☁☁☁
"ADIT!! SINI GAK LO?!!"
"KUNCIRAN GUE ADIT!!!"
Teriakan-teriakan Nala terdengar menggelegar di seluruh penjuru lapangan. Teman-teman kelasnya sudah menggeleng tidak paham lagi dengan suara gadis mungil itu yang mengalahkan toa mesjid di sekolah mereka. Tidak hanya teriakan Nala yang terdengar, tapi juga teriakan Rea yang sebagai sahabat sehidup semati tentu ia membantu sang sahabat yang kesusahan.
"ADIT BEGO!! BERENTI GAK LO?!! BALIKIN KUNCIRAN SAHABAT GUE!!" teriak Rea sambil terus berlari mengitari lapangan bersama dengan Nala.
"Apaan sih?! Ini gelang gue ya! Cewe gue yang ngasih! Bisa-bisanya lo ngaku anjir!!" balas lelaki bernama Radit--yang tak lain dan tak bukan adalah teman sekelas mereka yang saat ini terlibat dalam kasus pencurian kuncir rambut Nala.
"Mana ada?! Itu punya gue, baru aja gue beli kemaren ya!! Gak usah ngaku-ngaku lo!! Lagian lo kalo mau bilang gue aja, bakal gue kasih. Tapi gak sekarang!!" balas Nala masih terus berlari mengejar Radit.
"Dit! Kalo lo gak punya duit bilang aja sama gue. Bakal gue pesenin kunciran gelang kaya gitu. Murah kok bagi gue, jadi sekarang cepetan balikin kunciran Lala!!" sahut Rea yang mencoba memberi Radit pengertian.
"Heh! Lo pikir gue gak mampu beli kaya ginian hah?!! Mampu gue mampu!! Sama pabriknya sekalian juga gue jabanin, cuma ini beneran punya gue ya Upin Ipin! Ngadi-ngadi aja lo berdua ah!"
Radit terus berlari, sebisa mungkin ia menghindari dua gadis aneh yang terus mengejarnya. Padahal ia jelas-jelas karet hitam yang melingkar di pergelangan tangannya ini memang miliknya, bukan milik Nala.
"Ah La, cape gue!" ucap Rea menghentikan larinya.
Untunglah hari ini mereka mengenakan pakaian olahraga, karena memang sejam yang lalu X IPA 2 baru saja menyelesaikan praktik voly. Dan masih memiliki waktu sekitar setengah jam sebelum bel pergantian pelajaran berbunyi. Maka dari itu hampir semua siswa-siswi kelas X IPA 2 masih berkeliaran di lapangan.
Nala menghentakan kakinya, ia menoleh pada Radit yang sudah menjulurkan lidahnya. "Ih Rea!! Gue gak bawa kunciran lagi sumpah!" balasnya seraya mengumpulkan rambutnya menjadi satu dan mengangkatnya tinggi-tinggi.
"Gerah banget," gumamnya seraya mengipas-ngipas lehernya.
"Balik kelas aja yuk!" ajak Rea lalu merangkul bahu Nala dan keduanya berjalan menuju kelas.
"Kak Arsya tuh," bisik Rea, saat melihat beberapa langkah di depan sana ada Arsya yang tengah berdiri.
Senyum Nala mengembang, lalu ia berlari kecil menghampiri Arsya yang menyambutnya dengan senyum kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arsyanendra story
Teen FictionIni tentang Arsyanendra Sangga Zafar. Lelaki yang tidak mempercayai adanya cinta di dunia ini. Menurutnya jatuh cinta itu fenomena paling tidak masuk akal. Dan selama hidup, tak sekali pun ia merasakan apa itu yang namanya cinta. Pandangannya tenta...