BAB 9

4.9K 246 47
                                    

Siang ini, seluruh siswa kelas dua belas sedang di umpulkan di aula sekolah untuk pengumuman persiapan Ujian Nasional dan sebagainya. Bahkan dalam waktu tiga bulan lagi, mereka akan lulus dari sekolah ini, dan dalam waktu tiga bulan dari sekarang seluruh siswa kelas dua belas diwajibkan mengikuti pelajaran tambahan yang diadakan di sekolah.

Anna sangat takut jika ia tidak dapat mengikuti itu semua, ditambah dirinya sedang hamil saat ini. Pastinya ia tidak boleh terlalu lelah, namun mau bagaimana lagi. Anna sangat ingin lulus dan mengikuti Ujian bersama teman-temannya. Olivia jelas melarang Anna untuk terlalu aktif dalam kegiatan sekolah ini, tapi bukan Anna namanya kalau ia tidak keras kepala.

"Selamat pagi para siswa kelas dua belas. Saya selaku kepala sekolah di Sekolah ini, ingin memberikan pengumuman. Bahwa siswa kelas dua belas, akan melaksanakan kegiatan lebih untuk mempersiapkan kelulusan kalian dalam tiga bulan ini. Saya memohon siswa kelas dua belas sehat selalu dan menjaga pikiran, agar tidak stres ketika menjalani Ujian nanti. Sekian terima kasih..." sang kepala sekolah pun langsung turun dari panggung yang ada di aula, lalu para siswa dibubarkan untuk segera memasuki kelas mereka masing-masing.

Anna dan Olivia berjalan bersama untuk memasuki kelas mereka, karena mereka satu kelas. Tiba-tiba Anna merasa sangat mual, namun ia tahan sebisa mungkin karena ia benar-benar ingin mengikuti kelasnya saat ini. Karena sedikit lagi adalah hari kelulusannya, tetapi Olivia pun menyadari kalau Anna kesakitan, karena raut wajahnya terlihat sedang menahan sesuatu.

"Na? Lo kenapa?" tanya Olivia.

"Gue mual banget."

"Ke UKS aja, yuk!" Anna pun menggeleng kuat.

"Gue mau belajar... dikit lagi kita bakal ujian, jadi gue gak bisa sia-sia in waktu belajar gue dalam tiga bulan ini," jelas Anna.

"Tapi lo juga gak bakal fokus belajar kalo mual begini, Anna."

"Gapapa, gue bisa tahan."

Olivia menyerah. Sahabat nya memang sangat jeras kepala, ketika mereka sedang berjalan, tiba-tiba ada sosok Arthur yang sudah ada di depannya. Tentu Anna terkejut dan membuatnya hampir terjatuh, namun ditahan oleh Arthur dengan cara memeluk pinggang Anna.

"Ish! Lepas!" desis Anna tidak terima dan berusaha memaksa tangan Arthur lepas dari pinggangnya.

"Kamu hampir jatuh, Anna. Aku cuma nyegah biar kamu gak jatoh," ucap Arthur lembut dan malah semakin mengeratkan tangannya pada pinggang Anna. Tidak di pungkiri lagi, kalau Anna menyukai aroma tubuh Arthur, karena dapat membuat rasa mualnya mereda, tetapi Anna tetap berusaha melepaskan pinggangnya dari tangan Arthur.

"Thur lepas... nanti di liat orang, gak enak." Olivia membuka suara untuk mengalihkan Anna agar tidak terlalu emosi. Arthur pun melepas tangannya dari pinggang Anna dan ia langsung menjauh dari Arthur.

"Gue tau, Liv. Dia lagi mual, kan?" Arthur menyadari raut wajah Anna yang terlihat menahan sesuatu. Olivia pun melirik Anna yang hanya menunduk, lalu ia mengangguk pelan.

"Tuh, kan... ke UKS ya, Na?" tawar Arthur lembut, tetapi Anna malah menggelengkan kepalanya dengan keras.

"Gak mau... gue mau belajar," jawab Anna santai.

"Percuma Thur, tadi dia udah gue suruh ke UKS. Tapi dia gak mau." Olivia ikut menjawab Arthur. Arthur menahan diri, supaya tidak terlalu emosi karena sikap keras kepala Anna.

"Na... nurut sekali aja ya, tolong..." entah kenapa nada bicara Arthur sukses membuat hati Anna luluh atau mungkin bawaan baby di perut Anna yang membuat nya sedikit sensitif.

"Mau ya, Na? Lo gak liat Arthur bener-bener mohon banget itu dia sama lo... nanti gue fotoin deh catetan di kelas." Olivia pun juga merasa iba pada Arthur.

SOLITUDESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang