Mesin Waktu

570 5 2
                                    

Seperti hari-hari indah bersama Dipta sebelumnya. Usai menghabiskan waktu bersama. Aku dan Dipta tidak ingin cepat berpisah, kita masih dalam pelukan erat masing-masing, dan kondisi kitapun masih polos tanpa helaian apapun termasuk selimut. Entah ada apa hari ini, rasanya aku ingin terus ada dipelukan Dipta seperti ini dalam waktu yang lama. Apalagi setelah melewati peperangan dengan hati beberapa waktu belakangan.

"Ca...boleh nggak kamu disini sampe malem?"

"Boleh"

"Serius Ca?" Dipta menatapku heran campur senyumnya yang menunjukkan harapan.

"Iya serius" aku menjawabnya diiringi anggukan yang penuh yakin.

Tidak ada pertanyaan apapun lagi dari Dipta. Dia langsung menciumku dan menindihku kembali sambil terus menciumi wajahku, dan seluruh tubuh polosku sampai aku merasa geli dan kita bercanda dengan tubuh polos ini. Tapi tidak kupingkiri waktu yang tersisa sampai malam ini benar-benar kita habiskan melepas gairah yang terus membakar dalam tubuh ini.

Sampai pada waktu yang sebenarnya sudah habis dan seharusnya aku pulang. Aku masih saja dalam pelukan Dipta. Kita sedang menikmati kehangatan ini sambil menonton tv.

"Aku udah kabarin Kiyan, kalau aku harus nemenin Karina di Apart nya. Dan aku juga udah hubungin Karina untuk ngejaga situasi aku ke Kiyan"

"Makasih.." Dipta langsung mencium lembut pipi ku yang posisinya aku duduk membelakanginya dan dalam pelukannya.

"Mmm kamu dari tadi nggak nanya2 aku alesan apa ke Kiyan, atau gimana reaksi Karina..."

"Nggak sepenting itu sih aku sampe mau tau alesan apa yang kamu kasih ke Kiyan, dan apa reaksi Karina soal kondisi saat ini. Yang paling penting malem ini aku bener-bener bisa ngabisin waktu sama kamu terus. Toh aku juga nggak menjabarkan alesan apa yang aku kasih ke Astri kan?, jadi nggak sepenting itu buat aku..."

Aku mengganti posisi dudukku dan sedikit menghadap ke Dipta.

"Sedalem apa sih perasaan kamu sebenernya Dip?"

Dipta menatapku lekat sambil mengelus-elus halus dada kiriku. Ya memang dari siang tadi kita memulai olahraga kasur. Keadaan kita masih tetap sama, masih polos tidak mengenakan helaian apapun. Hanya rambutku saja yang sudah mulai kugelung karena sedikit menghalangi dan merepotkan.

"Kenapa kamu masih belum tau seberapa dalam perasaan aku buat kamu Ca?"

Aku hanya menatapnya tanpa menjawabnya. Dipta mengapit pinggulku sampai tubuhku menempel dengannya. Tangannya memeluk erat pinggangku sambil mencium lembut pipiku hingga keleherku.

"Diiiipp..."

"Kamu masih mau tau sedalem apa?" Dipta bertanya sambil bernafas hangat tepat di telingaku. Tiba-tiba tangan kirinya yang tadi menyatu dengan tangan kanannya untuk memelukku, kini sudah perlahan meraba perutku. Aku hanya menyebut namanya pelan sambil menatapnya dan mengetahui arah tangannya bergerak.

Diptapun hanya menatapku dan tangan itu mulai meraba perutku lalu turun kebawah perut dan semakin turun ke titik terlemahku. Di tempat itu tangannya hanya berputar-putar mengelus lembut kewanitaanku. Aku yang paling lemah kalau sudah disentuh bagian ini. Mulai memejamkan mata dan menyender dipundaknya.

"Sedalam apa Dip?"

"Ini..." Dengan hentakan Dipta memasukan dua jarinya ke dalam titik kelemahanku. Aku yang sedikit terkejut dan merasa perih dititik intimku. Aku agak terperanjat dari posisi dudukku. Tapi itu hanya seperkian detik, detik selanjutnya aku merasakan kelembutan yang belum pernah aku rasakan, irama permainan jari yang belum pernah aku terima dari siapapun (maksudnya Kiyan dan Dipta) sebelumnya. Jujur aku malah terikat dengan kenikmatan saat ini.

LURUH : Cinta Lama Yang Terlarang (END) (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang