Saat ini hanya ada Arthur dan Anna di dalam ruangan rawat inap. Keadaan sangat canggung, di mulai dari Anna yang enggan menatap Arthur dan juga Arthur yang ragu untuk memulai percakapan.
Jujur Anna sangat kesal dan kecewa maka dari itu ia sama sekali malas untuk menatap wajah Arthur. Sedangkan Arthur dia tahu kalau Anna sedang kesal dengan nya maka dari itu ia ragu untuk memulai percakapan karena takut kalau Anna akan menghindari percakapan.
Namun Arthur mencoba untuk memulai nya agar suasana tidak terlalu canggung dan saling diam satu sama lain seperti sekarang, "Na?" panggil Arthur.
Anna menyadari kalau Arthur memanggil nya, namun ia sangat enggan dan gengsi untuk menoleh ke arah nya. Sementara Arthur menghela napas nya ketika di cueki oleh Anna.
"Anna?" panggil nya sekali lagi. Namun tetap tidak di gubris oleh Anna.
"Anna..." kali ini Arthur melangkah lebih dekat ke arah Anna.
"Jangan kabarin Mama sama Papa kalo gue di rawat." Anna pun membuka suara walau tidak menoleh ke Arthur sama sekali dan membuat Arthur berhenti melangkah.
"Kenapa gak di kabarin? Mereka juga harus tau kalo kamu lagi di rawat," balas Artur lembut.
"Jangan pokok nya. Gue gak mau mereka sedih cuma gara-gara gue. Pokoknya setiap gue sakit atau kenapa-napa, Mama sama Papa jangan di kasih tau," jelas Anna yang masih juga enggan menoleh ke arah Arthur. Sementara Arthur hanya bisa menuruti ucapan Anna karena ia tidak mau berdebat karena hal ini.
"Oke aku gak bakal bilang ke Mama Papa," tuntas Arthur seraya melanjutkan langkah nya ke arah Anna yang masih dibuk memandangi jendela dengan posisi duduk membelakangi Arthur.
"Aku minta maaf ya Na," lanjut Arthur yang sudah berada di depan Anna. Tentu nya Anna merasa kesal melihat wajah Arthur yang ada di hadapan nya saat ini.
"Minggir ah! Gue lagi liat jendela," sergah Anna seraya menggeser tubuh Arthur agar menjauh dari hadapan nya. Namun kekuatan Arthur lebih besar dari Anna dan membuat tubuh nya tidak tergeser sama sekali.
"Ck!" Anna berdecak malas ketika tubuh Arthur tidak juga bergeser. Akhirnya Anna pun menyerah dan memutuskan untuk mendiami Arthur.
"Na dengerin aku," pinta Arthur lembut pada Anna yang tidak melihat ke arah nya. Ucapan Arthur sama sekali tidak di balas oleh Anna.
"Anna..." tegur nya dengan lembut, namun Anna tetap tidak mengubris nya.
"Dengerin penjelasan aku dulu Anna," ucap Arthur yang masih membujuk Anna agar mau mendengarnya, namun Anna tetap diam seakan-akan tidak ada yang berbicara di hadapan nya.
"Jangan gini dong Na," kesabaran Arthur sudah mulai menipis. Namun Anna belum juga mengubris dan masih diam, bahkan tidak menoleh ke arah Arthur sama sekali. Hal itu membuat Arthur geram.
"ANNA!" teriak Arthur secara tiba-tiba membuat Anna tersentak kaget dan langsung menoleh ke arah Arthur. Mata Anna berkaca-kaca karena merasa terkejut dan juga merasa di bentak oleh Arthur.
Perasaan Anna sangat sensitif, namun Arthur malah meneriaki nya. Tantu nya hal itu membuat Anna sangat sakit hati. Ia paling tidak suka di bentak atau di teriaki seperti tadi. Lagi pula di sini Anna tidak salah, ia hanya merasa kesal dan kecewa karena Arthur yang tidak peduli pada nya seharian ini.
Sedangkan Arthur merasa sangat bersalah ketika meneriaki Anna seperti tadi. Jujur ia sudah kehabisan kesabaran, maka dari itu ia meneriaki Anna seperti tadi. Namun cara nya salah, dan tentu nya Anna tidak bisa di bentak seperti itu. Hati nya meringis melihat mata berkaca-kaca milik Anna yang menatap manik nya dengan tatapan ketakutan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOLITUDES
RomanceHighest rank: #1 in Fiksiremaja #1 in Cerita #3 Pregnant #5 teenfiction #8 in Benci #8 in Pregnant ...