Anna dan Olivia menonton televisi di kamar rawat inap Anna. Mereka terlihat sangat tenang dan menikmati acara televisi tersebut. Tidak ada yang membuka suara sejak mereka menonton bersama. Sampai suara pintu terbuka yang sukses membuat mereka menoleh ke arah pintu.
Mata Anna dan Olivia membulat sempurna dan raut wajah mereka berubah menjadi cemas ketika melihat Arthur dan Raga yang baru datang dengan lebam-lebam di sekitar wajah mereka. Dengan cepat Anna dan Olivia menghampiri mereka.
"Kalian kenapa?" tanya Anna dengan nada cemas. Anna mengambil koper yang berisi pakaian nya dari tangan Arthur guna meringankan beban Arthur.
"Di pukulin maling," jawab Raga asal dan berbohong tentu nya. Lebam di wajah Raga di sebabkan oleh Arthur. Raga sendiri tidak menyangka kalau Arthur membalas pukulan demi pukulan yang di dapatkan nya dari Raga.
"Ma-maling... ada maling di mana?" Olivia sangat cemas ketika mendengar jawaban dari Raga.
Raut wajah Olivia dan Anna yang terlihat begitu cemas sangat terbaca oleh Raga dan Arthur. Mereka sendiri juga bingung harus menjelaskan bagaimana agar Anna dan Olivia tidak mengetahui percekcokan mereka siang tadi.
"Nanti gue ceritain, sekarang izinin kita duduk dulu ya," pinta Raga pada Olivia dan Anna seraya melangkah ke arah sofa, lalu mendudukan diri nya di sofa.
"Oke... gue minta P3K dulu sama suster." tanpa pikir panjang Olivia keluar dari ruangan rawat inap Anna.
Sementara itu Anna membantu Arthur ke brankar yang tampak susah untuk berjalan. Jujur Anna sendiri sangat sedih melihat keadaan Arthur saat ini. Anna menahan air mata nya sejak tadi agar tidak turun, ia tidak tega melihat lebam-lebam biru yang terhitung sangat banyak di wajah Arthur.
Hanya terhitung lima menit, Olivia sudah datang kembali dengan kotak obat-obatan di tangan kanan nya. Olivia melangkah cepat ke arah Anna guna memberikan beberapa obat tetes untuk mengobati Arthur, setelah nya ia berjalan ke arah Raga untuk mengobati nya.
Setelah mendapatkan obat dari Olivia, Anna langsung duduk tepat di sebelah Arthur agar lebih mudah mengobati luka lebam di wajah Arthur. Dengan cepat Anna langsung meneteskan obat tetes dan alkohol ke kapas yang akan di oleskan di wajah Arthur.
"Awsh!" Arthur meringis ketika kapas yang sudah di penuhi oleh obat tetes dan alkohol mengenai luka di wajah nya.
"Kenapa bisa luka-luka gini sih?" Anna kembali bertanya, namun kali ini nada bicara nya terdengar bergetar karena menahan air mata yang hampir jatuh di pipi nya. Arthur yang menyadari hal itu dan langsung berusha menenangkan istri nya itu.
"Aku gapapa, ini cuma luka kecil," ujar Arthur seraya mengelus lembut bahu Anna.
"Gak ada luka kecil kayak gini... mau jalan aja lo susah." Anna menggerutu seraya terus mengoleskan kapas yang dipenuhi obat tetes dengan lembut pada wajah Arthur. Mata Anna berkaca-kaca, ia sangat sedih dan itu tidak bisa di pungkiri lagi. Semenjak hamil memang Anna mudah menangis dan emosi nya sering tidak stabil.
Arthur juga tidak tega melihat Anna yang menahan tangis karena nya, tetapi Arthur sendiri bingung harus menjelaskan nya seperti apa. Pada akhirnya ia memutuskan untuk berbohong yang kesekian kali nya pada Anna.
"Ini bukan apa-apa. Lagi pula aku sama Raga juga gak ngira kalo bakal ada segerombolan maling yang nyerang kita," jelas Arthur berbohong dengan nada lembut. Air mata Anna menetes begitu saja kala mendengar jawaban dari Arthur.
"Segerombolan?" Anna tidak menyangka kalau Arthur di serang dengan banyak orang dan membuat nya seperti ini. Arthur yang melihat Anna semakin terlihat sedih langsung menghapus air mata nya dan mengelus tangan Anna yang sedang mengobati luka nya yang berada di sekitaran wajah.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOLITUDES
RomanceHighest rank: #1 in Fiksiremaja #1 in Cerita #3 Pregnant #5 teenfiction #8 in Benci #8 in Pregnant ...