Tak Searah

462 9 0
                                    

Karina Pov

Aku pergi berlari keluar gedung apartement. Aku terus berlari dan membiarkan kaki ini mencari tempat tujuan berhenti. Aku membiarkan mata ini menangis dengan puas. Bahkan kakiku yang bergetar karena sebenarnya lelah dan tidak memiliki tenaga untuk berlari, aku tidak menghiraukannya.

Sampai tanpa sadar aku terjatuh dan duduk di jalanan yang menurutku ini cukup sepi. Aku terus menangis. Ya aku sebenarnya tidak sekuat orang lihat. Aku tidak semampu orang lain kira.
Aku lemah, aku runtuh hari ini. Aku hanya bisa menangis dengan histeris. Rasanya begitu sakit hati ini, menyadari apa yang seharusnya sudah aku tau sejak lama. Tapi aku berusaha tetap berjalan dan berharap.

Pikiran kacau yang menyelimutiku seketika terhenti karena aku merasakan sepasang tangan menyentuh pundakku dan membalikkan tubuhku lalu memelukku erat. Aku mengenal harum tubuh ini, aku mengenal postur tubuh ini, aku juga mengenal deru nafasnya. Akupun membalas pelukannya dan semakin histeris menangis dipelukkannya.

"Maaf...maaf ya..." ucapnya sambil memelukku erat.

Dalam beberapa menit kami berpelukan di jalanan yang cukup sepi ini. Dan setelah merasakan sedikit tenang, aku merenggangkan pelukanku, aku menatapnya dan tersenyum. Dia yang menatapku dalam juga memberikan senyum menenangkan perasaanku.

"Kenapa kamu bisa tau aku ada disini?" Tanyaku yang masih menatapnya.

"Kan aku udah bilang tadi mau jemput kamu..." jawab Bragi sambil mengelus helaian rambutku dengan lembut.

"Tapi kan aku udah pulang sama yang lain..."

"Nggak apa-apa...aku tetep mau menuhin janji aku untuk jemput kamu. Nih sekarang aku jemput kamu..."

Aku kembali menangis dalam pelukan Bragi, karena mendapatkan perlakuan Bragi yang sangat lembut seperti ini. Seandainya aku bisa dengan tega membiarkan hati ini langsung memilih bahu Bragi. Tapi aku belum bisa. Hati ini masih menyimpan cinta yang utuh untuk Rama. Tidak adil untuk Bragi yang memiliki ketulusan hati mencintaiku.

"Ke mobil yu...dingin...lagian ini jalanan, ntar disangkanya aku ngapa-ngapain kamu lagi..."

Aku tersenyum menatapnya, akupun berdiri dari jatuhku dan mengikuti langkahnya menuju mobilnya.

Sampai di mobil Bragi langsung membawaku pergi dari sini. Entah kemana tujuannya. Tapi aku hanya diam. Dan menunggu tempat apa yang akan dia tuju.

Setelah 20 menit di jalan, kita berhenti di sebuah rumah dengan model minimalis. Mobil pun sudah terparkir.

"Yuk turun..."

Aku menatapnya dan melihat rumah yang ada dihadapanku saat ini. Lalu aku mengikutinya turun dari mobil dan menerima uluran tangannya untuk menggandeng tanganku.

Aku dan Bragi melangkah masuk ke dalam rumah. Ketika di dalam rumah Bragi menyalakan beberapa lampu ruangan sambil menyimpan tas kerjanya di salah satu sofa berbentuk bulat. Lalu Bragi mengajak aku lebih masuk ke ruang tengah. Dia menyuruhku duduk dan menunggunya sebentar.

Sekilas aku menoleh ke arah dia melangkah, ternyata dia jalan ke dapur yang tidak terlalu jauh dari ruang tengah dan bersebelahan dengan ruang makan. Sepertinya dia membuat sesuatu disitu.

Dalam waktu beberapa menit aku menunggu, Bragi sudah menghampiriku lagi dan duduk disampingku sambil memberikan segelas teh hangat.

"Minum nih, biar lebih rileks kondisi kamu..." ucapnya.

Aku menerima pemberiannya dan meminum teh hangat buatannya.

"Mm enak banget tehnya..ini teh apa?" Tanyaku setelah meminum beberapa teguk tehnya

LURUH : Cinta Lama Yang Terlarang (END) (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang