Perasaan murka yang Arthur rasakan saat ini. Semua foto Anna yang tertempel di mading belum juga di lepas sampai sekarang. Baru juga tiba di sekolah tapi Arthur sudah melihat sesuatu yang menjengkelkan.
Dengan kasar Arthur mencopot semua foto tersebut. Hati nya juga mencelos ketika melihat semua foto itu. Ia jadi teringat kembali bagaimana Anna menangis semalam karena mengingat cemoohan semua teman-teman sekolah nya.
"Siapa yang nempelin foto ini, sialan!?" geram Arthur seraya mencopot semua foto tersebut.
"Berengsek! Gue bakal abisin orang yang nempelin foto ini!" dengus Arthur yang masih mencopot semua foto.
Foto di mading sangat banyak, bahkan hampir menempati seluruh mading. Setelah semua foto tidak tertempel lagi di mading, Arthur langsung membuang nya ke tong sampah. Ingatan tentang tangisan Anna masih terus terbayang oleh Arthur, hal itu membuat nya semakin ingin mencari siapa yang menempel foto tersebut.
Mulai saat ini Arthur akan mencari tahu siapa orang jahat tersebut. Arthur pun berjalan dengan langkah cepat karena emosi yang tidak stabil setelah melihat foto di mading. Setelah sampai di kelas Arthur sudah di sambut dengan Mario, Levin, Will, dan Satria.
"Woi muka lo bete amat!" tegur Satria ketika melihat ekspresi wajah Arthur tidak menyenangkan ketika masuk kelas.
"Sat... lo kan tau masalah nya," timpal Will pada Satria. Mereka memang sudah mengetahui masalah nya karena semua gosip sudah tersebar di sekolah mereka ini.
"Oh iya, gue lupa," jawab Satria seraya menepuk dahi nya. Sedangkan teman-teman yang lain nya hanya geleng-geleng melihat tingkah teman nya itu.
"Thur, kita bisa bantu nih!" ucap Mario pada Arthur yang sudah duduk di meja belakang nya.
"Nah bener tuh... kita siap bantu lo kok," timpal Levin yang mendukung ucapan Mario.
Arthur sendiri juga senang mendengar nya, namun ia takut merepotkan keempat teman nya itu. Bagi Arthur mereka sudah sangat sering membantu Arthur, walaupun mereka juga yang membuat Arthur susah. Namun tetap saja Arthur tidak mau merepotkan mereka.
"Gak usah, gue gak mau ngerepotin kalian," jawab Arthur dengan nada datar membuat teman-teman nya menoleh.
"Ngerepotin? Yailah Arthur... lo kenal kita udah tiga tahun. Gak ada kata saling ngerepotin disini," ujar Mario pada Arthur.
"Bener tuh kata Mario. Lo ada-ada aja," sambung Levin.
"Lo tenang aja Thur," tambah Satria seraya menepuk pelan pundak Arthur.
"Kalian serius?" tanya Arthur pada teman-teman nya itu. Jujur Arthur masih ragu untuk meminta bantuan, namun mereka membujuk Arthur untuk menerima bantuan mereka.
"Iya kita serius..." jawab Will.
"Makasih," ucap Arthur.
"Gak perlu makasih segala. Sekarang kita rundingin siapa dalang masalah lo ini," titah Will.
"Nah bener tuh. Kita bakal cari tau siapa yang udah nempelin foto itu di mading," ujar Levin.
"Kita bakal cari tau secepat nya," timpal Satria.
[][][][]
Entah kenapa Anna ingin sekali memasak makanan untuk Arthur malam ini. Sengaja ia menyuruh Arthur bersekolah pagi tadi walaupun Arthur ingin membolos untuk menjaga Anna yang masih kurang sehat. Namun Anna tetap menyuruh nya berangkat ke sekolah karena Anna sudah menyiapkan kejutan untuk Arthur.
Namun ia bingung ingin memasak apa, karena bahan nya belum ada di dapur nya itu. Ia harus ke supermarket di lantai bawah apartment nya itu, "Masak apa ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
SOLITUDES
RomanceHighest rank: #1 in Fiksiremaja #1 in Cerita #3 Pregnant #5 teenfiction #8 in Benci #8 in Pregnant ...