END

6.7K 103 7
                                    

Warn: 2200 word

Pukul empat sore sudah terlihat pada jam dinding rumah sakit, hal itu membuat Arthur semakin terburu-buru merapihkan pakaian dan peralatan istrinya ke dalam koper. 

Jadwal yang di tentukan dokter untuk Anna pulang adalah pukul tiga sore, namun karena Arthur ketiduran ia jadi telat membantu Anna. Padahal istrinya itu sudah bilang tidak perlu membantu jika lelah, namun Arthur sangat keras kepala dan membiarkan istrinya yang berbadan tiga itu untuk duduk manis.

"Sikat gigi kamu di mana sayang?" tanya Arthur yang menyadari kalau belum ada sikat gigi di dalam tas.

"Di kamar mandi gak ada ya?" tanya Anna untuk memastikan.

"Gak ada, aku udah cek tadi... ke mana ya?"

"Ya udah lah biarin aja kalo ilang, nanti beli lagi aja- eh, ini deh di kolong kasur... keliatain tuh dari kaca." Anna berusaha menundukan tubuh nya untuk mengambil sikat gigi tersebut.

"Eh jangan Na! Diem! Kamu lagi hamil gede gitu perut nya mau nunduk... jangan, aku aja yang ambil." Reflek senyuman Anna terukir, entah sikap manis yang sederhana seperti ini membuat Anna merasa tenang dan nyaman. Sikap perhatian Arthur selalu membuat nya merasa perempuan yang paling spesial di dunia.

Tidak lama, Anna merasa perut nya ngilu, namun tidak sakit, "Eh?" reflek Anna mengeluarkan suara ketika rasa ngilu di perut nya semakin terasa. Anna mengelus perut nya pelan.

"Ehh?" Anna merasa ada yang menonjol dari dalam perut nya, reflek wanita cantik itu langsung tersenyum.

"Kenapa Na? Perut kamu sakit?" Arthur panik melihat gerak gerik Anna yang tak biasa. Arthur yang tengah jongkok di bawah kasur, reflek berdiri dan duduk di sebelah istrinya.

Arthur memegang perut Anna, lalu tidak lama ada sesuatu yang bergerak di dalam nya, tentu Arthur merasa panik, "Na... aku ngerasa ada yang gerak diperut kamu, aku panggil dokter dulu sebentar." Setelah mendengar ucapan Arthur, Anna langsung menahan Arthur.

"Gak perlu, ini baby nya yang bergerak... mereka nendang-nendang perut aku," ujar Anna yang disertai senyuman hangat yang terlihat sangat bahagia akan reflek dari calon anak nya itu yang tengah aktif di dalam perut nya. 

"Serius na? Tapi tadi kok kamu kayak kesakitan? Panggil dokter aja ya?" Arthur tetap merasa tidak yakin karena tadi raut wajah istrinya terlihat seperti kesakitan, bagi Arthur tidak mungkin anak bayi yang belum terlalu kebentuk akan menendang sekeras itu sampai Anna merasa sakit pada bagian perut nya.

Anna sendiri melihat reaksi Arthur tertawa pelan, untuk nya suami nya menggemaskan jika bersikap terlalu protective seperti ini.

"Aku serius... aku ngerasain sendiri Thur, kan mereka ada di perut aku." Mendengar ucapan sang istri membuat Arthur mengurungkan niatnya untuk memanggil dokter dan mengatur napas nya agar tidak merasa panik.

"Mau coba elus baby nya gak?" tanya Anna pada Arthur. Jujur agak canggung, tapi Arthur ingin menyapa calon anak nya. Arthur pun merespon dengan anggukan dan mendekatkan tangan nya ke perut Anna.

Perlahan Arthur elus perut buncit istri nya, hanya dalam hitungan detik perut Anna bergerak kembali, namun yang satu ini berbeda dengan yang tadi. Arthur merasa telapak tangan nya seperti ada yang menusuk dari bawah, ia pun mengangat tangan nya menjauh sedikit dari perut Anna dan melihat ada yang menonjol kecil di perut buncit Anna.

Bagaikan sebuah keajaiban bahwa anak nya merespon sapaan sang ayah. Arthur terharu dan senang. Ia tidak sadar kalau anak nya sudah tumbuh sebesar itu di perut sang istri dan sudah mengenal sosok ayahnya. 

Di pegang kembali perut Anna, dan lagi-lagi tendangan si kecil mengenai telapak tangan Arthur, reflek Arthur tersenyum dan tertawa kecil dan berkata, "Gemes banget anak Papa udah bisa nendang-nendang... gede nya mau jadi ronaldo wati ya, hm? Udah ya jangan nendang terus, kasian Mama perut nya atit."

SOLITUDESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang