☁☁☁
"Saya antar aja," ajak Arsya tapi Nala menggeleng kuat.
"Ngga, apaan sih?! Udah sana masuk, itu udah ditungguin juga," omelnya tapi Arsya tetap bersikeras untuk mengantarnya pulang.
"Ngga, saya antar kamu dulu baru rapat."
"Kak, aku bisa pulang sendiri. Udah sana ah, gak enak akunya kalo kakak nunda rapat cuma buat anter aku," jelas Nala berusaha memberi Arsya pengertian.
Lelaki itu menghembuskan nafasnya kasar. Dalam hati ia terus menggerutu karena rapat OSIS diadakan begitu mendadak oleh pembina. Ia yang masih menjabat sebagai ketua mau tak mau harus mengikuti rapat itu. Tapi ia juga tidak bisa membiarkan gadisnya pulang sendiri.
"Diantar Chandra ya? Atau Fino, mau?" tawarnya, ia benar-benar tidak mau Nala pulang sendiri.
Apalagi ia tahu bahwa teman-teman Nala juga sudah pulang sejak tadi. Mungkin hanya Laura yang belum pulang, tapi gadis itu juga ikut andil dalam rapat kali ini.
Walau penampilan Laura tak jauh berbeda dengan Carla, tapi gadis itu bisa membuktikan bahwa ia juga bisa bergabung dalam organisasi ini. Sama seperti Arsya, Laura membuktikan bahwa tak selamanya yang berpenampilan buruk itu benar-benar buruk.
"Ngga kak, udah sana. Aku pulang sendiri aja," ucap Nala lagi.
"Ar, ayo masuk," ajak Aldo membuat Arsya kembali menghembuskan nafasnya kasar.
Ia mengepal tangannya kuat, ia kesal karena ada di posisi ini. Posisi yang di mana ia harus mengesampingkan Nala dan memprioritaskan organisasinya. Inilah alasan kenapa Arsya sejak awal bersikeras untuk tidak ikut andil dalam organisasi di sekolah, tapi lagi-lagi ia kalah dengan banyaknya suara yang ternyata mempercayai dirinya. Bahkan guru-guru sekali pun yang sudah tahu bagaimana kelakuannya, tapi tetap saja mendukung Arsya untuk menjadi ketua OSIS di sekolah.
"Tuh kak Aldo udah manggil, sana-sana!" usir Nala bahkan mendorong bahu Arsya.
"Gapapa?" tanyanya.
"Gapapa, aku bukan anak kecil lagi. Waktu belum dianter jemput sama kakak juga aku pulang pergi sendiri kok," jawab Nala dengan santai, tapi tetap saja Arsya tidak tenang.
"Kalo ada apa-apa kabarin, kalo udah sampai kabarin," ucap Arsya dengan tangan yang mengusap lembut pipi Nala membuat gadis itu tersenyum manis.
"Iya, kak. Yaudah sana masuk, gak enak banget aku kalo kakak kelamaan di sini."
"Hati-hati," setelah mengucapkan itu Arsya menarik pelan wajahnya dan mengecup keningnya lama, lalu kembali membalikan tubuhnya dan berjalan memasuki ruangan yang di mana sudah banyak orang menunggu.
Nala sendiri masih diam terpaku, kedua pipinya terasa sangat panas dengan jantung yang seakan mau loncat dari tempatnya berada.
"Baper banget weii!!" pekiknya tertahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arsyanendra story
Teen FictionIni tentang Arsyanendra Sangga Zafar. Lelaki yang tidak mempercayai adanya cinta di dunia ini. Menurutnya jatuh cinta itu fenomena paling tidak masuk akal. Dan selama hidup, tak sekali pun ia merasakan apa itu yang namanya cinta. Pandangannya tenta...