☁☁☁
Fino mengusap sudut matanya yang sedikit berair, ia juga menarik nafas dalam-dalam dan ia hembuskan perlahan. Tangan kirinya masih memegangi perutnya yang terasa keram akibat terlalu kuat tertawa.
Iya, tertawa.
Lain halnya dengan Paris yang sudah menampilkan wajah tak mengenakan sejak tadi. Kesal pada Fino yang terus menertawakannya, juga kesal pada Chandra yang tak henti-henti teralih dari handphone.
"Apa gue bilang, Rea man mau sama lo!" ledek Fino yang masih berlanjut.
Sedikit deja vu, semua berawal dari sebuah notifikasi di handphone Chandra. Sama seperti terungkapnya kedekatan Nala dan Arsya. Chandra pun begitu, ia yang awalnya ingin diam-diam juga akhirnya tidak bisa karena Fino terus mendesaknya untuk bercerita. Tapi tidak dengan Paris, ia justru mencak-mencak tidak jelas karena tertikung. Padahal jika Rea benar yang terakhir, Paris akan bertaubat untuk tidak lagi menjadi buaya muara. Ia akan menyerahkan jabatan itu pada Fino sepenuhnya.
"Lo?!! Sumpah! Gue kesel banget sama lo, Auri!" seru Paris membuat Chandra menoleh sekilas sebelum akhirnya kembali fokus pada handphone.
"Gue kurang apa coba?" tanya Paris pada Fino.
"Ganteng? Jelas gak usah ditanya lagi. Tajir? Harta gue gak abis sampe tujuh turunan. Populer? Kepopuleran gue bahkan nyaingin oppa-oppa Korea. Penyayang, pengertian, baik hati dan tidak sombong. Ter ...,"
"Setia?" tanya Chandra memotong perkataan Paris membuat Fino kembali tertawa.
Tepukan ringan hinggap di sebelah bahunya. Membuat Paris dengan cepat menepis tangan Chandra kesal.
"Lo gak setia, padahal cewe cuma butuh cowo yang setia," lanjutnya.
"Anjir!! Anjir!! Anjir!!! Gue setuju banget sama lo, Auri!!" seru Fino dengan heboh.
Membuat Paris menoleh kesal dan menjitaknya kuat-kuat.
"Aws!! Sakit anying!"
"Lagian mulut lo, gue tarik juga nih biar dower!" ancam Paris, yang hanya mendapat delikan sinis dari Fino.
"Pacar lo kan banyak, Rea buat gue aja ya?" pinta Chandra dengan polos, seolah itu bukan hal besar.
Sedangkan Paris mati-matian menahan kekesalannya. Ingin rasanya menonjok wajah Chandra itu, tapi sayang Chandra adalah temannya. Ia juga sudah berhutang banyak pada lelaki itu, jika ia marah dan terbawa emosi. Bisa-bisa Chandra menutup agen pinjam-meminjam uang padanya.
Paris menarik nafasnya, lalu ia hembuskan perlahan. Kedua sudut bibirnya tertarik dengan sangat terpaksa.
"Gapapa, gue gapapa. Sumpah demi Allah gue gapapa, Chan. Gapapa asli ini mah gapapa."
"Oh oke, thanks."
"Sialan! Anjing! Bangsat!! Astagfirullah," gumam Paris berusaha sabar.
"Udah kali Ar, empat botol anjir!" celetuk Fino saat Arsya kembali meneguk minumannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arsyanendra story
JugendliteraturIni tentang Arsyanendra Sangga Zafar. Lelaki yang tidak mempercayai adanya cinta di dunia ini. Menurutnya jatuh cinta itu fenomena paling tidak masuk akal. Dan selama hidup, tak sekali pun ia merasakan apa itu yang namanya cinta. Pandangannya tenta...