☁☁☁
Malam ini masih seperti malam-malam sebelumnya. Di mana rumah Nala penuh dengan banyak orang. Gerbang yang setiap malamnya ditutup rapat-rapat itu, kini sudah sekitar 3 malam terbuka lebar.
Tidak bukan karena acara atau apalag itu. Bahkan tak ada satu pun dari orang-orang di dalam sana yang tertawa atau menyinggungkan senyumnya. Semua justru menampilkan raut wajah panik, sedih, khawatir dan takut.
Semua itu karena kabar hilangnya Nala, sejak birthday party Laura. Dan hingga kini, semua belum menemukan di mana keberadaan Nala, begitu juga polisi.
"Ibu tenang ya? Jangan nangis terus, Rea yakin Lala pasti baik-baik aja di sana," ucap Rea berusaha menenangkan Nina yang terus menangis.
Wanita paruh baya yang berprofesi sebagai dokter itu juga sudah melupakan pekerjaannya. Kegiatannya kini hanyalah menangis lalu jatuh pingsan dan kembali menangis lagi.
"Lala, kamu di mana sayang?" lirihnya membuat Rea juga ikut menitikan air mata sedih.
"Ni, jangan nangis terus. Nih aku bawakan minum," seorang wanita paruh baya lainnya datang, membawa segelas air hangat untuk Nina.
Wanita itu adalah Riri--mama Rea, yang sudah sejak kemarin menginap di sini.
"Di minum dulu ya? Mau makan? Aku ambilkan," tawarnya yang dibalas singkat oleh Nina.
"Lala, kamu di mana?" lirihnya lagi.
Selama beberapa hari ini, lebih tepatnya sejak Nala dinyatakan hilang tanpa jejak. Nina sudah seperti mayat hidup. Wanita itu makan saja kemarin siang, itu pun sedikit hanya 3 suap. Lalu selebihnya hanya menangis hingga jatuh pingsan.
Rea menatap mamanya dengan bibir yang kembali melipat ke bawah. Pertanda tangisnya akan kembali pecah, tapi dengan cepat sang mama memeluknya erat.
"Sstt, jangan nangis. Lala anak kuat, dia pasti baik-baik aja. Kalo kamu nangis, Ibu tanpa sedih loh nanti. Tenang ya, mama di sini," bisiknya membuat Rea mengangguk.
Walau ia dan Nala kerap kali memperdebatkan sesuatu yang hal. Bahkan tidak melewatkan acara saling ledek-medelek, hingga salah satunya bad mood. Tapi ia sangat-sangat menyayangi sahabatnya itu. Ia juga akan sedih jika Nala tidak ada dan semua orang tak bisa menemukannya.
"Permisi, tante. Mereka sudah kembali ke rumah," suara itu membuat semua menoleh.
Mama Rea, langsung bangkit dari duduknya. Menggenggam erat tangan Nina, lalu mengusap lembut puncak kepala putrinya.
"Mama ke depan dulu ya?" pamitnya.
"Dan kamu Anna, tolong bilang dan bantu bi Minah untuk segera buatkan minuman atau kopi. Juga bawakan makanan ke depan ya?" pintanya yang dibalas anggukan oleh Anna.
Iya, Anna. Gadis yang sejak malam itu ikut berpartisipasi dalam pencarian Nala--temannya.
☁☁☁
KAMU SEDANG MEMBACA
Arsyanendra story
Teen FictionIni tentang Arsyanendra Sangga Zafar. Lelaki yang tidak mempercayai adanya cinta di dunia ini. Menurutnya jatuh cinta itu fenomena paling tidak masuk akal. Dan selama hidup, tak sekali pun ia merasakan apa itu yang namanya cinta. Pandangannya tenta...