56

708 158 0
                                    

Sophia bertepuk tangan meriah. Sorak-sorai pun terdengar dari seluruh pengunjung yang ada di Pasar Rakyat sesaat setelah pergelaran itu diresmikan.

Gubernur Jenderal bersama dengan istrinya berjalan menyusuri jalan yang khusus yang diperuntukan bagi pengunjung. Layaknya sebuah pasar rakyat, ada areal yang diperuntukan bagi pejalan kaki diantara deretan tenda pedagang.

Laki-laki itu tampak gagah dengan baju dinas warna putih. Di dadanya tertempel banyak lencana dan bintang penghargaan. Topi putih berbentuk bundar yang dikenakannya mengurangi kesan formal yang biasa ditampilkan oleh pejabat negara di Hindia Belanda.

"Hei, kau Sophia kan?"

"Iya, Tuan. Tuan masih ingat dengan saya?"

"Tentu saja. Aku tak akan melupakan gadis secantik dirimu."

Gubernur Jenderal tersenyum pada Sophia yang berdiri di depan tenan khusus untuk penghuni Panti Asuhan.  Istri Sang Gubernur tampaknya tertarik dengan pernak-pernik yang ditawarkan oleh anak-anak Panti Asuhan. Hampir saja dia bermaksud berbelanja, namun suaminya memegang tangan wanita bergaun putih itu.

"Sabar, sayang. Nanti kita berbelanja. Jangan sekarang," Gubernur Jenderal tersenyum pada istrinya sambil mengedipkan mata.

Si istri sepertinya mengerti arti dari pegangan tangan itu. Sebuah peringatan.

Gubernur Jenderal kemudian melirik pada pengawal yang sedari tadi mengikutinya. Dia menganggukan kepala. Pengawal itu pun mengerti anggukan kepala tuannya. Awasi anak ini!

Sang Gubernur dan pejabat lainnya berlalu meninggalkan Sophia dan kawan-kawannya. Mereka menuju ke arah panggung yang disediakan khusus untuk para pejabat negara dan tamu undangan.

"Hadirin sekalian, mari kita sambut ... parade musik dari anggota militer Hindia Belanda!" seorang pembawa acara berteriak dari arah panggung.

Parade musik militer menjadi pertunjukan yang ditunggu-tunggu oleh pengunjung Pasar Rakyat. Para pria berseragam dengan alat musik di tangan berjalan mendekati panggung. Mereka berbaris dengan langkah tegap. Hentakan sepatu beradu dengan lapisan batu kerikil yang menghampar di jalanan.

"Wah, mereka luar biasa!"

"Ya, baru pertama kali aku melihat pertunjukan musik seperti ini," Sophia berbincang dengan temannya. Berbicara tentang kekaguman mereka.

Tepuk tangan dan sorak-sorai menggema diantara ratusan penonton yang berjejer. Beberapa menit pertunjukan sudah sanggup menumbuhkan rasa penasaran penonton yang berada di luar arena. Perlahan, mereka pun mendekat ke lokasi pertunjukan berlangsung.

"Kau Sophia?" Seseorang mendekati Sophia.

"Ya, Tuan."

"Bisakah kita bicara?"

"Tentu saja."

Seorang lelaki mendekati Sophia. Lelaki itu menoleh ke arah wanita pengasuh yang berada dekat dengan kerumunan anak-anak.

"Sophia, saya minta ... kau tidak pergi ke mana-mana. Tetap berada di sini."

"Iya, Tuan."

"Bagus kalau kau mengerti."

Sophia tampak menuruti lelaki berseragam biru tua itu. Dia pun berdiri di sana untuk memastikan jika ucapan Sophia bisa dibuktikan.

Senapan laras panjang di tangan serdadu pengawal itu sudah cukup menegaskan jika dia ditugaskan untuk menjaga keamanan. Wanita pengasuh pun mengerti kenapa Sophia diawasi secara khusus. Dia sudah mendengar cerita bagaimana Sophia bisa mendekati Gubernur Jenderal ketika acara sarapan tempo hari. Dan, dari sanalah malapetaka terjadi.

Selanjutnya, ada regu pemusik dari Angkatan Laut. Mereka mudah dikenali dari pakaiannya yang lucu. Seorang pelaut tidak terlalu menyeramkan ketika memakai seragam kelasi dengan topi persegi. Warna putih pakaiannya lebih cocok dikenakan anak balita dibanding seorang pria dewasa.

Suara terompet terdengar melengking bersahutan. Sesekali suara drum ditabuh bergemuruh.

Tepuk tangan dan siulan kadar terdengar dari penonton. Suasana bertambah riuh ketika jumlah penonton terus bertambah.

Tanpa sadar, pria pengawal yang sedari tadi berdiri di dekat Sophia dan kawan-kawannya larut dalam suasana. Dia lupa pada tugasnya.

"Ke mana anak itu?"

Tidak ada yang bisa menjawab. Sophia pergi tanpa permisi.

Sialan, aku bisa dimarahi Komandan karena tidak becus menjaga seorang anak kecil.

Panca dan Dendam SophiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang