74 : Manjanya manusia purba

15.7K 811 9
                                    

☁☁☁

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

☁☁☁

Mungkin semua berpikir Nala benar-benar Arsya bawa ke apartementnya, tapi nyatanya tidak. Ia belum berani jika harus membawa gadis itu ke dalam garis teritorialnya, walau Nala sudah memasuki setengah dari kehidupannya tetap saja Arsya takut jika harus membawa gadis itu ke apartement. Selain karena gadisnya itu yang belum mau, ia juga takut tak bisa menahan diri jika ada di dalam ruangan yang isinya hanya berdua dengan Nala.

Tidak hanya Arsya, tapi mungkin semua lelaki di luar sana juga merasakan hal yang sama. Bagaimana pun juga Arsya ini lelaki normal, yang pergaulannya sangat-sangat bebas. Maksudnya bebas itu adalah mabuk-mabukan, pergi ke club dan semua hal negatif sepertinya sudah pernah ia lakukan. Kecuali, melakukan hubungan badan. Arsya tidak pernah--ya sepertinya, tapi mungkin jika berciuman dalam keadaan tidak sadar mungkin, sering.

Namun jika disuguhkan dengan Nala hanya berdua di apartement, belum lagi Nala yang kerap kali bertingkah menggemaskan membuat Arsya harus berpikir 2 kali jika ingin membawa Nala ke sana. Jangan sampai pemikiran untuk mengurung Nala di kamar apartementnya itu benar terjadi.

"Kakak tunggu di sini, aku mau ganti baju dulu sebentar. Nanti bibi bawain minum, oke?" ucap Nala seolah sedang berbicara pada anak kecil yang akan ditinggal pergi ke toilet oleh ibunya.

Dan lihatlah, Arsya juga membalasnya dengan anggukan polos. Apalagi posisinya saat ini sedang duduk di sofa dan Nala berdiri. Membuat Arsya menonggak untuk menatap Nala.

"Iya."

Nala tersenyum manis, lalu tangannya mengusap lembut rambut gondrong Arsya. Dan ia berlari menaiki tangga menuju kamarnya.

Arsya menggigit pipi dalamnya, kedua tangannya mengepal kuat.

"Shit! She's so cute," batin Arsya menggeram tertahan.

Senyum tak lagi bisa ia tahan di wajah kakunya itu.

"Mas, ini minumnya silahkan," sampai bi Minah datang, barulah Arsya kembali merubah raut wajahnya, dan menatap bi Minah yang membawa sebuah nampan sedang.

"Makasih, bi," sahut Arsya dengan senyum kecil.

"Bibi juga bawain, kue cokelat kering. Di makan ya, mas."

Bi Minah menaruh sepiring kue juga segelas jus jeruk di atas meja. Lalu setelah itu ia kembali berjalan menuju dapur.

Bersamaan dengan perginya bi Minah, Nala kembali dengan balutan kaos polos berwarna putih juga celana bahan setengah paha berwarna cokelat susu. Rambut gadis itu juga diikat ke atas memperlihatkan leher jenjangnya yang terdapat beberapa helai rambut.

"Cantik," batin Arsya.

Ia tersenyum menyambut kedatangan Nala, lalu menyuruh gadis itu agar duduk di sampingnya.

"Kok gak dimakan kak?" tanya Nala setelah duduk di samping Arsya.

Bukannya menjawab, Arsya malah meringsut memeluk tubuh mungil Nala.

Arsyanendra storyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang