Bagaimana Jika Tidak Baik

432 6 0
                                    

Author Pov

Hatinya sakit, matanya terus maneteskan air mata yang tertahan dari tadi. Tapi dia berusaha tetap tenang. Mengemudikan mobilnya pun berusaha dengan tenang.

Setelah hampir setengah jam dalam perjalanan. Dipta sudah sampai di apartemennya. Dia berjalan hampir tak berdaya memasuki gedung apartnya. Semua moment dengan Arisya terputar dalam memorinya, dari turun mobil, menaiki lift menuju loby, ketika berjalan di loby, sampai naik lift menuju lantai room apartnya. Apalagi ketika membuka pintu apartnya dan melihat sekeliling ruangan apartnya. Semua cerita bahkan sosok Arisya yang sedang makan, masak, menonton tv, membersihkan semua sisi apartnya sampai aktivitas cinta mereka disni. Semua terputar dan terlihat jelas lagi di matanya kini.

Kisah yang terputar itu membuat dia tak kuat melangkahkan kaki lebih masuk ke dalam. Setelah menutup pintunya, dia terduduk lemas di lantai dekat pintu dan terduduk menyender di dindingnya sambil terisak menangis. Ditambah ingatannya, ketika terakhir kalinya dia menatap wajah Arisya saat akan melangkah pergi dari rumah Bragi dan setelah melangkah keluar rumah, Dipta mendengar jelas isakan tangis Arisya yang akhirnya pecah, tapi dia terus melangkah keluar menahan kuat keinginannya untuk berbalik badan melihat Arisya.

Isak tangis yang akhirnya pecah dengan teriakan luapan emosi. Dipta mengacak kasar rambutnya dan mangusap kasar seluruh wajahnya. Hatinya benar-benar hancur untuk kesekian kalinya. Bahkan dia merasa kali ini hatinya lebih hancur, perasaannya lebih sakit dari yang sebelumnya. Karena kali ini dia harus hidup dengan kenangan yang tertinggal dalam memorinya. Kenangan yang lebih indah, kenangan dari keinginannya yang selama ini terpendam, semua terwujud dan menjadi nyata. Dia memastikan sakit yang dia rasakan kali ini lebih dalam dan perih.

Dia berusaha kuat berdiri dan berjalan menuju sofa ruang tv. Dia melepas kasar sepatu dan kaos kakinya. Dia bersandar di sofa dan meluruskan kakinya sambil memejamkan matanya. Saat situasi masih belum membaik. Hp nya berdering. Dipta melihat nama yang tertera di Hp nya.

Fita calling...

"Ya Fit...
Mas nggak di rumah...
Mas di apart...
Apart Kemang...
Ya kesinilah..."

Dipta mematikam teleponnya dan kembali memejamkan mata berusaha menghilangkan bayang-bayang Arisya dan menghilangkan bayangan hari-hari di depannya tanpa Arisya.

'Andai aku bisa memutar waktu
Aku juga tidak ingin ada pertemuan itu kali ini...akan kubiarkan hidupku tanpa melihatmu lagi setelah 5tahun lalu...
Tapi kenapa ada pertemuan itu yang membuat aku semakin mencintai kamu Cha...
Bagaimana kalau aku nggak bisa baik-baik saja karena terus mengingatmu, memikirkanmu, dan semua tentang kamu seperti saat ini...
Bagaimana Cha...kalau aku tidak akan pernah baik-baik saja seperti kamu, yang bisa tanpa aku...
Mungkin saat ini kamu bersamanya walaupun hati kamu untukku masih nyata...
Adakah kesempatan lagi untuk cintaku selanjutnya Cha?
Bahagia walau kita berbeda langkah...
Mungkin kamu memang bukan untuk aku, tapi aku bisa pastiin kamu akan selalu di hati aku seperti sebelum kita bertemu dan menjalin cerita yang akhirnya hanya menjadi kenangan...'

Dipta terus merutuki hatinya yang tidak sekuat laki-laki lain. Dia terus bertumpu hanya pada satu wanita. 14tahun Icha selalu menempati posisi pertama di hatinya. Dia mengutuk semua perasaannya yang tidak pernah bisa hilang untuk Icha.

Disela-sela segala macam makian untuk dirinya sendiri. Terdengar suara bel berbunyi. Diptapun tersadar dan terbangun dari dunia emosinya. Dia langsung beranjak dan membuka pintunya.

"Cha...." panggilnya dan seketika raut wajahnya berubah. Menyadari kalau Arisya udah nggak akan pernah datang lagi ke apartemennya.

"Masuk Fit..." ajak Dipta pada adiknya ketika menyadari sosok itu adalah Fita. Fita yang terpaku melihat kondisi kakanya dan mendengar nama yang disebut kakanya.

LURUH : Cinta Lama Yang Terlarang (END) (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang