BAB 65

5.4K 117 16
                                    

Tak terbayang oleh Anna kalau kisah hidup nya akan seperti ini. Hitam dan putih kehidupan sudah ia lalui dalam usia yang sangat muda. Semua impian dan keinginan nya pupus begitu saja karena takdir yang tidak berpihak padanya. Anna selalu bertanya, kenapa? Kenapa dirinya?

Memaafkan dan menerima tidak semudah itu. Bahkan disaat dia sudah berusaha menerima pun hidup nya masih bisa hancur. Apakah ia perlu memberi kesempatan kedua, bukan. Kesempatan kedua sudah Anna berikan, seharusnya kesempatan yang sudah tak terhitung.

Sebuah pelajaran hidup yang Anna dapatkan bisa membuat nya sangat kuat di masa mendatang, namun ia tidak pernah meminta untuk menjadi kuat. Kemauan untuk mengakhiri hidup nya terkadang suka menghampiri nya lagi. Mengingat buah hati yang di kandung nya tidak pantas menerima semua itu, maka di urungkan niat nya tersebut.

"Anna, miss me?" 

Suara itu, Anna mengenal nya, "Kak Raga?" 

Ada perasaan senang melihat seseorang yang selalu ada disaat Anna membutuhkan seseorang. Raga memperlakukan Anna dengan sangat baik, selayaknya Anna adalah adik Raga, padahal mereka hanya tetangga yang baru kenal.

"Iya ini gue, kangen gak?" 

"Kangen... kak Raga apa kabar?" 

"Gak usah nanyain gue, lo urusin diri lo... lo yang apa kabar?" kebiasaan manis Raga membuat Anna semakin senang berada di sekitar nya.

"Gue gapapa kok kak, cuma luka sedikit aja di paha, tapi sekarang gapapa," jawab Anna dengan nada tenang dan senyum manis.

"Luka? Lo di apain sampe luka?!"

"Umm, maling nya sempet nusuk paha gue kak..."

"Hah?! Sumpah Na?? Wah tuh maling belom aja ketemu gue!" Anna hanya terkekeh melihat sifat protective Raga padanya, menurut Anna itu menggemaskan, Anna merasa kalau ia mempunyai seorang kakak sungguhan.

"Gak dalem kok kak tusukan nya, besok kata dokter udah bisa pulang..." Raga hanya memanggut-manggut.

"Lo sendiri aja kak?" lanjut Anna basa basi.

"Gak... gue sama adik sepupu gue."

"Oh? Lo punya adik sepupu kak? Kok gue baru tau. Kok gak di suruh masuk, suruh masuk aja kak."

"Na...?" panggil Raga.

"Hmm?" 

"Adik sepupu gue gapapa masuk?"

"Gapapa lah kak, kok nanya nya gitu?"

"Oke, gue panggil dulu ya suruh masuk."

Kalau boleh jujur, Raga sangat gugup dan takut karena tidak mengungkapkan siapa adik sepupu nya itu. Memang niat kedatangan Katya ke rumah sakit itu baik, tapi tetap saja ada perasaan panik dan takut di dalam diri Raga. Apalagi Anna mengetahui kalau Raga mengenal Katya.

Tidak lama Raga dan Katya pun memasuki ruangan rawat Anna. Raut wajah semangat dan senang di wajah Anna luntur seketika ketika melihat gadis yang berdiri di sebelah Raga. 

Gadis itu yang membuat Anna sakit hati, namun juga merasa bersalah. Posisi Katya bukan lah sang perebut, melainkan Anna lah yang merebut Arthur, namun Anna tetap sakit hati pada Katya.

Tatapan Anna sudah terbaca dari jauh, kalau ia sedih. Perasaan ragu Katya semakin menjadi-jadi setelah melihat tatapan Anna. Sesakit hati itukah Anna padanya?

"Na, kenalin... ini adik sepupu gue, Katya," ujar Raga dengan tenang dan mengatur napas nya. Sedangkan Anna, ia sangat terkejut mendengar itu semua. Dunia sungguh sesempit itu? Kenapa harus Katya? Anna tidak mengharapkan semua ini.

SOLITUDESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang