Anniversary 5th

5.9K 48 0
                                    

Masuk bulan Oktober 2020 merupakan bulan istimewa untukku Nata Arisya dan suamiku Kiyanza Adiputra. Karena lima tahun lalu, di bulan Oktober tahun 2015, aku dan Kiyanza memantapkan hati untuk bersatu dalam tali pernikahan. Selalu dan selalu bulan Oktober menjadi bulan yang menyenangkan di setiap tahunnya. Dan dalam waktu lima tahun ini, kita sudah memiliki dua buah hati yang sangat kita cintai, Ibaz Adiputra dan Khana Adiputri.

Rutinitas ku sehari-hari hanyalah sebagai ibu rumah tangga, walaupun aku menyelesaikan pendidikanku hingga sarjana dan kuliah di salah satu Universitas terbaik di Indonesia tapi aku tidak merasa sia-sia menjadi ibu rumah tangga. Aku berprinsip walaupun hanya sebagai ibu rumah tangga aku harus memiliki ilmu yang banyak untuk mendidik anak-anak ku nanti.

Setiap harinya aku melakukan aktivitasku dimulai jam setengah lima pagi, aku bangun untuk menunaikan kewajiban ibadahku, lalu jam lima aku mulai menyiapkan sarapan untuk suamiku. Yaaa sarapan yang sederhana sekedar teh manis hangat dan roti berisi selai dan keju terkadang aku membeli kueh-kueh pasar kesukaannya, atau kalau lagi mood untuk makan dengan porsi yang agak banyak suamiku minta dimasakin nasi goreng atau dibelikan nasi uduk/lontong sayur, yaa tergantung mood dia lah.

Pagi ini jam 06.00 seperti biasa suamiku sudah sarapan dan hanya meminta dibuatkan roti bakar isi cokelat keju dan susu kental manis. Dan aku selalu menemani dia sarapan sambil ngobrol-ngobrol santai menunggu jam 07.00 waktunya dia berangkat kerja.

"Sayang aku sudah mastiin tempat kita menginap nanti di Bandung ya, jadi lusa pas nyampe Bandung kita langsung ke penginapan dulu baru setelah rapih di sana kita lanjutin untuk jalan-jalannya" suamiku memulai pembicaraan

"Iya yah, aku juga sudah memastikan kalau mamah Winda dan mamah Erina akan datang besok sebelum lusa kita berangkat, jadi anak-anak langsung ada yang nemenin"

"Oh syukurlah kalau memang mamah Erina akhirnya datang besok, karena kemarin mamah masih belum pasti datang besok atau pas kita berangkat " aku hanya merespon dengan senyuman.

Sambil bersantai membahas rencana kita yang sudah jauh-jauh hari untuk bulan madu kedua di anniversary kita yang ke lima sekarang. Ya gak jauh-jauh sih dan gak harus mahal-mahal juga, kita hanya akan bulan madu kedua ke Bandung, tempat favorit aku yang sudah aku rindukan, karena kota Bandung merupakan kota tinggal keduaku, kurang lebih empat tahun aku disana untuk menyelesaikan pendidikan ku.

Dan kita sepakat hanya berdua pergi ke sananya, beruntungnya kita masih memiliki orang tua yaitu mamah Winda mamah kandungku dan mamah Erina mertuaku alias mamah kandung suamiku yang masih sangat pengertian ketika tau kita ingin sekali bulan madu kedua di tahun ini.

Setelah ngobrol-ngobrol santai dan sarapan Kiyan selesai, akupun beranjak dari tempat makan dan menyiapkan keperluan kerjanya, karena ini sudah jam tujuh kurang lima belas jadi suamiku segera siap-siap untuk berangkat.

Tepat jam tujuh kurang lima Kiyanpun berangkat untuk kerja, seperti biasa kita tidak melupakan kebiasaan-kebiasaan yang menurutku dan Kiyan harus tetap bertahan sampai tua yaitu ciuman hangat di pagi hari.

Yaaa beginilah rutinitasku, setelah suamiku berangkat kerja aku langsung membereskan rumah, cucian-cucian kotor, mengurus anak-anak dan selanjutnya lah rutinitas ibu rumah tangga.

Sungguh sibuk aku hari ini sampai belum ada waktu bermain dan belajar dengan anak-anakku, tapi pas lagi sibuk-sibuknya mamah mertuaku telepon. Kalau enggak diangkat nanti kecewa tapi kalau diangkat jujur tanpa kebohongan sedikitpun pekerjaanku lagi banyak-banyaknya dan aku sudah menduga mamah Erina menelepon untuk membahas kedatangannya besok. Yaa begitulah mertua kan ya, tapi tenang mamah mertuaku salah satu dari mertua-mertua yang berbaik hati.

Dan bisa dibilang aku sangat beruntung bisa memiliki ibu mertua yang baik dan tidak pernah ikut campur urusanku dan suami. Kalau soal cerewet aku kira semua ibu pasti cerewet sih ya dan itu hal yang wajar.

Jadi 'i am sorry mah aku emang lagi enggak bisa angkat telepon dulu karena susah aku berbagi waktunya, nanti setelah selesai aku akan telepon balik ya mah' hanya dalam hati aku sampaikan itu pada mamah Erina dan terabaikanlah telepon mamah Erina.

Menjelang sore jam empat semua tugas-tugas ku sudah selesai, dan tinggal dengan cantiknya aku menunggu kepulangan Kiyan dari kerja. Sambil bermain dengan anak-anakku baru inget kalau aku belum telepon mamah Erina yang tadi siang enggak sempet aku angkat teleponnya.

"Assalammualaikum nak" sambut mamah Erina dan syukurnya nggak kedenger suara BT nya, berarti aku di zona aman.

"Waalaikumsalam mah, mah maaf ya mah tadi telepon mamah nggak keangkatan soalnya aku tadi lagi repot, ada apa mah tadi telepon?" tanyaku to the point setelah menjelaskan rasa bersalahku yang gak sempet angkat teleponnya.

"Oh iyaa gak apa-apa nak, tadi mamah cuma mau bilang kalau mamah besok berangkatnya sore dari rumah, soalnya mamah ada acara ngaji dulu di RW 08, gimana nak?, nggak apa-apa kan?, katanya mamah Winda juga besok ya dateng kesananya?" jawaban mamah yang agak panjang karena harus memberikan pernyataan yang kurang bagus menurutnya dan penjelasan supaya aku bisa mengerti kondisinya.

Sebenernya kalau besok mamah Erina atau mamah Winda baru Dateng malem pun nggak apa-apa cuma ya pasti aku agak khawatir.

"Loh yaa aku siy nggak apa-apa mah, karena kan mamah juga harus beresin urusan mamah dulu, tapi mamah yakin nggak apa-apa sore kaya gitu??, mamah sendirian kan dari sana?, kalau mamah Winda emang besok juga kesininya tapi kayanya mamah Winda siang-siang deh mah sekalian dianterin sama Adnan " jawabku sambil menjelaskan kondisi besok dan ya perkenalkan Adnan adalah adik laki-lakiku

"Nggak apa-apa nak, mamah pergi kesitunya sama Maira ko nak dianter pacarnya Maira nak"

"Oooh mamah jadi nginep disininya sama Maira?"

"Iya nak, Maira mau ikut katanya kangen sama keponakannya dan dia seneng banget bisa ketemu lama sama Ibaz dan Khana"

"Alhamdulillah jadi nanti mamah ada yg bantuin yaaa momong cucu-cucunya" aku meledek dan tertawa renyah begitu juga dengan mamah Erina.

Nggak terasa obrolan demi obrolan ngalir aja gitu selama hampir 45menit dan terputus ketika Kiyan sudah pulang, belum lagi antusias anak-anak yang menarikku untuk menyambut kepulangan ayahnya.

"Assalammualaikum sayang-sayangnya papah"

"Alam" jawab Khana yang masih berumur 2th dan "Wayaikumsalam" jawab Ibaz yang sudah berumur 4th. Yaa Ibaz dan Khana hanya berjarak 2th, niatnya biar akur dan kompak tapi yaa ternyata diluar ekspektasi karena realitanya mereka lebih sering berantem karena rebutan mainan yang selalu dianggap setiap satu mainan entah itu mainan macho milik Ibaz atau mainan feminim milik Khana bisa dimainin sama-sama.

Nah hal inilah yang sebenernya sering menunda pekerjaan ku sampai aku terlihat sangat sibuk karena semua perkerjaanku bisa telat dari jam yang sudah aku jadwalkan.

Sensasinya ibu rumah tangga tuh gini loh, mungkin sewaktu kerja di kantor, pekerjaan itu tertunda karena meeting atau dipanggil atasan dalam waktu yang cukup lama, nah kalau di rumah itu tertunda dengan kegiatan-kegiatan bos kecil yang selalu aja membuat pekerjaan baru untukku.

Lanjut yaa menyambut kepulangan suamiku

"Kenapa itu hp dibawa-bawa gitu yank?"
tanya suamiku ketika turun dari mobil dan menyambut tanganku untuk mencium tangannya, dia melihat aku membawa-bawa hp di genggamanku

"Oh ini tadi aku lagi telepon-teleponan sama mamah Erina" jawabku sambil mengikuti langkah Kiya dan anak-anak masuk ke dalam rumah.

Kadang ada yang bertanya-tanya kenapa aku dan Kiyan selalu menyebut 'mamah Erina' dan 'mamah Winda' bukan yang lumrah-lumrah 'mamah aku atau mamah kamu', yaaa karena itulah kesepakatan kita.

Saat kita memutuskan menikah, keluargaku kan menjadi keluarganya begitu juga keluarganya menjadi keluargaku jadi kita udah nggak ada bahasa mamah kamu atau mamah aku, yaa karena mereka menjadi mamah kita berdua. Jadi begitulah kurang lebih alasan panggilan untuk mamah-mamah kita.

Suamiku sudah pulang kerja, langsung kusuruh dia membersihkan diri sebelum lanjut bermain dengan anak-anak. Lalu aku?

Aku menyiapkan segelas teh hangat untuknya dan menghangatkan makanan-makanan yang ku masak tadi siang. Suami pulang kerja itu pasti lapar dan wajib perutnya kita manjain supaya dia bahagia memiliki istri yang pengertian.

LURUH : Cinta Lama Yang Terlarang (END) (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang