24 : Antara musibah dan anugerah

20.4K 1.1K 13
                                    

☁☁☁

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

☁☁☁

"Duduk, Nana."

Nala terkejut, siapa Nana? Pikirnya. Ia masih belum mengalihkan pandangannya dari Arsya yang juga masih menatapnya. Karena tinggi tubuhnya hanya sebatas dada Arsya, membuat lelaki itu harus menunduk penuh agar dapat melihat wajah Nala yang saat ini tampak gugup juga kebingungan.

"Gak denger?" tanyanya menyadarkan Nala.

"Eh, itu, hm ... maksudnya, Nana siapa? Kakak nyuruh siapa?" tanyanya terlihat bahwa ia sangat gugup.

Menyadari kegugupan Nala yang semakin menjadi, diam-diam Arsya tersenyum kecil sangat kecil hanya dirinya dan Tuhanlah yang tahu bahwa ia sedang tersenyum.

"Nala Zanneta," ucap Arsya menyebut lengkap namanya.

Jantung Nala jelas semakin berdebar, menurut pengalaman juga menurut penjelasan para ahli. Jika Arsya sudah menyebut nama lengkap lawan bicaranya, itu artinya musibah akan datang atau lebih santainya dikenal dengan istilah 'Arsya sedang serius tidak bercanda'.

Dan beberapa pengalaman yang lalu, setiap kali Arsya memanggil nama lengkapnya disaat itu juga hukuman menantinya. Tapi kali ini ia sedang dihukum, jadi apa maksud nama lengkapnya itu.

"Y--ya?"

"Nana for Nala, not bad," balas Arsya lalu bergeser dari hadapan Nala dan mulai menyusun buku-buku di sana.

Nala sendiri tidak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya. Jadi, Nana itu panggilan untuknya? Tapi kenapa? Orang-orang memanggilnya Nala atau Lala, kenapa Arsya justru berbeda? Dan mungkin hanya Arsya yang memanggilnya Nana.

Atau jangan-jangan Arsya ... tidak! Nala menggeleng kecil berusaha menghilangkan satu pikiran yang tadi terbesit di dalam otak kecilnya. Tidak mungkin dan jangan sampai hal itu terjadi, pikirnya.

Namun, jantungnya semakin berdebar tak karuan. Kedua pipinya juga memanas mengingat panggilan Arsya tadi.

"Gak! Gak boleh baper!! Lo manusia masa kini gak cocok sama manusia purba kaya dia!! Seperti apa yang lo bilang sama Carla si cabe kriting itu, kalo manusia purba kaya dia gak mungkin punya perasaan. Jangan baper cuma karna panggilan asing itu. Dan inget, lo sama dia musuh!!!" ucap Nala dalam hati.

Ia menggelengkan kepalanya kecil, menarik nafas lalu ia hembuskan perlahan. Dan semua itu tak luput dari mata tajam Arsya.

Tapi detik selanjutnya, Nala menutup wajahnya yang semakin terasa panas. Kedua kaki kecilnya ia hentakan ke lantai perpustakaan sebagai pelampiasan.

"Ta--tapi gue baper!!! Huaaa ibu!!!!" pekiknya lagi dalam hati.

Tidak bisa dipungkuri bahwa ia benar-benar terbawa perasaan, apalagi tadi mata hitam legan Arsya seolah menariknya untuk jatuh ke dalam sana. Mungkin efek menjomblo dari lahir, hanya karena panggilan berbeda dari Arsya sudah membuat dirinya melayang tak karuan dan lupa bahwa sebelumnya ia memposisikan diri sebagai musuh Arsya.

Arsyanendra storyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang