Sophia berjalan di koridor. Tanpa penerangan, dia berjalan perlahan. Menyusuri setiap jengkal lantai bangunan bergaya Indo-Eropa itu.
Di ujung koridor, ada setitik cahaya bergerak-gerak karena tertiup angin. Gadis itu bermaksud menuju sumber cahaya. Berharap tidak ada yang melihat keberadaannya, Sophia berjalan pelan. Lantai dingin dirasa meresap ke kulit telapak kaki; itu tak dihiraukannya. Tanpa mengenakan sepatu atau sandal, si gadis nyaman berjalan walaupun itu bukan sebuah kebiasaan.
Srrkk, terdengar suara orang sedang mencuci sesuatu. Suara itu berasal dari ruangan mencuci di ujung koridor. Ruangan yang sama dimana ada setitik cahaya berwarna kekuningan.
Ternyata ada seseorang di sana.
Bentuk tubuh orang itu membentuk bayangan yang tertera di dinding. Jika melihat siluetnya, maka Sophia bisa menerka siapa orang yang sedang berada di sana. Bayangan tubuhnya terlihat gemuk dengan rambut digelung serta mengenakan gaun hampir menyentuh lantai.
Gadis itu mendekati sumber siluet. Sekitar 3 meter dari sana, Sophia menghentikan langkahnya.
Sophia berdiri terpaku.
"Hah! Kau ternyata ...," orang di depan Sophia terkaget-kaget.
Orang itu kembali meneruskan kegiatannya.
"Sedang apa Ibu di sini?"
"Tentu saja sedang mencuci pakaian. Kau sendiri, kenapa tidak tidur?"
Sophia tidak menjawab pertanyaan dari wanita yang dipanggilnya "ibu". Sedangkan wanita bertubuh gemuk itu seakan tidak acuh dengan keberadaan Sophia.
Sophia hanya menatap punggung wanita di depannya.
"Sebaiknya kau pergi tidur, sudah larut."
"Ibu sendiri kenapa tidak tidur? Bukankah ini waktunya semua orang untuk tidur?"
Wanita itu menoleh ke belakang sambil berkata,"ya, semua anak harus tidur."
"Tidak, peraturan ini juga berlaku bagi semua penghuni, tidak terkecuali."
"Ah, kau ini ... terlalu banyak membantah."
"Ibu sendiri yang membantah peraturan. Saya hanya ...."
"Pergi tidur!" wanita itu meninggikan suaranya.
Sophia tidak bergeming.
"Lantas, apa yang akan kau lakukan di sini? Hanya menyaksikanku mencuci baju?"
Sophia masih tidak bergeming.
Wanita itu berhenti membasuh pakaian di ember baskom berbahan seng. Tangannya yang besar dibasuh oleh air bersih dalam ember di sebelahnya. Dia menyingsingkan lengan bajunya hingga melebihi sikut. Kemudian wanita itu mengangkat tubuh beratnya. Tampak sekali kesulitan baginya untuk beranjak dari bangku kecil yang didudukinya.
"Hei gadis kecil, apa yang kau mau dariku?"
Sophia tidak menjawab pertanyaan dari orang di depannya.
"Sebaiknya kau segera pergi ke tempat tidur, atau ...."
"Atau apa? Anda akan menyeret saya? Lakukan saja jika berani."
Wanita gemuk itu semakin tertantang untuk mengendalikan gadis di hadapannya. Dia naik pitam.
Wanita bergaun hitam-putih berjalan mendekati Sophia. Suara cipratan air terdengar diantara cahaya yang termaram.
"Kau menantangku? Mau mencari gara-gara denganku?"
"Ibu, anda sendiri yang menantang saya."
"Maksudmu?'
"Anda mengawasi saya nyaris sepanjang hari. Membedakan saya dengan anak-anak yang lain."
"Ya, sudah seharusnya begitu."
"Kenapa?"
"Kau masih bertanya? Jelas sekali, kau berbeda."
"Apa bedanya? Aku sama-sama anak kecil ...."
"Kau bukan anak kecil, di mataku. Kau ular berbisa ...."
Sophia tidak terima disebut demikian.
"Ular berbisa? Aku tidak seperti itu."
"Hah, kau masih menyangkal. Kami semua tahu kau yang membuat kekacauan ini."
"Tidak, aku bukan ular berbisa, Ibu. Karena ... ini yang disebut ular berbisa ... bukan aku ...."
Sophia mengangkat boneka yang sedari tadi dipegangnya. Tentu saja wanita pengasuh di hadapannya heran. Dia tersenyum kecut.
"Itu boneka ... beruang ...."
Sophia pun tersenyum sinis. Gadis itu membuka kancing di punggung boneka itu. Dia mengeluarkan sesuatu dari tubuh boneka itu.
Sebuah toples kaca.
Samar terlihat isi toples kaca di tangan Sophia. Mata wanita gemuk di hadapannya memang sudah rabun. Dia tidak bisa melihat dengan jelas di cahaya yang temaram.
Sophia melangkah mundur sambil membuka tutup toples dengan tangan kiri. Orang di hadapannya belum sepenuhnya menyadari apa yang akan dilakukan oleh gadis itu. Dia hanya berdiri terpaku.
Lelucon apa yang akan dilakukan gadis ini?
"Ini bukan lelucon, Nyonya."
Hah, dia tahu apa isi kepalaku.
Sophia membungkuk. Dia meletakan toples kaca itu di lantai. Ada sesuatu yang terlihat keluar bergerak.
Sophia segera meninggalkan tempat itu sembari menutup pintu. Dengan cekatan, dia menguncinya dari luar. Gerendel berukuran jari terpasang di kusen. Klkk, gerendel masuk ke dalam lubangnya.
Sophia berdiri sebentar di depan pintu. Menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya.
Tidak membutuhkan waktu lama baginya untuk mendengar sesuatu yang sangat diharapkannya. Dan, dia pun segera pergi menjauh dari pintu berbahan kayu tanpa cat itu.
Wanita di dalam ruangan mencuci berteriak kencang, "arghhh!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Panca dan Dendam Sophia
Mystery / ThrillerPemenang Wattys 2022 kategori Wild Card --------------------------------- Tanpa banyak bicara lagi, sarapan pun berlangsung. Sebagaimana sarapan bersama di pagi hari, para gadis menyantap roti dan sup di sebuah mangkok yang disediakan oleh koki khus...