☁☁☁
Kejadian seminggu lalu, lebih tepatnya saat Nala dihukum berjemur oleh Arsya perkara dirinya yang bertengkar dengan Carla. Nala masih tidak terima dengan hal itu, mungkin hatinya akan lebih menerima jika memang kenyataannya ia yang salah dan mencari masalah dengan Carla lebih dulu. Tapi saat itu tidak, justru ia yang korban tapi ia juga yang dikorbankan.
"Mana bawa gak?" desak Nala pada Rea.
"Ih sabar kenapa sih!"
"Gak bisa sabar nanti orangnya keburu datang."
Rea berdecak kesal, jika Nala bukan satu-satunya sahabat sehidup sematinya. Ia sudah pergi meninggalkannya sejak 15 menit yang lalu, tepat saat bel pulang berbunyi dan gerbang sekolah terbuka lebar-lebar. Ia tidak akan mau menjerumuskan dirinya pada lubang menakutkan yang ia sendiri tidak yakin dirinya akan baik-baik. Tapi ini Nala, sahabatnya--bagaimana bisa ia pergi semudah itu.
Andai yang menjadi sahabatnya, bukan orang sejenis Nala. Mungkin hidupnya akan lebih makmur dan bersahaja.
Setelah memastikan tidak ada orang di sekitar mereka, Rea lantas menyodorkan dua pilox berbeda warna. Melihat itu senyum Nala mengembang lebar-lebar.
"Gak usah senyum gitu, lo mirip joker!" celetuk Rea seraya memakai kembali tasnya.
Nala tentu langsung mengerucutkan bibirnya kesal, "Iri dengki banget lo liat sahabat seneng?!" sahut Nala dengan delikan sinisnya.
Rea tidak menjawab, karena ia yakin jika dibalas maka urusannya akan lebih panjang. Dan jika hal itu terjadi, hidupnya benar-benar dipertaruhkan.
"Cepet deh, gue takut kak Arsya keburu datang ini," suruhnya.
Nala mengangguk, "Sana lo kempesin ban depan sama ban belakangnya. Biar gue yang ngegambar."
Tanpa menunggu waktu lebih lama lagi, Nala dan Rea mulai menjalankan misi rahasia yang sudah keduanya rancang--atau mungkin Nala rancang sejak 3 hari lalu. Tepatnya saat Arsya kembali menghukum dirinya perkata kaos kaki pendek yang ia kenakan.
"Udah?" tanya Nala pada Rea yang sudah bangkit dari jongkoknya.
Dengan senyum lebar Rea mengangguk, "Ide lo boleh juga sih, kak Arsya udah bikin gue mau mati waktu camping."
"Kan, puas jugakan lo? Pokonya setiap dia bikin susah kita, langsung kita kasih pembalasan. Setuju?"
Rea mengangguk, penawaran yang baik, pikirnya. Toh sejauh ini semua berjalan dengan lancar, tak ada tanda-tanda Arsya sampai di parkiran dan itu membuatnya lega.
"Setuju!"
☁☁☁
"Udah selesai lo?" tanya Chandra pada Arsya yang baru saja sampai di lapangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arsyanendra story
Teen FictionIni tentang Arsyanendra Sangga Zafar. Lelaki yang tidak mempercayai adanya cinta di dunia ini. Menurutnya jatuh cinta itu fenomena paling tidak masuk akal. Dan selama hidup, tak sekali pun ia merasakan apa itu yang namanya cinta. Pandangannya tenta...