Angel Baby

565 8 0
                                    

Dipta dan aku bersiap kembali pulang ke Jakarta. Sebelum benar-benar meninggalkan Bandung, aku dan Dipta mampir ke sebuah cafe yang pernah jadi tempat favorit kita.

Aku dan Diptapun menikmati suasana cafe ini sambil menikmati makanan dan minuman yang pernah jadi menu favorit kita di cafe ini.

"Cha...lusa kan aku udah jalan ke luar kota ya seminggu, untuk urusan catering dari kamu, kamu janjian sama Bragi ya..."

"Iyaaa...oia...soal Bragi Karina aku punya feeling kayanya mereka akan lanjut deh..."

"Maksudnya?"

"Yaa...mmm belom yakin banget sih, tapi kaya ada tanda-tanda aja gitu, kalau Karina mulai membuka hubungan baik dengan Bragi..."

"Mmm yaa kalau emang kaya gitu bagus lah...aku support mereka, aku prihatin Karina sibuk nungguin pacarnya yang nggak jelas itu..."

"Yaaa....aku juga berharap Karina buka hati ke yang lain dan kalau bisa Bragi. Mmmmm atau ini bisa jadi kesempatan aku ya ngebikin hubungan Bragi sama Karina makin deket..."

"Makin deket?" Dipta mengulang kata-kataku.

"Iyaa kan td kamu bilang, selama kamu di luar kota, urusan rice bowl buat temen-temen kantor kamu, aku janjian sama Bragi aja kan. Dan kalau kaya gitu berarti moment Bragi ketemu Karina akan lebih sering dong..."

Dipta menatapku tersenyum, lalu menggenggam tanganku.

"Kenapa?"

"Gak apa-apa..." Tangannya masih menggenggam tanganku dengan tatapan dan senyuman yang begitu hangat aku terima.

"Mmm..Dipta...boleh ngomongin sesuatu?"
Tanyaku sedikit hati-hati.

"Ya...apa?" Tanyanya masih dengan menggenggam tangan dan menatapku dengan senyuman yang belum hilang.

Aku selalu suka wajahnya, senyumnya, yang emang dari dulu itu memikat sih.

"Mmm....kalau setelah hari ini, salah satu dari Astri atau Kiyan atau salah satu keluarga kita yang lain ada yang tau soal kita, dan kita diminta..." ucapanku terputus, Dipta menggenggam tanganku semakin erat, dia memajukan sedikit badannya dan menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Sst...sst...siapapun dia yang tau hubungan kita, aku yang tanggung jawab, yang pasti kamu nggak perlu khawatir tentang hidup kamu sama keluarga kamu, dan kamuuu nggak perlu khawatirin kehidupan aku, aku akan ada keputusan sendiri untuk keluargaku....Cha...gimanapun aku nggak akan pernah ngerelain hubungan kita selesei, kalaupun memang bener akan selesei itu karena aku udah nggak ada disini...."

"Dipta....jangan ngawur ngomongnya..."

"Aku serius sayang...aku punya kehidupan saat ini karena kamu Cha...aku punya jam istirahat, aku punya semangat melakukan aktivitas apapun, aku bisa ngerasain seneng, bahagia, bahkan sampe sedih ataupun marah itu karena aku sekarang sama kamu Cha...."

Aku masih terdiam menatapnya sambil membayangkan kehidupan dia sebelum ini dan saat ini.

"Aku butuh kamu yang membuat aku tetap waras Cha, menarikku dari kehancuran dan membawaku kembali dalam kehidupan, dan memberikan semua yang aku miliki walaupun aku tidak memiliki apapun. Dan kamu yang muncul lagi entah dari mana, aku yang udah memberitahu kamu bagaimana kehidupanku yang hancur dan kamu yang membawanya kembali...."

Dipta berhenti sejenak dan semakin dalam menatapku dengan wajah yang sedikit mengeras menahan genangan air matanya.

"Bahkan aku sampai sering tidak bisa menahan rasa sedih aku Cha ketika aku harus membayangkan kamu pergi lagi dari hidup aku. Aku jadi lemah, jadi cengeng, aku benar-benar nggak bisa nyari solusi kalau aku harus pisah lagi sama kamu Cha...aku hanya ingin hidup di moment ini selamanya, karena aku takut hidup takkan bisa lebih indah dari ini...kamu adalah malaikatku, yes You're my angel baby...penyelamat hidup ku setelah bertahun-tahun aku menjalanin kehidupan yang pura-pura..."

Aku menatapnya haru, Dipta selalu mengatakan hal ini. Hal yang membuat langkahku ragu untuk balik kanan dan meninggalkannya. Tapi hanya aku yang tahu kapan aku bisa mengakhiri semua ini, dan aku akan melakukan itu pada waktu yang sudah saatnya.

Setelah selesai menikmati suasana cafe, menikmati makan dan minuman favorit disini. Aku dan Dipta pun langsung beranjak dan melanjutkan perjalanan pulang ke Jakarta.

Selama di perjalanan, Kiyan terus menghubungiku. Menunggu kabar terbaruku. Tapi tidak dengan Dipta, dari kemarin kita bersama, aku tidak pernah melihat dia atau mendengar dia dihubungi atau menghubingi Astri bahkan anaknya.

Aku memang tidak pernah tau jelas bagaimana hubungan pastinya Dipta dengan istri dan anaknya. Kalaupun hubungan dengan istrinya seperti datar, tapi aku sungguh memikirkan bagaimana kisah dia dengan anaknya. Darah dagingnya yang pastinya memiliki hubungan batin dan keterikatan hati.

"Dipta..."

"Ya cantik..." Dipta sudah biasa menjawab panggilanku seperti ini.

"Mmm boleh ada yang aku tanya..."

"Apaaa...?" Suara lembut yang memanjakan seolah-olah tidak pernah menolak apapun yang akan aku katakan dan aku minta, tapi tentunya selain perpisahan.

"Mmm...boleh kamu jawab atau nggak sih ini..."

"Iyaa...tanyain aja...kamu kaya lagi banyak mikir...tanyain aja, biar ringan pikiran kamu..."

"Mmm kamu sama anak kamu itu kaya gimana sih?"

"Ooohhh...mmm ya sama aja kaya Kiyan ke anak-anak kalian, sama kaya ayah-ayah lainnya yang sayang banget sama anaknya...kenapa emang?"

"Mmm...soalnya aku liat selama kita disini, aku nggak pernah liat kamu komunikasi sama anak kamu, setidaknya pasti kamu kangen sama dia..."

"Ooohh pasti itu...aku kangen banget tiap aku jauh dari dia, karena cuma dia penghibur aku...yaa penyemangat aku untuk tetep jalanin kehidupan ini dengan baik walaupun aku sendiri nggak baik-baik aja..."

"Mmm terus dia nggak nyariin kamu?"

"Nyariin, tapi dia selalu tau kalau aku lagi perjalanan kerja, dia nggak pernah mau tlp aku...pernah aku tlp pun dia yang minta udahan, soalnya nggak mau ngeganggu kerjaan aku, dan saat ini kan dia taunya aku lagi kerja di.luar kota..."

"Mmm siapa yang membiasakan dia bersikap gitu?"

"Astri...karena Astri udah nerapin kaya gitu ke anakku kalau dia lagi kerja, jadi ya dia berpikir yang sama tentang aku..."

"Ooowhhh...."

"Yaa sekangen-kangennya dia sama aku atau sama Astri dia akan tetep menunggu sampai waktunya aku dan Astri udah selesai kerja..."

"Nah semalem kenapa kamu nggak hubungin dia, kan dia pasti tau kamu kerja cuma sampe sore..."

"Semalem kan aku udah terlalu fokus sama kondisi Karina sayaang...sampe aku juga jadi cuma fokus sama urusan kita...tapi aku ngirim WA ko ke dia..."

"Mmm...yaa aku berharap hubungan kamu sama anak kamu sangat baik, karena dia nggak boleh kehilangan haknya untuk mendapatkan kasih sayang dan perhatian penuh dari kamu..."

"Itu pasti Cha,,,aku aja nggak menghilangkan hak nya Astri ko, apalagi haknya anakku. Yaa setelah aku banyak berpikir tentang semua ini dan akhirnya aku mulai merubah lagi cara aku menghadapi Astri. Bagaimanapun dia adalah istri aku...."

Aku hanya tersenyum mendengarnya. Mungkinkah perubahan itu terjadi setelah aku dan dia sempat selesai beberapa waktu lalu....

Tapi aku bersyukur kalau perubahan itu memang ada, dan apa ya aku memang harus semakin membuat dia melakukan perubahan dengan Astri....

Dengan menyelesaikannya....

LURUH : Cinta Lama Yang Terlarang (END) (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang