Perasaan Risya

1.1K 10 0
                                    

Pagi ini kegiatan ku seperti biasa sudah sibuk dari jam 05.00 subuh. Saat ini tepat pukul 09.15, aku baru selesai belanja dari pasar dengan membawa anak-anak, dan aku mau segera mengeksekusi belanjaan ku. Hari ini aku akan memasak makanan kesukaan suamiku, yaitu ayam goreng bumbu rendang, sapo tahu untuk anak-anak dan telur mata sapi bumbu balado.

Sebelum memulai masak aku memastikan anak-anak dalam keadaan tenang di ruang TV.

"Abang...Ade...mamah mau masak, kalian makan dulu ice creamnya sambil nonton tv ya...dan jangan rebutan ya ice creamnya"

"Oke mah...tapi aku maunya yang stlobeli ini ya mah, Ade yang cokat...."

"Iyaa...kan mamah udah beliin satu-satu, nanti kalau udah selesai masak, baru kita belajar baca lagi ya bang...."

"Iya maaah.....Ade...ini yang cokat ya, aku yang stlobeli...." sahut Abang merespon pernyataanku dan memberikan penegasan kepada adiknya bahwa adiknya makan ice cream yang rasa cokelat sedangkan Abang makan ice cream yang rasa strawberry.

"Iyaa...ekat...." jawab adenya sambil ngangguk-ngangguk.

Aku melihatnya hanya tersenyum. Mereka adalah hartaku, penyemangat ku dan hidupku. Tidak pernah terlintas dalam pikiranku untuk meninggalkan mereka selangkahpun. Dan aku tidak ingin menghancurkan kebahagiaan mereka dengan apapun. Tidak akan menukarkan mereka dalam bentuk apapun.

"Abang...Ade...." aku memanggil mereka satu per satu.

"Iyaa maaahh...." Abang langsung menjawab dengan suara paling lembut. Sedangkan ade hanya menoleh kearahku sambil menyuap ice cream kedalam mulutnya.

"Mamah sayang banget sama Abang sama Ade....i love you baby...." aku mengatakannya dari balik sofa yang membatasi kami dengan jarak kurang lebih dua meter dari mereka.

"Iya mamah....aku juga sayang banget sama mamah, tapi aku bukan baby mamah....aku Abang Ibaz...ini baru baby Kana...." sahut Ibaz membuat aku tertawa kecil.

"Oia mamah lupa....iyaa Abang Ibaz dan Ade Khana...." Mereka dengan kompak melihatku dengan senyumnya yang lebar.

Melihat mereka seperti itu membuat aku sedikit melow dan teringat kejadian semalam. Kejadian saat aku dan suami sedang berhubungan, tapi di ujung adegan saat suami dengan semangatnya mencapai puncak, aku ??....aku malah membayangkan sosok Dipta yang melakukan itu.

Bagaimana jika kejadian kemarin siang diketahui oleh suamiku?, diketahui juga oleh keluargaku?....mungkin aku akan ditinggalkan oleh mereka atau mereka yang akan menyuruhku meninggalkan semuanya.

Aku langsung berjalan ke meja makan yang letaknya di area dapurku. Aku berdiri sambil menahan tangisku yang mau pecah saat membayangkan itu semua.

'Bagaimana aku hidup, bagaimana aku bisa melanjutkan hari-hariku tanpa mereka. Tapi keegoisanku adalah sedikitpun aku tidak merasa menyesal. Yang terjadi kemarin adalah karena luapan perasaan ku yang selama ini kupendam dan ternyata perasaanku tidak salah, begitu juga dengan Dipta. Kejadian kemarin adalah harapan yang pernah ada diantara kita. Aku hanya merasa bersalah tanpa menyesal. Bagaimana yang aku rasakan. Saat inipun aku tidak berpikir untuk menjauh dari Dipta. Bahkan aku memang menginginkannya. Tanpa aku meninggalkan keluargaku. Tapi bagaimana bisa aku hadapi semua resikonya.....'

Akhirnya aku terduduk lemas dikursi dan menundukkan kepalaku diatas lipatan kedua tanganku yang bertumpu diatas meja makan. Aku mengeluarkan tangisanku, yaa ternyata aku tidak bisa menahan tangisku.

Tiba-tiba aku merasa ada dua tangan yang memelukku. Aku menoleh dan melihat itu adalah malaikat kecilku, pelindung kecilku, penenang hatiku....Ibaz....

"Mah kenapa?...kenapa mamah nangis?" tanya Ibaz dengan wajah yang sangat polos.

LURUH : Cinta Lama Yang Terlarang (END) (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang