111. 📚 Inner Conflict

6.1K 853 179
                                    

Hening, mau ngomong juga ngomong apaan. Emang dasarnya Aldo kan irit ngomong. Simbah ini bunyi terus kayak Sugiono, apa kagak capek. Dan tadi dia perkenalkan diri Evgenia Ashton, sapa pula itu. Udah pusing gegara simbah yang ono masih juga ketemu simbah yang ini. Perasaan ini jadi agak nganu, jangan aja simbah ini pro sama simbah ono. Dah lah capek.

Dan tadi ada cowok Londo yang penampilannya berkelas mana juga kagak jelek.  Lagi bareng sama Aleccia pula. Hati yang sudah teriris kecil jadi dah kayak dicabein tambah kentang jadi sambel goreng. Ya emang dia kelihatan baik dan ramah, tapi situasi ini Aldo masih belum paham. Dahulu dikiranya dia hanya pacaran dengan Aleccia dan tiap hari kencan juga jajan.

Tapi, begitu keluar Indonesia ada yang berbeda, ini seperti dunia yang belum pernah terjamah olehnya. Itu gimana cerita si bocah somplak itu ternyata cicit dari bangsawan Londo yang kabarnya lumayan berpengaruh. Bocah semprul yang sepertinya cuma paham ngerayu minta kawin juga jajan cilok, tak dinyana langkahnya begitu lebar dan tak sesederhana itu.

"Kamu pasti bertanya-tanya, siapa aku." Grandma duduk dengan tenang di kursi besar yang berada di depan Aldo.

"Ya, yang saya tahu, anda memperkenalkan diri sebagai Grandma Evgenia Ashton. Itu saja." Aldo tetap mode irit.

"Yaaaa ... ya. Kamu tidak salah, apa yang kamu lakukan di sini? Bukankah harusnya kamu di Indonesia dan kuliah?" pancing grandma.

"Ada urusan penting grandma," jawabnya pelan.

"Grandma paham, apalagi yang lebih penting dari urusan cinta?" grandma terkekeh.

"Grandma, saya ingin bertanya. Anda sepertinya tahu segala, bagaimana bisa?" tanya Aldo heran.

"Semakin berumur, manusia semakin tahu segala. Grandma tahu semua tentangmu, Aldo Tjiawijaya. Kamu putra bungsu Andre Tjiawijaya, pacaran dengan Aleccia Andreas entah berapa abad lamanya. Dan kamu kemari hanya karena urusan hati." Grandma kembali ketawa.

"Bagaimana anda tahu?" tanya Aldo heran, simbah ini dukun beneran apa gimana.

"Kamu rindu Aleccia? Aku juga. Terakhir kali dia tinggal bersamaku sudah berbulan lalu. Grandma menyukainya, dia manis dan lucu, tapi cerdas." Grandma tersenyum arif. "Kamu, seberapa besar cintamu?" tanya grandma.

Aldo cuma senyum pait, ngomongin cinta rasanya dah kayak nelen biji kedondong. "Saya mencintainya, entah sebesar apa saya tak pernah mengukurnya. Saya hanya mencintainya." Aldo emang kagak romantis, jawaban ya gitu.

"Grandma jadi teringat dengan anak cucu grandma, mereka semua budak cinta. Tapi aku tak bisa salahkan mereka, cinta memang jatuh tak tahu tempat. " Grandma terkekeh lagi.

"Anda, kenapa menemui saya?" tanya Aldo.

"Oh itu, Aleccia sudah kuanggap seperti cucuku sendiri. Aku cuma tak tega melihat tangisnya. Marielle agak keterlaluan kali ini." Grandma mendesah pelan.

"Oma Marielle tidak menginginkan saya." Aldo curhat.

"Tentu saja, dia selalu terlihat kalem. Tapi dalam hati gejolak tetap ada Aldo. Bukan sekali dia bersikap seperti ini." Grandma ngomong kalem, inget ama kejadian dulu ketika Aline akan dijodohkan sama Joffrey putranya.

"Saya harus gimana?" tanya Aldo.

"Kamu mau bantuan grandma?" tawar grandma memandang penuh kasih.

"Anda serius?" tanya Aldo kaget.

"Ayolah Aldo ... membunuh lebih dari 100 cecunguk mafia saja aku mampu. Apalagi mengurus seorang lady keras kepala seperti Marielle, itu mudah." Grandma terkekeh sombong.

Eh gimana? Aldo melongo.  Bunuh lebih dari 100 orang? Nih simbah OP juga. Ngeri, Aleccia kenal di mana orang macam ini.

***

Dear Kids - Alec Fam season 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang