Kini Anna sedang mempersiapkan beberapa makanan dan cemilan untuk menyambut kedatangan teman-teman nya Arthur. Meski Anna sempat kesal dengan ke-empat teman Arthur namun ia berpikir. Mau sampai kapan ia akan membenci mereka?
Semua yang terjadi pada Anna adalah takdir nya, memang di awal Anna membenci ya, tetapi sekarang ia sudah bisa menerima nya sedikit demi sedikit.
Tidak lama, suara mesin password berbunyi. Menandakan ada seseorang yang menekan nya di pintu depan. Siapa lagi kalau bukan Arthur dan teman-teman nya. Setelah nya, Anna langsung menghampiri Arthur dan teman-teman nya.
"Hai Anna!" sapa Mario dengan percaya diri ketika melihat Anna yang menghampiri mereka, sementara itu Anna hanya merespon nya dengan senyum tulus.
"Wah, perut lo udah gede banget Na!" ujar Levin dengan semangat. Karena jujur saja, Levin menyukai aura dan penampilan ibu hamil, karena terlihat lucu dan imut baginya.
"Vin!" tegur Satria yang mendengar Levin mengatakan kata yang terdengar sensitif disini. Karena mereka masih tidak enak pada Anna. Secara tidak langsung, yang membuat Anna hamil adalah mereka, karena telah menjebak Anna untuk ditiduri oleh Arthur kala itu.
"Gapapa, gue udah ikhlas kok." Semua orang sontak menoleh ka arah Anna yang menjawab ucapan teguran Satria pada Levin, bahkan Arthur pun juga ikut terkejut.
"Udah-udah, mending kalian ke ruang tv sana... gue mau ganti baju dulu," kata Arthur yang berniat meleraikan suasana canggung antara istri nya dan ke- empat teman nya.
"Siap, boss!" Will langsung menarik ketiga temannya untuk menuju ke ruang keluarga yang Arthur katakan tadi. Setalah Mario, Will, Satria, dan Levin pergi, Arthur langsung mengajak Anna ke kamar nya untuk berbicara sebentar.
"Ngapain sih tarik-tarik?!" protes Anna pada Arthur yang masih menarik nya pelan menuju kamar.
Sesampai nya di kamar, Arthur langsung melepas tangan Anna dan mengajak nya berbicara sebentar, "Na, kamu beneran gak keberatan kalo temen-teman aku main ke sini?" Anna yang mendengar pertanyaan dari Arthur, hanya bisa mengerutkan dahi nya bingung.
"Kenapa gue harus keberatan?" Anna malah balik bertanya pada Arthur.
"Ya gitu... kamu paham lah, sama maksud aku," ucap Arthur lembut. Hal itu membuat Anna langsung memahami dengan ucapan Arthur.
"Oh itu, gue udah biasa aja kok... gue udah gak kesel sama temen-temen lo. Gue udah ikhlas," balas Anna dengan santai, sedangkan Arthur masih belum bisa percaya dengan ucapan Anna. Jujur Arthur sangat senang mendengar nya, namun ia juga masih belum bisa percaya.
"Na, serius?" Arthur masih belum yakin dengan ucapan Anna. Anna sendiri menyadari kalau Arthur sangat terkejut, sampai Anna merespon pertanyaan Arthur dengan anggukan spontan. Karena merasa bahagia, Arthur dengan reflek memeluk Anna dengan semangat dan erat.
"Makasih, Na... makasih banget..." ungkap Arthur dengan nada bahagia, serta senyum bahagia yang lebar. Anna sendiri juga hanya bisa membiarkan Arthur bahagia seperti ini, karena menurutnya, ia belum pernah melihat senyum bahagia Arthur seperti sekarang. Anna selama ini hanya merasa kalau Arthur di penuhi dengan rasa bersalah, bukan bahagia seperti sekarang.
"Udah lepas Thur, temen-temen lo pasti nungguin tuh di depan," pinta Anna pada Arthur yang masih merengkuh tubuh nya.
"Gak mau... aku mau peluk kamu yang lama," rengek Arthur dengan nada manja. Entah sejak kapan Anna merasa sangat nyaman ketika Arthur berdekatan dengan nya seperti saat ini. Jujur Anna sendiri tidak mau melepaskan pelukan Arthur dari tubuh nya, akan tetapi ia tidak boleh egois. Teman-teman Arthur pasti tengah menunggu nya di depan, dan mereka pasti membutuhkan makanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOLITUDES
RomanceHighest rank: #1 in Fiksiremaja #1 in Cerita #3 Pregnant #5 teenfiction #8 in Benci #8 in Pregnant ...