☁☁☁
Jam sudah menunjukan pukul 8 lebih 10 menit, yang artinya gerbang sekolah sudah tutup sejak setengah jam yang lalu. Tentu saja satpam yang berjaga tidak mau repot-repot bangkit dari duduknya, meninggalkan kopi hitam yang masih hangat itu untuk membuka gerbang dan membiarkan belasan siswa-siswi yang terlambat.
Ia hanya duduk di bangkunya, asik menyeruput kopinya hingga bersuara. Membuat beberapa siswa yang memang ada di sana berdecak sebal.
"Ngeselin banget tuh bapak-bapak!" gerutu Paris seraya mendelik ke arah satpam itu.
"Lagian ini si Arsya kok bisa-bisanya berangkat? Mana nyuruh kita semua masuk lagi, dia lupa apa gimana kalo semalem kita berjuang hebat?" sahut Fino lalu meringis kecil dan mengusap sudut bibirnya yang terluka.
"Kan banyak omong lo!" sahut lelaki lainnya yang wajahnya juga lebam-lebam seperti Fino.
"Pusing banget kepala gue," celetuk Dapis yang sudah mendudukan dirinya di aspal.
Lelaki dengan balutan perban di kepalanya itu terus saja memejamkan matanya. Sesekali memijat pelipisnya yang tidak terluka.
"Lagian kenapa lo sekolah?" tanya Chandra yang berdiri di samping Dapis dan terus memperhatikan adik kelasnya itu.
"Gue gak balik bang, bisa-bisa digorok sampe mampus nanti sama mami kalo balik tapi keadaan gue gini. Bukannya sembuh, gue malah makin sekarat," jelas Dapis dengan nada menyedihkan.
Paris yang mendengar lantas menoleh, "Lagian laki kok lemah? Laki bukan lo?"
"Ya lo pikir aja, gue lagi enak-enak tidur sendirian di basecamp terus tiba-tiba kepala gue ditimpuk pake batu dua kali?! Jangankan ngehindar, gue aja langsung gak sadar bangsat!" sahut Dapis kesal.
Memang benar kemarin ia sedang sendiri di basecamp teman-temannya, adik kelasnya dan kakak kelasnya akan datang malam hari. Jadi sepulang sekolah hanya ada dirinya di basecamp, ya walau ada beberapa anggota Vandalas yang juga bulak-balik tapi yang benar-benar stay ya hanya dirinya. Sampai saat ia sedang menikmati mimpinya, saat itu juga sebuah benda tumpul menghantam pelipisnya sebanyak 2 kali. Ia yang tidak siap tentu saja tidak bisa berbuat apa-apa dan langsung tak sadarkan diri.
Bangun-bangun ia melihat keadaan basecamp sudah sangat kacau. Dan bersamaan dengan itu, sebagian anggota Vandalas sudah kumpul.
"Si Arsya mana sih ini? Dia yang nyuruh kita masuk, tapi dia juga yang gak datang buat nyambut," ucap Fino yang saat ini ada tepat di depan gerbang sekolah.
"Pak, bagi napa kopinya," celetuknya membuat satpam itu menoleh.
"Anak kecil gak boleh ngopi, nanti dimarahin mama," sahutnya dengan santai dan sukses membuat Fino melebarkan matanya, sedang teman-temannya yang lain tertawa kencang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arsyanendra story
Teen FictionIni tentang Arsyanendra Sangga Zafar. Lelaki yang tidak mempercayai adanya cinta di dunia ini. Menurutnya jatuh cinta itu fenomena paling tidak masuk akal. Dan selama hidup, tak sekali pun ia merasakan apa itu yang namanya cinta. Pandangannya tenta...