☁☁☁
Dengan celana berwarna cream dan kemeja berwarna hitam, serta sepasang sneakers putih yang membalut kedua kakinya. Arsya tampak sangat tampan malam ini. Ia turun dari mobilnya, berjalan memasuki gerbang rumah gadis yang akan ia ajak makan malam di luar.
Tok. Tok. Tok..
Ia menetuk pintu itu, lalu tak lama seorang wanita paruh baya yang mengenakan daster membukanya. Tersenyum saat melihat siapa yang bertamu malam ini.
"Eh, mas Arsya. Masuk dulu mas, neng Lalanya masih siap-siap," ucap bi Minah seraya mempersilahkan Arsya untuk masuk.
Lelaki itu hanya mengangguk kecil, melangkahkan kakinya memasuki ruang tamu rumah Nala.
"Bibi permisi ambil minum ya mas," pamitnya setelah Arsya mengangguk bi Minah dengan cepat melesat ke dapur.
Arsya duduk di sofa yang sudah berkali-kali ia duduki. Matanya melihat sekeliling dengan tidak asing lagi. Kembali, ia menatap sebuah figuran sedang yang terpajang di dinding. Di sana Nala kecil sedang tersenyum lebar dengan rambut yang diikat dua. Di dalam figuran itu juga Nala terlihat masih mengenakan seragam merah putih dan bisa Arsya pastikan bahwa foto itu diambil saat Nala pertama kali masuk sekolah.
Mata tajam Arsya tak pernah bosan menatap satu persatu foto yang terpajang di sana. Karena sebagian besar adalah foto Nala, mulai dari gadis itu bayi hingga remaja seperti sekarang.
Walau sedikit bingung karena ada beberapa figuran yang hanya ada Nala bersama ibunya. Tak ada satu pun figuran lengkap keluarganya.
"Assalamualaikum."
Arsya menoleh seraya menjawab, "Waalaikumsalam."
Nina sedikit terkejut saat melihat keberadaan Arsya di rumahnya. Namun tak berselang lama ia tersenyum hangat dan menyambut uluran tangan Arsya.
"Baru pulang, tan?" tanyanya.
Nina mengangguk lalu duduk du hadapan Arsya, "Udah janjian sama Lala?"
"Udah. Saya izin ajak Nala makan malam ya?" izin Arsya yang langsung diizinkan oleh Nina.
"Boleh, tapi seperti biasa. Sebelum jam sembilan harus sudah pulang."
"Pasti. Hm tan ...,"
Kening Nina mengkerut melihat Arsya yang tampak gugup, "Kenapa?"
"Saya ... saya izin ajak Nala pacaran ya?" izinnya lagi membuat Nina tersenyum hangat.
"Asal kamu janji tidak menyakiti putri tante, ya tante izinkan," balasnya membuat senyum lebar terlihat di wajah Arsya.
Ada perasaan lega saat Nina menginzinkannya, sekarang tinggal Nala lah akan menerima atau menolaknya.
"Saya tidak mau mengumbar janji, yang saya sendiri tidak tahu bisa saya tepati atau tidak. Tapi saya tidak bisa bohongi perasaan saya, kalo saya sangat-sangat menyayangi Nala. Dan saya harap, tante percaya soal perasaan saya ini bukan main-main," ucap Arsya dengan sangat berani membuat Nina sejak tadi tak menghilangkan senyumannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arsyanendra story
Teen FictionIni tentang Arsyanendra Sangga Zafar. Lelaki yang tidak mempercayai adanya cinta di dunia ini. Menurutnya jatuh cinta itu fenomena paling tidak masuk akal. Dan selama hidup, tak sekali pun ia merasakan apa itu yang namanya cinta. Pandangannya tenta...