31 : Pertemuan tak terduga

19.4K 1.1K 15
                                    

☁☁☁

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

☁☁☁

Suasana malam ini cukup menegangkan. Dua lelaki yang menjabat sebagai pemimpin dari masing-masing geng, terlihat berdiri berhadapan melayangkan bendera perang. Begitu juga dengan anggota masing-masing yang sudah siap di belakang, beberapa bahkan sudah memegang sebuah kayu.

Eros--lelaki itu tersenyum penuh meremehkan. Di hadapannya terdapat Arsya yang menatap dingin dirinya. Seolah tatapan itu bukan apa-apa baginya, padahal semua orang tahu tatapan itu awal dari kehancuran.

"Lo ... gak kangen?" tanya Eros pelan namun terdengar jelas karena suasana memang sedang sunyi.

Tidak ada yang paham, tapi semua tahu Eros sedang memancing emosi seorang Arsyanendra. Baik anggota Vandalas atau pun Alligator tidak tahu kenapa Arsya sangat mudah tersulut emosinya dengan hal-hal kecil yang keluar dari mulut Eros. Ya--terkecuali Eros, lelaki itu seolah tahu apa saja hal yang membuat mental Arsya tergunjang dan emosinya meledak.

"Nendra, kedatangan lo selalu ditunggu," lanjut Eros tapi Arsya belum membuka suara.

"Kenapa semesta selalu berpihak sama lo?" tanya Eros dengan suara lantangnya.

"Padahal, lo itu ...," ucap Eros kini mendekatkan dirinya pada Arsya lalu menyinggungkan senyum miring.

"Lo ... cuma an--."

Bugh.

Bugh.

Bugh.

"SERANG!!!"

☁☁☁

Sepasang kaki pendek Nala menggayuh sepeda putih itu dengan kecepatan penuh. Berusaha sampai rumah secepat mungkin, padahal kakinya sudah hampir mati rasa.

Jantungnya berdebar sangat kencang, apalagi saat kejadian beberapa menit lalu melintas di kepalanya.

"Neng, malem-malem sendirian aja," seorang pria bertato itu mendekati Nala yang baru saja keluar dari minimarket 24 jam.

Nala terkejut, tentu saja. Apalagi saat melihat pria itu berjalan dengan sempoyongan. Membuat Nala yakin bahwa pria bertato itu adalah preman yang sedang mabuk.

"Neng sini dulu."

Dengan perasaan takut dan panik, Nala mulai menaiki sepedanya. Menaruh belanjaannya di keranjang depan.

"Neng, mau ke mana? Di sini aja sama abang," ucapnya lagi tepat di sisi kanan Nala.

Mata Nala melebar, lalu dengan cepat ia menginjak pedal sepedanya. Namun tangan bertato itu lebih dulu menahan jok belakangnya membuat Nala kesusahan.

Arsyanendra storyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang