☁☁☁
Sejak pulang sekolah tadi, Nala tak keluar dari kamarnya. Ia bahkan belum mandi dan masih mengenakan seragam lengkap dengan kaos kakinya. Rasanya sangat malas, tak ada semangat dalam dirinya selain rebahan di balik selimut tebal yang kini membungkus tubuhnya.
Tidak hujan, hanya saja Nala merasa sedang dalam pelukan hangat seseorang walau kenyataannya ia sedang dalam selimut. Iya, Nala membutuhkan itu. Ia butuh seseorang di sampingnya saat ini atau mungkin sejak kemarin.
Pikirannya penuh akan pertengkaran terakhirnya dengan Arsya. Ia pikir pertengkaran 2 orang yang tidak memiliki status apapun, tak akan terasa sesakit dan semenyesakan ini. Tapi ternyata ia salah, rasanya sangat sakit yang di mana membuat mata Nala berkaca-kaca jika mengingatnya.
Tok.. Tok.. Tok..
"Sayang, ini ibu nak."
Nala menoleh ke arah pintu di mana suara ibunya itu terdengar. Ternyata ibunya sudah pulang, pikir Nala.
"Ibu masuk ya?" izinnya.
"Masuk aja bu, gak dikunci," sahut Nala.
Pintu kamar terbuka, senyum hangat dan menenangkan itu terlihat di wajah sayu ibunya. Pasti ibunya baru pulang dan belum istirahat, pikir Nala lagi.
Apalagi saat ini Nina masih membawa tasnya, juga jas putih kebanggaannya. Walau terlihat lelah, wanita paruh baya itu tetap tersenyum penuh kehangatan pada Nala--putri kesayangannya.
Nina duduk di sisi tempat tidur Nala, tangannya terulur mengusap lembut puncak kepala Nala.
"Putri ibu kenapa, hm? Kata bibi sejak kemarin kamu gak makan malam, malah ngurung diri di kamar," tanyanya dengan lembut.
Nala menghela nafasnya, ia meringsut untuk memeluk perut sang ibu.
"Loh masih pake seragam? Belum mandi?" tanyanya.
Naka menggeleng kecil, "Ibu," rengeknya.
"Maaf ya ibu terlalu sibuk di rumah sakit, gak ada waktu buat Lala," ucap Nina dengan penuh penyesalan.
"Gapapa."
Nina tersenyum, Nala ini sangat-sangat pengertian. Tidak pernah marah jika dirinya terlampau sibuk di rumah sakit.
"Yaudah sekarang mau cerita sama ibu?" tanyanya, Nina bahkan sudah memposisikan dirinya bersandar di kepala ranjang dengan Nala yang masih senantiasa memeluknya.
Nala membutuhkan ibunya, sejak kemarin. Jadi biarkan Nala egois kali ini. Wajah lelah ibunya tak membuat Nala menyuruh ibunya itu untuk beristirahat. Ia tidak memiliki ayah, makanya saat ibunya tak ada Nala tak memiliki orang yang senantiasa mendengarkan curahan hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arsyanendra story
Teen FictionIni tentang Arsyanendra Sangga Zafar. Lelaki yang tidak mempercayai adanya cinta di dunia ini. Menurutnya jatuh cinta itu fenomena paling tidak masuk akal. Dan selama hidup, tak sekali pun ia merasakan apa itu yang namanya cinta. Pandangannya tenta...