☁☁☁
Dengan langkah riang Nala berjalan menuruni tangga. Di bawah sana--lebih tepatnya di meja makan sang ibu sudah duduk menunggu dengan sesekali berteriak memanggil namanya.
Juga ada wanita paruh baya yang sibuk menyiapkan berbagai makanan di atas meja. Iya, ART yang Nala tunggu-tunggu sudah ada. Membuat Nala tidak lagi kesepian dan kerepotan jika ibunya harus berhari-hari di rumah sakit. Ia juga jadi tidak perlu takut kesiangan, karena setiap paginya bi Minah--selalu membangunkan dirinya juga membuatkan bekal untuknya. Intinya kedatangan bi Minah di rumahnya disamput dengan terbuka oleh Nala, begitu juga oleh Nina.
"Kamu ini lama banget sih, La?!" omel Nina seraya menyiuk nasi untuk putrinya.
"Ayo bi sarapan sama-sama," ajaknya pada bi Minah yang baru saja akan melangkah ke belakang.
"Gak usah bu, bibi mah gak pernah sarapan orangnya," balas bi Minah membuat Nala menoleh.
"Loh kenapa bi? Kan gak baik tau kalo gak sarapan, mending ayo sarapan bareng-bareng," ajaknya dan Nina mengangguk.
"Bi, saya tau betul akibat orang yang gak pernah sarapan pagi. Jadi selama bibi di sini, diusahakan untuk sarapan sebelum melakukan aktifitas. Bukan apa-apa saya khawatir kalo sampai bibi sakit," jelas Nina membuat bi Minah tersenyum.
Belum lama memang bi Minah kerja di sini, tapi baik Nala atau pun Nina sangat memperlakukan bi Minah dengan baik. Seolah bi Minah sudah bertahun-tahun bekerja bersama di rumah ini. Begitu juga bi Minah yang sangat tidak menyangka akan diperlakukan sebaik ini oleh majikan serta anak majikannya.
"Kalo bibi sakitkan ada ibu dokter," balas bi Minah bercanda.
Nina tersenyum mendengarnya, "Saya memang dokter, tapi saya belum tentu bisa mengobati bibi. Makanya Lala juga saya jaga pola makannya, karena saya takut dia sakit dan saya gak bisa ngobatin. Sekarang, sudah tugas saya untuk menjaga bibi juga."
Bi Minah tersenyum penuh haru, "Terimakasih, ibu baik banget. Bibi jadi gak enak ini."
Nala tersenyum kecil, "Anggap aja ibu anaknya bibi dan aku cucunya bibi. Jadi kita semua keluarga deh!!" sahutnya semangat.
"Udah-udah ayo makan! Duduk bi, saya gak mau ya sampe bibi gak sarapan."
"Iya bu, saya sarapan. Sekali lagi terimakasih."
Nala, Nina serta bi Minah tampak asik menikmati sarapannya. Sesekali Nala nyeletuk membuat suasana cair dengan segala ucapan nyelenehnya.
Ting.
Nala melirik handphone yang bernyala, matanya lantas melebar saat membaca notifikasi yang tertera di sana. Dengan cepat ia mengambil handphonenya dan langsung membukanya.
Manusia purba💀
Berangkat sama saya
KAMU SEDANG MEMBACA
Arsyanendra story
JugendliteraturIni tentang Arsyanendra Sangga Zafar. Lelaki yang tidak mempercayai adanya cinta di dunia ini. Menurutnya jatuh cinta itu fenomena paling tidak masuk akal. Dan selama hidup, tak sekali pun ia merasakan apa itu yang namanya cinta. Pandangannya tenta...