☁☁☁
Tok.. Tok.. Tok...
"Sayang, makan malem dulu yuk?"
Nala menoleh ke arah pintu kamar, suara sang Ibu sudah terdengar dengan cepat ia merapikan rambutnya yang berantakan lalu berjalan ke arah pintu.
"Ayo," balasnya dengan senyum lebar yang di mana membuat wanita paruh baya itu tersenyum.
"Kamu tuh lagi ngapain sih di kamar terus dari pulang sekolah?" tanya Ibunya sambil menuruni tangga.
"Biasa bu, nonton," jawabnya.
Nina--Ibu Nala yang tahun ini berusia 39 tahun. Wanita paling kuat yang Nala kenal.
"Kamu tuh kalo udah nonton suka gak tau waktu. Coba kalo Ibu belum pulang, pasti sampai malem tuh kamu nonton," ucap Ibunya seraya mengambilkan nasi serta lauknya untuk Nala.
Nala menerimanya dengan semang hati, "Makasih bu," ucapnya.
"Yaudah kamu makan ayo, pasti belum mandikan?" tanya Nina lagi dan Nala menggeleng kecil.
"Iya abis makan mandi."
"Gak usah. Kamu cuci kaki, cuci muka sama sikat gigi aja. Kebiasaan mandi malem nanti kamu sakit loh, Nala."
"Kan ada ibu!"
Nina hanya menghela nafas pelan, "Ibu mungkin bisa mengobati orang lain. Tapi ibu belum tentu bisa mengobati kamu, sayang."
"Jangan mentang-mentang ibu dokter jadi kamu bisa seenaknya sama diri kamu sendiri. Sehat itu mahal dan ibu gak mau sampai kamu sakit," lanjutnya.
"Iya, besok-besok bakal nurut. Yaudah sekarang makan, aku udah laper," balasnya.
"Kamu tuh kalo dikasih taunya selalu aja."
Mendengar itu tentu saja ia tertawa pelan dan mulai melahap makannya.
Ibunya itu seorang dokter--spesialis Jantung. Hari ini sedang pulang cepat, namun akan kembali ke rumah sakit nanti pukul 9 karena ada jadwal operasi.
Ditengah kesibukan sang ibu, Nala tetap merasakan bagaimana rasanya disayang dan dicintai setulus hati olehnya. Jika tidak bisa pulang ke rumah, Nala dan ibunya akan tetap berkomunikasi. Jadi, Nala tidak pernah protes dengan jam kerja ibunya yang menyita banyak sekali waktu mereka. Toh ibunya juga bekerja untuk dirinya, untuk keduanya.
"Gimana hari pertama sekolah?" tanya ibunya membuat Nala terdiam.
Ingatannya jatuh pada kejadian siang tadi. Kejadian yang berusaha ia lupakan walau nyatanya sia-sia.
"Kalian ini saya lagi menjelaskan untuk acara besok, malah mengobrol!!" seru kakak OSIS membuat Nala dan Rea menundukan kepalanya.
"Coba sebutkan barang apa saja yang harus dibawa besok?" tanyanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arsyanendra story
JugendliteraturIni tentang Arsyanendra Sangga Zafar. Lelaki yang tidak mempercayai adanya cinta di dunia ini. Menurutnya jatuh cinta itu fenomena paling tidak masuk akal. Dan selama hidup, tak sekali pun ia merasakan apa itu yang namanya cinta. Pandangannya tenta...