9 : Pulang

22.2K 1.2K 25
                                    

☁☁☁

Sambil membenarkan ransel yang ada di punggungnya. Mata Nala tak henti-henti menatap tajam lelaki yang saat ini sibuk membulak-balikan kertas yang ada di tangannya.

"Dasar manusia gak berperasaan!"

"Kanebo kering!"

"Kakaknya beruang kutub!"

"Muka triplek!"

Gerutuan-gerutuan kecil itu sukses menarik perhatian Rea, Anna dan Suci yang memang berada di dekatnya.

"Kenapa lagi lo?" tanya Suci membuat Nala mengerucutkan bibirnya.

"Kesel sama dia!!" jawab Nala langsung seraya menunjuk Arsya dengan jari mungilnya.

Rea melebarkan matanya seraya menurunkan kembali tangan sahabatnya itu. "Please ya La, gue gak mau lagi berurusan sama Letnan Arsya! Lo gak inget, gue hampir mati gegara lo!" kesal Rea membuat Nala semakin berdecak dan menghentakan kakinya.

"Kok gara-gara gue sih? Dia aja yang gak punya perasaan! Orang lagi tidur malah diguyur pake air seember, bukan cuma lo yang mau mati tapi gue juga. Emangnya lo pikir, idung gue gak sakit kemasukan air tiba-tiba hah?!" omel Nala melampiaskan kekesalannya.

Anna dan Suci menggeleng kecil melihat keduanya, walau geli hati saat mengingat bagaimana cerita Nala dan Rea saat mereka dibangunkan dengan cara tidak manusiawi oleh Arsya.

"Lagian udah kita bangunin malah tidur lagi. Lo lupa kita lagi camping, bukan liburan," ucap Anna membuat Nala dan Rea mendelik sinis padanya.

"Apa?! Mau gue congkel mata lo berdua?!" gertak Anna, Nala sendiri langsung kembali mengerucutkan bibirnya.

"Lo juga, segala kasih tau OSIS!" kesal Nala.

Dengan senyum bangga, Anna menjawab. "Gue itu anaknya jujur banget, kalo lo mau tau," balasnya santai.

Nala dan Rea langsung mendengus sekencang-kencangnya, sedang Suci sudah tertawa pelan melihat itu.

"Udah sih, lupain aja masalah tadi. Toh kita juga bentar lagi pulang," ucap Suci menghentikan perdebatan sengit itu.

Memang benar, sekarang sudah saatnya pulang. Jam menunjukan pukul 10 siang, semua sudah siap dengan barang-barang bawaannya.

"Semuanya sudah berkumpul? Tidak ada yang tertinggal lagi?" tanya Arsya menggunakan mic.

"Sudah!!"

Mendengar itu Nala lantas kembali menatapnya, mendelik tajam dengan mulut yang tak henti-henti menggerutu. Entah merasa atau apa, Arsya tiba-tiba saja menoleh padanya. Membuat mata keduanya bertemu dan itu dimanfaatkan dengan baik oleh Nala.

Ia sudah bertekad tidak akan takut dengan Arsya yang menyeramkan itu. Alhasil kini Nala memelototi Arsya, tangan kecilnya bergerak untuk mengacungkan jari tengah pada lelaki itu.

Arsya sendiri hanya mengkerutkan keningnya bingung, melihat gadis yang kini melebarkan matanya lebar-lebar. Ia semakin dibuat tidak percaya dengan tingkahnya saat jari mungil itu mengacung untuknya.

Dengan helaan nafas pelan, Arsya menggeleng dan mengalihkan pandangannya.

"Suruh semua masuk bis, masing-masing," ucap Arsya pada salah satu OSIS yang ada di dekatnya.

"Siap!"

Tidak lupa Arsya juga memberikan kertas dan mic yang ada di kedua tangannya. Lalu ia berjalan menuju sebuah dahan pohon di mana ia menaruh tas di sana. Tangannya terulur untuk mengambil sebuah botol, sejak tadi tenggorokannya sangat kering belum lagi ia merasa asam di mulutnya karena belum menghisap rokok sejak pagi.

Arsyanendra storyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang