur lembut pada Anna yang masih setia berada di dalam bekapan nya.

SOLITUDESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang