☁☁☁
Siang ini Arsya sedang menikmati angin yang menghembus cukup kencang menertap wajahnya di bangku yang ada di rooftop. Sebatang rokok yang menyala terselip diantara jari tengah dan jari telunjuknya. Sesekali ia menghisap rokok itu kuat-kuat, menghembuskan asapnya perlahan yang langsung terbawa oleh angin.
Ia sengaja tidak ikut berkumpul dengan teman-temannya di kantin, atau berduaan dengan Nala. Ia sedang ingin sendiri, mengingat beberapa hari terakhir ini ia terlalu sibuk mengurus hal. Mulai dari tugasnya sebagai ketua OSIS, tanggung jawabnya sebagai ketua Vandalas, juga ada Nala--gadis yang berusaha ia jaga dan ia buat bahagia.
Mengingat tentang Nala, kedua sudut bibir Arsya tertarik membuat sebuah senyum manis terlihat di wajah kaku itu. Untuk pertama kali seumur hidupnya, ia merasa sebahagia ini bahkan hanya dengan Nala yang hinggap di pikirannya. Ia tidak bisa menjelaskan dengan kata-kata lagi bagaimana bahagianya ia saat Nala ada di dekatnya. Semua celotehan gadis itu, semua ekspresi gadis itu, juga semua tingkah lakunya membuat perasaan-perasaan baru dalam diri Arsya hadir terus menerus.
Perasaan asing yang sejak awal-awal ia tahan dan ia buang jauh-jauh. Bukan karena tidak ingin, bagaimana pun juga ia manusia normal yang ini merasakan nikmatnya jatuh cinta. Bahagianya mencintai apalagi jika dicintai sepenuh hati. Ia juga ingin, hanya saja pandangannya terhadap cinta sudah hilang beberapa tahun yang lalu.
Ia tidak percaya dengan cinta, menurutnya cinta itu aneh. Dua orang yang katanya saling cinta, mengumbar kata cinta setiap hari, bertingkah seolah dunia hanya milik dua. Tapi bersamaan dengan itu, dua orang itu juga saling menyakiti. Menyiksa perasaan masing-masing dan berakhir dengan kata perpisahan. Jadi, cinta yang awal mereka dambakan itu apa?
Tapi semua pemikiran itu hilang, saat ia mulai sadar dan mulai mengaku bahwa ia telah jatuh pada sosok Nala Zanneta. Cinta yang awalnya ia kira pintu menuju kehancuran--seperti apa yang terjadi dalam hidupnya. Tapi dengan Nala, cinta justru memiliki pandangan yang berbeda. Hidupnya lebih berwarna dan rasanya ia sangat bersemangat dalam menjalani hari-harinya.
Ting.
Keningnya mengkerut, ia lantas menundukan kepalanya melihat siapa yang mengirimnya pesan.
Mama
Sayang, kamu gak lupakan nanti malam?
Rahang Arsya mengeras, bersamaan dengan kepalan di sebalah tangannya.
Ting.
081245782231
Gue tunggu nanti malem, gak datang lo pengecut
Ia meremas handphonenya kuat, tanpa membalas kedua pesan itu Arsya kembali meletakan handphonenya dengan kasar.
"Mama kangen banget sama kamu," ucap seorang wanita paruh baya yang masih tampak cantik diusianya yang sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arsyanendra story
Teen FictionIni tentang Arsyanendra Sangga Zafar. Lelaki yang tidak mempercayai adanya cinta di dunia ini. Menurutnya jatuh cinta itu fenomena paling tidak masuk akal. Dan selama hidup, tak sekali pun ia merasakan apa itu yang namanya cinta. Pandangannya tenta...