Aku kembali ke rumah, kembali ke mereka yang selalu menatapku dengan hangat dan senyuman yang menggemaskan. Kiyan, Ibaz dan Kana.
"Mah...kangen loh aku..." peluk Ibaz ketika aku baru memasuki ruang tamu.
"Mamaahh...." susul Kana sambil berlari dan memelukku juga.
"Mmm maaf yaa mamah tinggalin pergi..."
"Jangan pergi-pergi lagi ya mah, aku nyariin loh..." keluh Ibaz sambil menunjukkan wajah sedihnya.
"Iyaa jangan pegi-pegi agi...." Kanapun tak mau kalah menunjukkan wajah sedihnya dan nada suara yang begitu manja.
"Mmm sayang-sayangnya mamah...maafin mamah ya...nanti kita perginya bareng-bareng ya...." jawabku.
"Janji ya mah...jangan boong..." balas Ibaz dengan wajah tegasnya.
"Iya mah janji yaa...." bukan Kana kalau nggak selalu mengulang dan mengikuti kalimat-kalimat orang.
Aku tersenyum dan mengangguk. Sambil memeluk mereka kembali aku melihat Kiyan yang sedang berdiri di dekat sofa ruang tv. Aku berdiri, berjalan ke arahnya sambil menggandeng tangan kedua anakku.
Aku menatap Kiyan yang tetap berdiri di dekat sofa. Dia hanya menatapku tanpa menghampiriku.
"Sayaang..." aku memeluknya. Kurenggangkan pelukan karena aku tidak mendengar jawabannya dan aku merasa dia tidak membalas pelukanku.
"Mmm kenapa?, kamu marah?" Tanyaku dengan wajah yang heran.
Kiyan menggeleng lalu memelukku dengan lembut "aku kangen..."
Aku tersenyum dan memeluknya kembali. "Maaf ya....maaf sekarang waktuku sering kebagi-bagi sama urusanku sendiri" semakin erat aku memeluknya.
Kiyan menatapku sambil tersenyum, "iyaa nggak apa-apa, aku ijinin ko...."
Aku tetap tersenyum dan mengangguk.
"Yaudah sekarang kamu bebersih dulu ya, nanti kita pesen makanan aja..." lanjut Kiyan sambil membawakan beberapa tasku ke kamar.
Akupun menyusul langkahnya, sedangkan anak-anak sudah dengan antengnya bermain lagi.
Akupun bebersih dan membereskan beberapa barang yang kubawa ke Bandung kemaren. Masih di kamar, sambil terus terbayang dengan moment beberapa kejadian yang aku alami kemaren di Bandung.
Seperginya dari sini menuju Bandung, hati aku sebenernya tidak terlalu merasa tenang walaupun aku memang senang disana. Tapi ya terjawab ketika aku kembali ke rumah ini. Ternyata aku meninggalkan orang-orang yang merasa sepi ketika aku pergi, orang-orang yang merasa sedih ketika aku tidak ada, orang-orang yang akan terluka seandainya mereka tau apa yang telah aku lakukan.
Tiba-tiba pelukan mendarat dipinggangku. Nafas hangat menyeruak di leherku. Ciuman lembut kurasakan di pipiku. Aku merengkuh sepasang tangan yang memelukku. Aku menikmati nafas hangat dan ciuman lembut itu.
"Kangeeen...." Kiyan yang selalu bermanja-manja denganku seperti ini.
"Me too honey...." balasku sambil mencium pipinya juga.
Kiyan duduk di pinggir tempat tidur sambil memperhatikan aku yang melanjutkan beberes barang.
"Gimana perasaan kamu selama acaranya Karina?"
"Mmm menyenangkan, menikmatinya, dan yaa pengalaman pertama lah..."
"Aku seneng kamu bener-bener nemuin passion kamu sekarang dan aku liat ini bermanfaat untuk kamu kedepannya..."
"Oh ya?"
"Ya....aku serius...dan aku akan mendukung apapun itu kegiatan kamu sayang, selama kamu bahagia dan menikmatinya..."
"Aku kira kamu bakal keberatan kalau nanti-nanti aku ada projek kaya gini lagi..."
"Mm nggak mungkinlah aku keberatan dengan kebahagiaan kamu....apa yang membuat kamu bahagia, nyaman dan menikmati hidup kamu, aku akan memberikan itu untuk kamu sayang..."
Aku terdiam dan tiba-tiba teringat dengan hubunganku dan Dipta. Yang sedang dia berikan saat ini adalah waktuku yang aku gunakan bersama orang lain. Yang diberikan dia saat ini adalah kesempatan yang aku gunakan untuk bisa mencintai orang lain. Yang diberikan dia saat ini adalah kebahagiaan yang aku gunakan untuk aku habiskan dengan orang lain.
"Kiyan...."
Kiyan menatapku sambil tersenyum "ya..."
"Maaf ya...aku minta maaf kalau semua yang kamu punya selalu kamu kasih ke aku sedangkan aku...aku belum bisa maksimal kasih semua yang aku punya. Aku minta maaf kalau belum mencintai kamu sesempurna kamu mencintai aku. Aku minta maaf ya kalau aku masih jauh dari kata sempurna untuk jadi istri kamu..."
Aku melihat wajah Kiyan sedikit bingung mencerna ucapan-ucapanku.
"Ada apa sayang? Kamu kenapa?" Kiyan berucap sambil jalan menghampiriku dan menggenggam tanganku.
Aku memeluknya "maafin aku nggak? Kamu maafin aku nggak?"
"Hey...hey...iya iya...aku selalu maafin kamu...tapi ada apa ini? Aku salah ngomong?"
Ucap Kiyan sambil memelukku dan mengelus-elus lembut punggungku. Kiyan selalu seperti ini kalau aku sedang merasa tertekan sama pikiran atau perasaanku sendiri.Tapi kali ini aku nggak akan mungkin mengatakan yang sebenarnya tentang apa yang aku pikirin dan rasain.
"Ada apa sayaang? Kenapa kamu se emosional ini? Apa yang ngeganggu pikiran kamu sampe kamu overthinking tentang diri kamu sendiri? Apa omonganku ada yang salah? Atau sikap aku yang salah? Kamu bilang aja..." ucap Kiyan yang menatapku sambil menghapus air mataku.
Aku menggeleng sambil manatapnya dalam. "Kamu nggak ngelakuin yang salah ko...akunya yang emang lagi overthinking tentang perasaanku dan pikiranku...aku takut, aku yang ngecewain kamu, aku yang nggak bikin kamu bahagia, aku yang nggak bisa jadi terbaik buat kamu....entahlah aku lagi di fase insecure sama diri aku sendiri...."
"Why ?"
"Karena semakin kesini, cara kamu menghadapi aku, cara kamu melindungi aku, cara kamu mencintai aku, cara kamu menyayangi aku, cara kamu mangayomi aku semakin sempurna Kiyan..., sedangkan aku merasa aku masih stay di tempat tanpa ada perubahan yang lebih baik yang seperti kamu lakukan..."
"Sayaaang...aku manusia biasa, nggak mungkin aku seperfect itu...aku masih cemburuan, aku masih curigaan, aku masih suka ngambek sama kamu, aku masih kurang sabar, akupun masih banyak kurangnya sayaang..."
"Nggak...nggak...cara kamu udah sempurna untuk aku Kiyan.."
"Oke...kita sama...kamu dimata aku juga udah melakukan hal yang sempurna, disaat aku down, kamu selalu jadi support sistem terbaik aku, kamu yang pertama bisa merubah aku melakukan hal yang lebih positif, mengolah pikiran untuk lebih tenang....disaat aku emosional dengan kecemburuan aku, kamu selalu bisa menyikapinya dengan positif action kamu, yang bikin suasana kita baik-baik aja...kita sama-sama melakukan proses itu semua perubahan itu semua.....liat aku sayang..."
Aku menatap matanya, mata yang selalu membuat aku teduh.
"Terserah kalau emang kita belum sempurna, terserah kalau kita masih banyak kekurangan, terserah kalau kita masih berproses untuk lebih baik, yang pasti aku sama kamu itu KITA, nggak ada yang berlomba saling mendahului untuk jadi paling sempurna....
Oke?...
Deal?..."Aku mengangguk, bersamaan Kiyan mencium keningku lalu memelukku.
'Aku mencintai dia yang punya cara paling sempurna untuk mencintai aku...'

KAMU SEDANG MEMBACA
LURUH : Cinta Lama Yang Terlarang (END) (REVISI)
ChickLitWarning!! DEWASA!!! Komitmen penting ketika menikah adalah SETIA. Sudah 5 tahun Nata Arisya menjalani pernikahan dengan seorang pria yang pasti sangat dicintainya Kiyanza Adiputra bahkan tanda cinta mereka sudah ada dua yakni seorang putra Ibaz Adip...