BAB 18

3K 158 23
                                    

Kring!

Kring!

Kring!

Dering bel istirahat berbunyi, menandakan semua siswa berkenan meninggalkan kelas untuk makan dan sebagainya. Suasana kantin semakin lama semakin ramai. Banyak yang memesan makanan dan memakannya di kantin sekolah.

Sementara Arthur hanya duduk dan menatap datar makanannya, serta Katya yang berada di hadapannya saat ini. Arthur tidak nafsu makan jika ia dengan keadaan gelisah seperti ini. Ingin sekali Arthur menghampiri Anna ke kelasnya sekedar memberikan makanan pada istrinya itu, namun kondisinya sedang sulit, karena Katya yang terus menempel pada Arthur.

"Sayang, kok gak di makan sih? Gak enak ya? Aku yang masak loh itu, makanan kesukaan kamu lagi." Katya merasa Arthur yang hanya menatap datar bekal yang ia bikin khusus untuk kekasihnya itu dan terlihat tidak menyukainya.

"Aku suka kok... tapi aku lagi gak nafsu makan aja, tapi aku bakal makan, walaupun gak sekarang." Katya merasa sikap Arthur berubah. Kekasihnya itu tidak lagi perhatian pada suatu hal yang berhubungan dengan Katya. Selama mereka berpacaran, Arthur tidak pernah menolak masakan Katya. Malah Arthur langsung memakannya dengan lahap. Tetapi sekarang berubah, Arthur bahkan tidak nafsu makan saat ini, tidak seperti Arthur yang Katya kenal.

"Kenapa gak nafsu makan? Itu kan capcai Ayam kesukaan kamu. Gak pernah kamu tolak malah makanan itu sebelumnya," tegur Katya sedikit menyindir Arthur yang menolak masakannya. Sedangkan Arthur menyadari Katya yang merasa dirinya sedikit berubah pun langsung melahap makanan yang di bawa oleh Katya.

"Aku makan sekarang ya." Arthur melahap capcai Ayam buatan Katya dengan lahap. Jujur Arthur sangat menyukai masakan Katya, namun ia benar-benar terpaksa menolak tadi, karena ia tidak bisa makan jika belum melihat istrinya mengisi perutnya.

Katya tersenyum tulus ketika melihat Arthur yang memakan masakannya dengan lahap. Walaupun Katya sadar Arthur terpaksa memakannya karena tidak mau membuatnya sakit hati. Katya masih belum tahu kenapa Arthur berubah seperti ini. Gadis itu selalu merasa ia baik-baik saja dengan Arthur selama ini, bahkan sangat jarang ada pertengkaran diantara mereka. Namun Katya berdoa hubungannya dengan Arthur akan terus berjalan baik.

[][][][]

Anna dan Olivia baru saja menyelesaikan catatan yang berikan oleh guru Bahasa Indonesia mereka di papan tulis. Mereka sedang merapihkan peralatan tulis mereka ke dalam tasnya masing-masing.

"Na, kantin gak?" Olivia bertanya pada Anna yang masih sibuk memasukan bukunya ke dalam tas. 

"Gue gak laper," jawab Anna tanpa menoleh dan terus merapihkan alat tulisnya. Olivia sudah menduga jawaban yang akan keluar dari mulut Anna. Dulu ia bisa membiarkan Anna tidak makan, tetapi sekarang tidak. Karena ada seorang bayi di dalam perut Anna dan ia harus diberi makan.

"Bosen gue denger lo ngomong gak laper mulu... pokoknya gue gak mau tau, lo harus makan," ujar Olivia dengan spontan. Anna bingung dengan respon Olivia, tidak biasanya Olivia tidak membiarkannya tidak makan seperti ini.

"Tapi, gue gak laper beneran Liv," balas Anna dengan santai.

"Terserah... kita ke kantin sekarang!" Olivia langsung menarik tangan Anna untuk mengajaknya ke kantin saat ini. Anna harus makan dengan teratur, itu yang ada di pikiran Olivia.

Anna hanya pasrah mengikuti langkah sahabatnya itu membawanya ke kantin. Sebenarnya Anna merasa senang mendapat perhatian dari sahabatnya itu. Akhir-akhir ini Anna merasa kesepian dan merasa sendiri. Akan tetapi hanya Olivia yang bisa membuatnya kembali tersenyum. Bahkan Anna tidak berharap lebih pada Arthur. Mungkin mereka memang tinggal bersama dan sepasang suami istri, namun jiwa mereka tidak bersama.

SOLITUDESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang