Hampir semua murid sudah pulang ke rumah nya masing-masing karena bel pulang sekolah sudah berdering sejak sepuluh menit yang lalu. Sedangkan Anna hanya bisa menangis dan berjalan gontai ke kelas nya untuk mebereskan barang-barang nya.
Sesampai nya di kelas nya, ia melihat Olivia yang masih menunggu nya di meja mereka, namun wajah Olivia sangat sedih seakan-akan ia sudah tahu tentang Anna yang di keluarkan oleh sekolah. Dengan cepat Anna menghapus air mata nya dan menghampiri Olivia.
"Lo belom pulang?" tegur Anna pada Olivia seraya merapihkan buku-buku nya ke dalam tas.
"Na, gue bakal cari tahu yang buat lo kayak gini," lirih Olivia. Sedangkan Anna tidak mengerti dengan apa yang di ucapkan oleh Olivia.
"Ha? Maksud lo? Gak ngerti gue?" ucap Anna.
"Lo gak perlu tahu, tapi usahain jangan liat ke mading nanti pas lo keluar ya Na!" pinta Olivia.
Permintaan sahabat nya itu membuat Anna sangat penasaran. Degup jantung nya mendadak berdetak sangat cepat. tanpa pikir panjang ia merapihkan buku nya dengan terburu-buru dan berlari keluar untuk melihat mading.
"Anna!" Olivia langsung mengejar Anna yang berlari keluar kelas.
Tubuh Anna membeku ketika melihat semua foto perut buncit nya tertempel sempurna di mading. Ia tidak menyangka diri nya akan disiksa seperti ini. Air mata turun kembali dan membasahi pipi Anna. Beruntung Anna menyuruh kedua orang tua nya menunggu nya di mobil, karena kalau tidak bisa saja orang tua Anna menuntut sekolah ini.
Tangan nya pun juga tidak mampu melepaskan semua foto-foto tersebut dari mading. Hati, jiwa dan raga nya sudah hancur berkeping-keping. Anna sudah sangat menyerah dengan hidup nya. Bahkan sekarang semua murid telah mencemooh nya di depan mading.
"Bitch!"
"Hamil anak haram kayak apa rasa nya ya?"
"Gue sih jadi dia malu parah."
"Gila gak nyangka gue... ternyata dia jalang."
"Bapak nya tuh anak pasti orang gak bener tuh."
Anna hanya menundukan kepala nya serta air mata yang terus turun dari mata nya. Ia sangat malu dan sakit hati untuk menghadapi dan menjawab cemoohan mereka. Beruntung tidak lama Olivia pun datang untuk mengusir orang-orang yang mencemooh Anna.
"Pergi gak lo semua! Temen gue bukan bahan tontonan!" semua orang menatap Olivia tidak suka, lalu mereka pun pergi dengan langkah berat dan mensoraki Anna serta Olivia.
Olivia tidak tega melihat Anna yang sedih seperti ini. Gadis itu memeluk Anna dengan erat dan penuh perasaan yang menadakan kalau ia sama sedih nya dengan yang Anna rasakan.
"Lo kuat... gue tau lo kuat," ujar Olivia dengan nada sendu serta mengelus pelan pundak Anna. Sementara Anna hanya diam dan hanya mampu menangis. Ia tidak tahu harus berbicara apa. Semua nya hancur, mulai dari harapan, mimpi, serta kebahagiaan nya sudah hancur.
[][][][]
Flashback scene
Senyum licik terukir di bibir Katya. Ia memang sudah mengumpulkan beberapa bukti untuk meyakinkan ke Ayahnya untuk mengeluarkan Anna dari sekolah. Ucapan nya tidak pernah main-main.
Dengan semangat ia menunggu seseorang untuk mencetak hasil jepretan nya untuk menjadi bukti. Sangat tidak sabar Katya menanti hal ini, ia hanya diam selama ini namun tidak dengan sekarang.
Tidak lama dua orang pun datang menghampiri Katya, "Nih foto nya. Mana bayaran kita?"
"Gue cek dulu, baru gue bayar. Mana sini foto nya!" dua pria tersebut memberikan foto tersebut pada Katya. Sangat puas yang Katya rasakan ketika melihat semua bukti ini akan menghancurkan Anna sedikit lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOLITUDES
RomanceHighest rank: #1 in Fiksiremaja #1 in Cerita #3 Pregnant #5 teenfiction #8 in Benci #8 in Pregnant ...