Tetap Dalam Jiwa

356 12 11
                                    

Author Pov.

Dipta yang tetap diam dan tenang mendengar semua ucapan Arisya sampai pada keputusan yang sudah bisa diduga sebelumnya oleh Dipta.

Tapi Dipta tidak menyanggah. Dia berusaha menerima dulu keputusan Arisya. Karena ternyata ucapan Fita beberapa waktu lalu terus terngiang dalam benaknya.

'level tertinggi mencintai seseorang adalah ketika kita merelakan dia bahagia dengan hidupnya. Tidak mempersulit hidupnya, tidak membiarkan dia harus memilih dan tidak membiarkan hidupnya mendapat masalah karena ego kita....'

Kalimat-kalimat itulah yang ternyata sedikit menahan ego Dipta untuk bertahan ingin memiliki Arisya.

"Sya..." "Arisyy..." ucap Karina dan Bragi secara bersamaan.

Ternyata mereka berdua terkejut dengan pernyataan Arisya yang langsung mengambil keputusan itu. Karena setau mereka Arisya sendiri masih bimbang dengan pilihannya.

Tapi mereka tau ini adalah keputusan yang seharusnya. Mereka sebenarnya tidak membenarkan hubungan yang terjalin antara Dipta dan Arisya. Tapi Karina dan Bragi merupakan orang-orang yang tau persis kondisi Dipta ketika ditinggal nikah sama Arisya itu kaya gimana. Jadi satu sisi kemanusiaan sebagai teman mereka juga mengerti sebenernya dengan perasaan Dipta. Terutama Bragi.

Arisya menatap Karina dan Bragi secara bergantian.

"Kenapa?" Tanya Arisya.

"Lo yakin?" Tanya Karina diiringi anggukan Bragi.

"Yakin atau nggak yakin gw emang udah harus ambil keputusan. Kita emang nggak bisa kaya gini terus kan Dipt?" Jawab Arisya dan bertanya ke Dipta sambil melihat ke arah Dipta yang dari tadi tidak berpaling menatap Arisya.

Dipta membenarkan posisinya dan semakin menatap lekat mata Arisya. Karina dan Bragi yang melihatnya, jadi ikut tegang menanti apa yang akan diucapkan Dipta, apalagi dengan Arisya walaupun tetap menunjukkan sikap tenang, sebenernya jantungnya berdetak cepat menunggu apa yang akan Dipta katakan.

"Jujur...
Nggak pernah kebayang sama aku, kalau akhirnya akan seperti ini. Walaupun berkali-kali dan bahkan dari awal semua ini dimulai kita udah menyadari hal ini merupakan salah.  Tapi semua waktu yang pernah kita lewati bersama, seakan hilang saat ini...
Segala masalah berlalu, bahkan ada janji kita yang menanti diujung sana Cha. Tapi mungkin emang kita nggak mampu mencapainya. Seribu satu cara udah kita lewatin untuk dapetin semua jawaban ini...
Kalau emang harus pisah, aku akan tetap setia dengan hati aku, kalaupun memang ini ujungnya, kamu tetep akan ada di dalam jiwa aku...
Pasti nggak akan mudah, tapi aku akan berusaha tegar ngejalanin kosongnya hati aku. Aku akan membuang semua mimpi kita yang pernah terjadi atau biar tersimpan menjadi histori...
Aku terima keputusan kamu..."

Arisya terkejut dengan penuturan Dipta yang tidak ada sanggahan sediktipun seperti biasanya. Dia terus menatap Dipta dengan mata yang mulai memanas menahan airmata yang mulai menggenang. Dipta yang melihatnya, langsung tersenyum dan mengulurkan tangannya menggenggam tangan Arisya yang dari tadi saling meremas menahan sisi emosionalnya selama mendengar pernyataan Dipta.

Tidak berbeda dengan Karina dan Bragi yang juga lebih terkejut dengan ucapan Dipta. Mereka secara bersamaan seperti tidak percaya dengan apa yang disampaikan Dipta. Mereka sama-sama berpikir apa yang membuat Dipta bisa menerima keputusan Arisya dengan mudahnya saat ini. Apakah iya Dipta sudah merelakan semuanya.

"Nggak apa-apa kalau memang ini nggak bisa diterusin. Karena mungkin memang dunia kita berbeda, dan kalau memang ini ujungnya. Its oke. Bagaimanapun kamu akan tetap dalam jiwa. Seperti sebelumnya,  Nata Arisya selalu ada dalam hatiku, jiwaku dan hidupku. Apapun kondisi kita, walaupun entah sampai mana titik hidup aku Cha..." Dipta melanjutkan ucapannya yang akhirnya membuat genangan air mata Arisya menetes dan jatuh tepat di punggung tangan Dipta yang sedang menggenggam erat kedua tangan Arisya yang saling meremas menahan batinnya yang sakit.

LURUH : Cinta Lama Yang Terlarang (END) (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang