84 : Tertangkap

12.4K 771 59
                                    

☁☁☁

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

☁☁☁

Nala membuka matanya, kepalanya terasa sangat pening dengan tubuh yang seakan remuk. Kedua pergelangan tangannya sangat sakit, karena ikatan kuat di sana. Begitu juga dengan kedua kakinya yang diikat ke kaki-kaki kursi.

Ia melihat sekitar, lalu menghela nafas pelan kala 2 orang itu tak ada. Samar-samar ia mendengar suara aneh dari balik pintu itu, pintu yang Nala yakini adalah kamar.

Matanya kembali terpejam, potongan-potongan memori tentang beberapa hari ini membuat tubuhnya bergetar.

Ia ingat, malam itu seseorang membekapnya. Membuatnya pingsan lalu saat ia terbangun, di sinilah ia berada. Di dalam ruangan yang cukup besar, tidak bersih tidak juga kotor. Duduk dengan kedua tangan dan kaki yang terikat, bahkan malam itu mulutnya pun dilakban membuatnya tidak bisa apa-apa selain menangis ketakutan.

"Udah bangun ternyata," suara itu terdengar menjijikan di telinga Nala, membuatnya langsung sadar dari lamunan dan menoleh dengan tajam.

"Bitch!" seru Nala.

"Sampe kapan lo mau nyekap gue gini sialan!" serunya dengan marah.

Gadis baru keluar dari dalam kamar itu lantas tertawa pelan, "Sampe ... lo mati mungkin," sahutnya.

Nala semakin menatapnya tajam, memperhatikan penampilan gadis yang pernah ia anggap sebagai teman itu.

"Lo gak lebih dari cewe murahan ternyata," celetuk Nala membuatnya menggeram kesal.

"Udah dipake berapa cowo lo? Ternyata muka doang polos, kelakuan macem jalang kurang belaian. Dikasih berapa sih lo sama sugar daddy, sugar daddy lo itu?" tanya Nala dengan berani.

Gadis itu mendekat, plak!

Satu tamparan hinggap di pipi kanan Nala. Membuat pipi berisi yang sayangnya sedikit tirus itu memerah dengan.

"Jangan ucapan lo, Nala!" serunya.

Nala tertawa puas melihat wajah kesal itu, "Kalo kelakuan lo aja kaya gini, gimana mau kak Arsya sama lo. Mikir dong, Carla yang bahkan lebih di atas lo aja gak dia lirik. Apalagi jalang kaya lo?"

"LO?!" gadis itu kembali menggeram, lalu dengan cepat mencengkram kuat-kuat wajah Nala.

"Tutup mulut lo anjing! Lo bener-bener pengen gue bunuh hah?!" serunya.

Bukannya takut, Nala menatap gadis itu nyalang.

"Ck, berisik!" suara itu membuat cengkramannya terlepas, ia menghempas kepala Nala dengan kuat.

"Lo berdua gak bisa apa diem sehari tanpa ribut? Pusing nih pala gue!" ucapnya membuat Nala menatap lelaki itu dengan tatapan tak percayanya.

Kakak? Pikirnya.

"Gak sudi gue punya kakak kaya dia! Sialan!" batinnya dengan mata menajam menatap Eros.

Ya, Eros. Orang pertama yang ia lihat saat ia bangun dari pingsannya malam itu. Yang membuatnya yakin bahwa Eros jugalah orang yang menculiknya. Dan benar saja, lelaki itu dengan lantang membeberkan semuanya. Bahkan memunculkan seorang gadis yang benar-benar membuat Nala tidak percaya.

Arsyanendra storyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang