Sore ini mereka sudah berada di ruangan dokter psikiater yang akan memeriksa Anna. Sudah beberapa hari akhir ini, Anna merasa mimpi nya tidak seburuk malam-malam sebelum nya. Ia memang masih sering kedatangan mimpi itu, namun tidak sesering dan separah dulu. Sementara Arthur hanya duduk di samping Anna, sembari menemani isrti nya.
"Coba tolong kamu jelaskan, gimana mimpi itu?" pinta sang dokter dengan sopan pada Anna. Anna yang mendengar perintah sang dokter menarik napas, lalu menghembuskan nya guna memberanikan diri untuk menceritakan nya pada dokter tersebut.
"Mimpi nya parah banget buat saya dok, pokok nya mimpi itu ketakutan tebesar saya. Tapi saya juga gak tau, akhir-akhir ini mimpi itu gak terlalu sering dateng pas saya tidur," jelas Anna dengan tenang. Anna sendiri tidak menyangka akan berani menceritakan mimpi tersebut.
"Ada gak, kamu ngerasa ngelakuin sesuatu yang buat mimpi kamu berkurang?" Anna berpikir sejenak untuk menemukan jawaban dari pertanyaan Dokter Kinan.
"Saya... saya kurang yakin dok. Tapi saya nyoba nerima semua kehidupan saya yang sekarang dok. Tapi saya gak yakin, kalau itu yang buat mimpi saya jadi gak separah dulu."
"Itu bisa jadi Anna. Mimpi buruk kamu itu berasal dari trauma besar yang kamu alami. Kamu tidak bisa melupakan atau membiarkan nya berlalu. Maka dari itu, mimpi tersebut selalu menghampiri mu. Tapi karena kamu udah mulai nerima semua nya. Mimpi itu mulai menghilang sedikit demi sedikit dari benak kamu."
Mendengar ucapan dokter tersebut membuat Anna sedikit memahami nya. Ia beryukur mimpi buruk nya mulai menghilang. Di sisi lain, Arthur tersenyum hangat ketika mendengar ucapan Anna yang sudah menerima semua nya secara perlahan.
"Kunci nya cuma satu. Jadikan masa lalu kamu yang buruk sebagai pelajaran di masa depan. Jangan di jadikan ketakutan terbesar kamu. Kamu harus berani menghadapi nya Anna," ujar sang dokter pelan pada Anna.
"Saya yakin kamu bisa sembuh segera tanpa harus periksa sama saya lagi... semangat Anna," lanjut sang dokter.
Anna akan mencoba saran dari Dokter Kinan pada nya. Anna berterima kasih sekali pada Dokter Kinan yang sudah membantu nya.
"Terima kasih dokter." Anna tersenyum ramah pada sang dokter seraya mendirikan tubuh nya dari sofa, dan diikuti oleh Arthur.
"Sama-sama."
"Kalau begitu kita permisi, dok." sang dokter mengizinkan mereka keluar ruangan.
Kini Anna dan Arthur sudah berada di luar ruangan Dokter Kinan. "Mau langsung pulang?" tanya Arthur pada Anna.
Sedangkan Anna bingung ingin menjawab apa. Ia merasa di hari sabtu nya ini harus jalan-jalan untuk menikmati waktu libur nya itu.
"Gue mau jalan-jalan," jawab Anna.
"Mau ke mana?"
"Ke festival malem di deket sekolah... ah, pasti seru banget!" ucap Anna dengan semangat. Baru pertama kali Arthur melihat Anna yang sesemangat ini, tentu nya hal itu membuat hati Arthur hangat di buatnya.
"Oke kita kesana, tapi janji sama aku.. jangan capek-capek, ya?" mendengar Arthur yang menyetujui permintaan nya membuat Anna mengangguk dengan cepat. Ia sangat senang untuk mengunjungi tempat itu.
"Gue janji!"
[][][][]
Beberapa wahana mini, beberapa jajanan, serta pemandangan lain nya membuat senyum Anna tidak memudar. Ia sangat senang melihat keindahan di depan mata nya ini. Anna merasa ingin mencoba semua nya. Bahkan wahana yang ekstrim.
Anna berlarian ke sana ke sini untuk melihat apa saja yang ada di festival. Padahal Arthur sudah melarang Anna untuk tidak berlarian sejak tadi, tapi tetap saja Anna tidak peduli, dan terus berlarian dengan semangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOLITUDES
RomanceHighest rank: #1 in Fiksiremaja #1 in Cerita #3 Pregnant #5 teenfiction #8 in Benci #8 in Pregnant ...