☁☁☁
Ia pikir, perjalanan menuju tempat camping akan menjadi hal yang paling menyenangkan di awal masa SMA nya. Bayangan akan duduk bersama Rea, memakan cemilan, bercanda tawa dengan teman-teman yang lain, berfoto ria, bernyanyi bersama dan masih banyak lagi hal yang semalaman Nala bayangkan.
Dan semua itu hanyalah bayangan semata, karena pada kenyataannya tak ada kata seru untuk perjalanannya kali ini. Justru sebaliknya, sangat menengangkan dan menakutkan membuat Nala mual karena sejak tadi diam tak bersuara juga tidak memakan apapun.
Ditambah pagi tadi juga ia lupa sarapan. Ibunya yang belum pulang membuat Nala bangun kesiangan. Tadi pagi tepat pukul 07.30, Nala bangun dari tidurnya. Ia langsung bergegas merapikan barang bawaannya, membersihkan tubuhnya dan tepat pukul 8, Rea sudah menjemputnya.
Ia menyesal, tidak menuruti perkataan sang ibu. Seharusnya ia menyiapkan semuanya semalam saja, bukan malah sibuk mencari tahu siapa ketua OSIS di sekolah. Sudah meninggalkan surat izinnya, diomeli pengurus OSIS karena asik berbicara dengan Rea. Dan sekarang, ia juga tidak satu bis dengan Rea. Alasannya tentu saja karena surat izin miliknya tidak ada, membuat guru-guru serta OSIS sepakat membawa Nala bersama mereka--satu bis dengan OSIS dan guru.
Ting.
Rea bitj
Lo di bis mana?
Guru osis
Anjir serius?!
Hm
Si bos mafia ada dong?
Nala tidak langsung membalas, ia malah melihat ke bangku sebrang. Di sana, seseorang yang seharusnya menandatangi buku Nala sedang duduk. Memejamkan mata dengan kedua telinga yang disumpal earphone.
Nala menghela nafas, "Bos Mafia? Ketua OSIS?" batinnya tidak paham.
"Dek, jangan lupa sama hukuman kamu," celetuk gadis yang tak lain dan tak bukan adalah kakak kelasnya juga OSIS yang menghukumnya kemarin.
"Iya kak, batas waktunya sampe malemkan?" tanya Nala pelan.
"Iya. Kamu pinter-pinter aja minta tanda tangan Arsya. Sebenarnya dia gak senyeremin yang orang bilang, ada juga beberapa anak baru yang berhasil dapetin tanda tangan dia. Jadi, kamu juga pasti bisa," jelasnya dan Nala mangut-mangut saja.
Kepalanya pusing, perutnya juga semakin mual. Padahal ini belum ada setengah perjalanan. Tapi ia susah benar-benar tidak kuat.
"Kak, punya kayu putih?" tanya Nala dengan lirih.
Ayla--OSIS itu menoleh, memperhatikan Nala yang wajahnya sudah pucat.
"Kamu sakit?" tanyanya seraya mengambil apa yang Nala minta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arsyanendra story
Teen FictionIni tentang Arsyanendra Sangga Zafar. Lelaki yang tidak mempercayai adanya cinta di dunia ini. Menurutnya jatuh cinta itu fenomena paling tidak masuk akal. Dan selama hidup, tak sekali pun ia merasakan apa itu yang namanya cinta. Pandangannya tenta...