Astri Pov
"Ya hallo...
Eh ya Ga...
Kamu sama Dipta?
Jam segini? (Aku melirik jam dinding di kamar menunjukan setengah 2 pagi)
Bawa ke rumah aja Ga...aku tunggu...
Oke...makasih Ga..."Aku mendapat telepon dari Yoga teman dekatnya Dipta di jaman mereka masih bujangan.
Sudah sebulan Dipta nggak pulang ke rumah. Tapi untungnya Ganesh masih pernah berkomunikasi dengan Dipta tanpa berbicara denganku. Dan aku membiarkannya.
Feelingku dia sedang berada di situasi yang sulit sampai dia tidak pernah pulang ke rumah.
Lagi dan lagi aku harus mengontrol emosi ku dan perasaan sakit ku. Aku harus mengolah pikiranku untuk tetap waras menghadapi Dipta. Semua logika ku tertutup oleh perasaan terdalam ini.
Ya aku sangat mencintai Dipta. Bahkan tidak ada ruang untuk aku mencintai diriku sendiri. Karena semenjak bertemu dengannya, berinteraksi dengannya membuatku nyaman dengan sikap lembut, hangat dan perlindungannya.
Tapi semua berubah semenjak dia dipaksa menikah denganku. Dalam waktu 6 bulan aku tidak pernah disentuhnya. Karena mamahnya menanyakan terus kondisiku yang belum hamil. Sehingga di bulan ke 6 barulah dia menyentuhku agar aku bisa hamil dan melahirkan anak untuknya.
Memang setelah ada Ganesh, dia sedikit berubah tidak begitu dingin dan tidak lagi seperlunya. Rumah ini menjadi tempatnya pulang. Ganesh menjadi kehidupannya.
Dan kejadian semua itu aku tau penyebabnya. Dan aku tau cerita tentang itu. Tapi aku diam. Aku tidak ingin orang yang aku cintai pergi karena aku tidak menyukai apa yang dia cintai.
Tapi selain itu juga aku mulai merasakan kasih sayangnya, kelembutan dan kehangatannya lagi, sisi sebagai pelindungnya pun muncul kembali setelah ada Ganesh diantara kita. Tapi tetap tidak merubah perasaannya.
Hampir 5 tahun kita seperti ini dan aku masih terima.Saat sedang bernostalgia dengan kisah menyedihkan, aku mendengar suara mobil. Aku berjalan ke depan rumah dan melihat Yoga turun bersama Dipta,bersama Bragi dan satu wanita yang belum aku kenal.
Dia melihat kearahku ketika aku menatapnya intens.
"Dimana ini bisa gw simpen Dipta?" Tanya Yoga padaku.
Aku hanya menggiring mereka ke kamar tamu, karena kalau di kamar ada Ganesh sedang tertidur dan Dipta sangat bau alkohol. Jadi ku biarkan dia tidur di kamar tamu dulu.
Selesai membaringkan Dipta di kasur. Yoga dan Bragi yang tadi memapah Dipta, mengikuti langkahku ke depan. Yoga dan Bragi menatapku, begitu juga dengan wanita yang sedari tadi jadi pertanyaan besarku. 'Apakah ini dia?'
Aku menatap mereka secara bergantian, berharap mereka mau menetap sebentar dan memberi penjelasan terlebih dahulu tentang kondisi Dipta saat ini.
"Ngobrol dulu yu..." ajak Yoga sambil melangkah ke sofa yang ada beberapa langkah dibelakangku.
Akupun membalikan badan dan ikut duduk disamping dia, aku melihat Bragi menghampiri wanita itu dan merangkul pinggangnya tetap berdiri menatap kearahku dan Yoga.
"Duduk Gi..duduk..ee.." ucapku
"Karina..." jawab Bragi.
"Oh ya Karina...silakan duduk"
Mereka saling menatap dan kulihat Bragi menganggukan kepalanya ketika mereka masih saling menatap. Setelahnya merekapun duduk berdampingan di sofa sebelah sofa yang aku dan Yoga duduki.
"Kalau Bragi lo udah kenal kan...
Sebelahnya itu Karina, dulu gw sama Dipta temanan baik sama dia, bahkan kita sahabat deket. Dan sekarang Bragi jadi calon suaminya Karina...
Mm kita kesini nganter Dipta karena tadi abis nemuin Dipta di club. Keadaan dia udah setengah mabuk. Dan akhirnya kita nemenin dia dulu disana, sebelum dia drop kaya gini dia nggak akan mau pulang...
Akhirnya gw biarin dia sampe mabuk biar gw bisa bawa dia pulang kesini...
Gw udah tau dia belom pulang sebulan kan kesini?
Jadi sekarang gw bawa pulang dia...""Kenapa?" Tanyaku
"Ya kan dia belom pulang pulang jadi gw bawa kesini..."
"Kenapa dia begini?" Tanyaku lagi masih manatap lurus kebawah.
"Untuk kenapanya itu bisa lo tanyain langsung dan omongin langsung sama Dipta. Bukan kapasitas kita untuk menjawab pertanyaan lo...
Nggak apa apa ya?" Tanya Yoga.Dan aku hanya mengangguk sambil melihat ke arah mereka secara bergantian.
"Gw cuma minta maaf kalau baru sekarang bisa bawa dia pulang..." ucap Karina.
Aku menatapnya seolah minta penjelasan lebih.
"Selama ini Dipta emang dalam pengawasan kita dan sepengetahuan kita Ast. Mungkin lo udah tau pasti ada apa apa sama Dipta saat ini. Tapi gw pastiin selama ini kita juga berusaha ko nyuruh dia pulang kesini, terutama untuk Ganesh yang kaya lo pernah bilang waktu tlp Bragi. Tapi ya lagi lagi sorry, kalo baru sekarang bisa kita bawa pulang..." ucap Karina lebih panjang.
"Dan setiap kamu minta saya memberitahu Dipta tentang Ganesh, itu selalu saya sampein...
Sekarang karena ada Yoga, akhirnya dia bisa pulang kesini...jujur saya nggak ada keberanian sejauh ini untuk ikut urusan dia sama kamu...
Saya cuma bisa mendampingi dia agar dia tetep bisa terkontrol..." jelas Bragi sambil terus menatapku."Makasih...
aku cuma bisa bilang makasih ke kalian...
Apapun yang terjadi sebenernya, ya itu urusan aku dan Dipta dan bukan kapasitas atau urusan kalian...
Maaf kalau selama ini Dipta ngerepotin kalian...""Nggak ko Ast..
Kita temenan, dan pada saat kondisi dia begini kita perlu ada untuk itu...
Dan sekarang udah waktunya dia pulang, kita berusaha mengantarkannya ke kamu, walaupun dalam kondisi yang nggak baik. Tapi setidaknya urusan kamu dan dia bisa dimulai besok untuk diselesaikan..." jelas Yoga.Aku hanya mengangguk lagi mendengar ucapan Yoga.
"Yaudah deh, kita pulang ya..gw harus langsung balik lagi ke depok. Karina dan Bragi juga harus cepet balik. Pamali belum halal udah berduaan lama lama di luar, malem malem lagi..." ucap Yoga yang sedikit membuat aku tersenyum melihat ke arah mereka.
Dan mereka saling menggerutu mendengar ucapan Yoga.
Sampai depan pintu merekapun berpamitan satu per satu. Setelah mereka naik mobil dan pergi lagi meninggalkan rumah. Aku melangkah masuk ke dalam rumah dan berjalan masuk ke dalam kamar tamu lalu melihat prihatin ke arah Dipta yang sedang terbaring dengan wajah pucat dan kurus, baju sudah berantakan.
'Apa yang lagi dia alamin dan lalui sampe dia seperti ini?' Batinku.
Aku menghampirinya dan duduk disampingnya sambil berusaha melepaskan sepatu, kaos kaki dan blazernya.
Aku mengusap wajahnya pelan, membelai helaian rambutnya lembut dan tiba tiba tetesan air mataku jatuh saat sedang berpikir keras sambil menatap wajahnya.
"Di matamu aku mungkin nggak bermakna.
Nggak punya arti apa apa.
Mungkin kamu cuma menginginkan aku disaat kamu perlu.
Dan nggak pernah berubah.
Kadang aku berpikir untuk ninggalin semua Dipt...
Karena hatiku kadang letih menahan dusta.
Dan diatas pedih ini, aku selalu sendiri.
Dan serpihan hati ini, akan aku peluk seerat eratnya.
Dan kalau bisa akan aku bawa sampai mati.
Aku memendam perasaan ini sendirian.
Aku nggak tau kenapa aku nggak bisa ngelupain kamu.
Aku pernah percaya, kalau suatu saat nanti aku bisa merebut hati kamu.
Walaupun aku harus menunggu sampai aku nggak mampu untuk menunggu kamu lagi...."Ucapku sambil menangis tersedu-sedu dan memeluk erat blazer Dipta yang sedang ku pegang. Ini hati aku Dipta bukan besi. Ini serpihan dari setiap sakit yang aku rasakan, tapi aku hanya selalu bisa seperti ini.
Astri
KAMU SEDANG MEMBACA
LURUH : Cinta Lama Yang Terlarang (END) (REVISI)
ChickLitWarning!! DEWASA!!! Komitmen penting ketika menikah adalah SETIA. Sudah 5 tahun Nata Arisya menjalani pernikahan dengan seorang pria yang pasti sangat dicintainya Kiyanza Adiputra bahkan tanda cinta mereka sudah ada dua yakni seorang putra Ibaz Adip...