85 : Berhasil

15K 755 31
                                    

☁☁☁

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

☁☁☁

Perhitungan Arsya dan seluruh teman-temannya salah. Saat mengira semua orang suruhan Eros sudah terkapar tak berdaya. Ternyata lelaki yang menculik Nala itu memang sudah sangat mempersiapkan semuanya.

Kini terhitung ada lebih dari 30 orang yang tiba-tiba datang dan memasuki ruangan. Semua terkejut sedang Suci menyinggungkan senyum lebarnya.

Ia dan Eros tak sebodoh itu, mereka sudah yakin jika Arsya akan datang dengan seluruh anggotanya. Maka mereka pun sudah menyiapkan puluhan orang untuk menjadi kelompoknya.

Untunglah Chandra mengajak sebagian besar anak-anak Vandalas, lalu saat diperjalanan lelaki itu juga meminta sebagian lagi agar segera menyusul. Jadi pertarungan ini dalam jumlah yang pas.

Bugh.

Bugh.

Bugh.

Srett.

Brak.

Prang.

Bugh.

Suara itu terus terdengar saling bersahutan. Nala hanya biasa diam, menangis dan menutup matanya rapat-rapat.

"Dan awas!" seru Paris lalu menendang seseorang yang siap menusuk Aidan dengan sebuah pisau.

Merasa tim lawan sudah mulai menggunakan senjatanya. Vandalas tak mau kalah, mereka juga langsung mengeluarkan beberapa senjata yang memang mereka bawa.

Dor.

"Argh!!" Fino terjatuh saat lengannya terkena senjata api.

Mendengar itu Arsya semakin meradang, ia memukul semua orang dengan membabi buta. Tak lupa, ia juga mengeluarkan satu pisau lipat dari sakunya.

Srett.

Sret.

Sret.

"AKH!!" seseorang memekik kesakitan saat Arsya dengan sengaja menusuk pisau itu pada lengannya.

"Anjing!"

"Mati lo bangsat!"

Suasana semakin tak terkendali, hingga beberapa menit kemudian anak-anak Vandalas kembali melumpuhkan tim lawan. Walau ada beberapa yang terluka, seperti Fino contohnya.

Arsya bangkit dari atas tubuh seseorang baru saja ia pukul hidungnya hingga mengeluarkan darah. Berjalan mendekati Eros yang tampak lemah, namun masih bisa bergerak dan memerhatikan gerak-gerik Arsya.

Ia tidak peduli, sekarang tujuannya hanya satu. Menghampiri Nala, memeluk dan menenangkan gadis yang tubuhnya bergetar itu.

"Sayang," lirihnya lalu memeluk Nala dengan sangat erat.

Arsyanendra storyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang