Entah apa yang mengganggu tidur Anna sampai membuat nya terbangun di pukul empat pagi. Bahkan Anna sama sekali tidak merasa ngantuk walau jam tidur nya tidak benar.
Anna melihat Arthur yang sedang tertidur dengan nyenyak di sofa bagaikan tidak ada gangguan. Ingin sekali Anna tidur dengan lelap seperti yang Arthur lakukan saat ini, namun tidak bisa karena pikiran nya terganggu akan banyak hal.
Anna sendiri tidak mengerti kenapa beban pikiran nya terlalu banyak, meski ia sudah berusaha mengabaikan nya namun tetap saja hal itu menganggu tidur nya. Tanpa sadar Anna mengelus pelan perut nya yang sudah lumayan buncit.
"Kalian berdua baik-baik ya di sini. Maafin Mama kalo sering bikin kalian sedih," lirih Anna pada anak kembar nya yang ada di dalam kandungan nya.
Perasaan sayang pada calon anak nya sudah tumbuh dalam diri Anna sejak lama. Jujur Anna merasa sangat bersalah karena di awal masa kehamilan nya ia menolak mentah-mentah calon anak nya itu. Tanpa di sengaja air mata turun kembali.
"Maafin Mama ya... dulu Mama jahat sama kalian. Hiks Mama bukan Mama yang baik. Maaf ya hiks," lirih Anna pada calon anak kembar nya di dalam perut seraya mengelus pelan perut buncit nya itu seraya menghapus air mata nya yang membasahi pipi nya.
Anna tidak keberatan kalau ketika lahir nanti anak nya akan benci pada nya, namun ia tidak mampu untuk bertahan hidup jika hal itu sungguh terjadi. Kenapa penyesalan selalu datang terakhir? Jika datang di awal, Anna tidak akan sebenci itu pada anak nya dahulu.
Seharus nya ia sadar dari awal kalau anak nya yang di kandung tidak lah salah dan tidak seharus nya ia membenci calon anak nya itu. Anna sedari awal hanya benci pada Arthur, tetapi malah ia lampiaskan pada calon anak nya. Sungguh Anna merasa sangat menyesal.
Tiba-tiba perasaan nyeri pada perut nya kambuh lagi. Anna mengetahui kalau ia harus makan dan minum obat segera agar rasa nyeri nya hilang. Dengan cepat Anna memanggil suster dengan menekan tombol nurse yang ada di dekat brankar, namun ketika Anna hampir menggapai nya tombol nurse tersebut terpeleset dari kasur dan terjatuh ke lantai.
Hal itu membuat Arthur terbangun dari tidur nya, karena suara hentakan tombol nurse dengan lantai sedikit keras. Sedangkan Anna sedang berusaha turun dari brankar untuk mengambil kabel tombol nurse yang menggantung agar lebih mudah mengambil tombol nurse tersebut yang terjatuh.
Namun belum sempat Anna mengambil nya, tombol nurse tersebut sudah ditaruh di atas brankar oleh Arthur. Anna sedikit terlonjak karena terkejut melihat Arthur yang sudah berada di hadapan nya. Karena baru saja beberapa menit yang lalu Anna melihat Arthur yang tertidur lelap dan tiba-tiba pria itu sudah berdiri tegap di depan nya.
"Kamu mau ngapain manggil suster? Ada yang sakit?" tanya Arthur yang khawatir dengan suara khas baru bangun tidur nya.
"Gue mau minta makanan sama obat," jawab Anna dengan tenang.
"Kok gak bangunin aku?" tanya Arthur sekali lagi.
"Lo tidur nya nyenyak banget. Mana tega gue bangunin nya," balas Anna dengan jujur.
"Gapapa, lain kali bangunin aja ya kalo kamu butuh apa-apa," ujar Arthur dengan pelan pada Anna, sedangkan Anna hanya mengangguk merespon ucapan Arthur.
"Ya udah sekarang biar aku yang ke suster ya buat minta apa aja yang kamu butuhin," kata Arthur lembut pada Anna.
"Um oke."
Setelah mendapat izin dari Anna, Arthur langsung keluar dari kamar rawat inap Anna dan memanggil suster untuk membawakan makanan dan obat.
Tidak butuh waktu lama untuk hal itu, Arthur pun kembali lagi ke dalam kamar rawat inap dan tinggal menunggu suster membawakan makanan dan obat untuk Anna.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOLITUDES
RomanceHighest rank: #1 in Fiksiremaja #1 in Cerita #3 Pregnant #5 teenfiction #8 in Benci #8 in Pregnant ...